" Sekali berkhianat maka sampai kapanpun akan terus menjadi pengkhianat".
Begitulah kalimat yang menjadi salah satu sumber ujian dari sebuah hubungan yang sudah terjalin dengan sangat kokoh.
" Orangtua mu telah menghancurkan masa depanku, makan tidak menutup kemungkinan jika kamu akan menghancurkan pula anakku. Sebelum itu terjadi aku akan mengambil anakku dari hubungan tidak jelas kalian berdua".
Cinta yang sudah terbentuk dari sebuah kesederhanaan sampai akhirnya tumbuh dengan kuat dan kokoh, ternyata kalah dengan sebuah " Restu" dan "keegoisan" di masa muda adalah sebuah penyelesalan tiada akhir.
Berharap pada takdir dan semesta adalah sebuah titik paling menyakitkan secara sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Siang ini terasa cukup berbeda, setelah para pria sedang makan bakso dengan es teh jumbo dan tidak lupa ditemani oleh curhatan dari seseorang yang sudah kalah sebelum memulai.
Berbeda dengan dua gadis manis nan cantik jelita, Nami dan Liora kini tengah bertarung dengan nasi Padang langganan mereka ditambah es jeruk yang cukup menyegarkan tenggorokan.
Nasi hangat itu terasa sangat cantik dihadapan Liora yang kini tengah berbunga-bunga hatinya, melihat kuah rendang seperti tengah memberikan senyuman hangat sehingga membuat Liora kini terlihat berseri.
Liora sahabat yang tidak pernah banyak gaya, tetapi hidupnya tidak sesuai dengan teorik fisika yang mengatakan semakin banyak gaya semakin besar tekanan. Liora yang kalem adem begini harus bertarung dengan banyaknya tekanan, lima tahun berlalu akhirnya kini aku melihat kembali senyum merona itu.
Aku memang salah satu sahabatnya sejak masa putih abu-abu bahkan sampai sekarang kita bekerja pada satu divisi yang sama tapi tidak semua orang mengetahui hubungan kita berdua, bukan bermaksud menyembunyikan hanya saja semua ada batasan dan tidak semua harus diumbar bukan? Kalaupun semua orang tahu untuk apa? Apakah akan ada reward yang kita dapatkan?.
Tentang Liora dan Arga...
Mustahil jika aku tidak mengetahui hubungan mereka, aku dan kekasihku (Dimas) adalah saksi hubungan keduanya sejak awal bahkan sampai hari ini. Dimas bahkan ikut membantu Arga untuk menyelesaikan semuanya, Aku dan Dimas bukan tidak ingin membantu apalagi ikut campur. Tetapi kami menghargai perasaan Liora dan juga Arga yang sempat dipisahkan oleh restu, ego dan juga kesalahpahaman.
Bahkan aku masih ingat dimana Arga yang hampir menyerah karena putus asa, namun Aku dan Dimas terus memberikan semangat dan juga solusi untuk menyelesaikan semuanya sampai akhirnya benar-benar selesai.
Lima tahun menjadi saksi bisu bahkan menjadi pendengar untuk kekasihku, Dimas hanya mengatakan " Sayang, semua membutuhkan proses layaknya bayi yang tumbuh menjadi manusia seutuhnya, hanya saja beberapa hal membutuhkan waktu yang cukup lama yang paling penting itu "Hati" yang tetap setia dan tidak pernah berpaling sampai akhirnya paham jika waktu bukanlah sebuah masalah yang besar".
Sekarang semua terbukti bahkan Aku dan Dimas bisa melihat jelas kebahagiaan keduanya, berbagi cerita tentang sebuah acara sakral menjadi nafas kelegaan yang menjadi penutup Bab panjang yang dulu penuh dengan luka dan harapan yang tidak pasti
Aku tahu sampai mana batasan ku ketika berada ditempat kerja dan juga ketika diluar kantor, tugasku hanya menemani ketika dia sendiri dan terpuruk dan juga tertawa bahagia ketika akhirnya Liora dan Arga bersatu.
" Nam, aku bener-bener masih berasa mimpi ada dikondisi sekarang". Liora tengah mengaduk nasi dihadapannya.
" Udah ada dua cincin kaya gini masih berasa halusinasi? Gue cubit ginjal Lo ya Liora". Seolah gemas Nami kini mengangkat kemari tangan Liora.
" Aku beneran enggak nyangka aja semua serba tiba-tiba, dulu aku berpikir jika kita memang sudah benar-benar berakhir Nam. Semua sudah hancur dan tidak bisa diperbaiki lagi tapi ternyata semua berubah begitu saja". Liora tersenyum samar setelah menyuapkan nasi dihadapannya.
" Aku bahagia kini kamu bisa tersenyum kembali, meskipun banyak pertanyaan dikepala lebih baik banyak bersyukur dan berterimakasih untuk saat ini".
Nami menatap wajah sang sahabat yang tenang menikmati makan siangnya, dengan Nami yang baru saja menyeruput es jeruknya.
" Aku sempat belajar ikhlas mencoba berdamai meskipun itu sangat menyakitkan, bahkan aku telah berpikir jika memang bukan takdirnya. Tetapi justru Tuhan dan semesta menyusun ulang semuanya dengan sangat baik dan rapih sampai akhirnya kembali utuh".
" Semua hanya tentang waktu Liora, kadang setiap orang memang memiliki cara masing-masing untuk sembuh. Semua sudah kalian lewati dari mulai sedih bahkan sakit menahan selama lima tahun dan itu bukan waktu yang sebentar".
Liora menganggukkan kepalanya menyetujui apa yang diucapkan oleh Nami, memang selama ini hanya Nami yang mengetahui perasaannya bahkan hanya dari tatapan mata saja.
Liora yang telah menyantap makanannya kini mantap jauh keluar jendela, matanya sedikit berkaca-kaca.
" Dulu aku sempat membenci bahkan tidak percaya tentang waktu, karena setiap harinya aku harus melewati semua sendirian. Setiap waktu yang aku lewati hanya berisi potongan kejadian dimana kami harus berpisah, menahan rindu dengan menahan rasa sakit yang datang bersamaan. Tetapi kini karena waktu aku bersyukur yang akhirnya membawa kami kembali".
" Dan kalian berdua pantas untuk bahagia, semua usaha pasti akan memberikan hasil hanya saja semua butuh waktu. Aku tahu ya perasaan kalian berdua yang tidak akan pernah hilang, dan itulah yang membuat aku dan Dimas selalu percaya kalian kuat dan mampu".
kini tatapan keduanya bertemu dengan senyuman hangat seolah menandakan kemenangan.
" Nami, terimakasih sudah selalu ada tanpa menghakimi. Terimakasih sudah menyediakan telinga untuk mendengar, terimakasih sudah menyediakan bahu untuk bersandar bahkan luasnya sabar untuk menghadapi aku".
Liora kini menggenggam tangan kanan Nami, matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis.
Liora tertawa kecil melihat tingkah laku sang sahabat.
" Udah dilamar dua kali jangan cengeng, sekarang mending siapin diri buat acara gue dan Dimas. Soalnya kita gak mau kalah hehe".
" Kalian kan udah mau Sah, kasih waktu dulu buat yang baru merasakan indahnya dikamar bahagia kenapa". Liora merajuk seperti anak kecil, namun itu hanya sebuah candaan saja tidak serius.
Aku tahu perjalanan baru saja kita mulai, tapi kali ini aku dan Arga sudah berjanji untuk tidak akan saling melepaskan kembali. Setiap luka dan bahagia sudah kami lewati dengan baik, meskipun sampai berdarah-darah, namun semesta bekerja dengan diam untuk kembali mempersatukan kami kembali diwaktu yang tepat.
" Jadi kenapa nih cincin bisa ada dua, Li?".
" Kamu tahu Nam? Arga melamarku sampai dua kali hahah". Tawa hangat itu terdengar sangat ringan seolah tidak ada beban.
" Ada gila-gilanya yang bahagia dapet restu sampai dua kali". Nami kembali menyeruput jus jeruknya.
" Yang pertama dia dan keluarganya ( Nami menceritakan kejadian lamaran bahkan sampai dia dilamar secara pribadi ditempat romantis)".
Nami mendengarkan dengan serius sekaligus merasa bahagia, apalagi melihat senyuman yang tidak pernah lepas dari bibir Liora dan semangatnya saat menceritakan tentang kejadian yang baru saja ia alami.
" Aku bahagia benar-benar bahagia, menjadi saksi kalian berdua dan berakhir bahagia seolah benar-benar menutup buku masa lalu dan kini beralih dengan buku baru".
" Terimakasih banyak karena kamu benar-benar menjaga semuanya Nami, aaahh aku benar-benar beruntung sekali memiliki kamu yang menjadi saksi bisu dari galau nangis sampe akhirnya dilamar. Jadi besok pas kamu dan kak Dimas menikah, aku ada temannya yaa hihihi".
" Iyalah, kurang jelas apalagi udah pake dua cincin kebangetan kalau masih dibilang jomblo".