Perfect Husband'S Family

"Malam ini, aku pulang ke rumah ya."

Gerrard berkata usai mereka bercinta di kamar. Amira kaget pada pernyataan pria itu. Ia kira mereka akan tidur bersama sampai pagi, seperti hari-hari sebelumnya.

"Pulang ke rumah?. Berarti bapak bakalan tidur di kamar istri bapak dong?" tanya Amira dengan nada cemburu.

Ia kini memperlihatkan wajahnya yang ngambek pada Gerrard.

"Ya, yang pasti aku akan tidur satu kamar dengan dia. Karena kalau aku tidur dikamar satunya atau diluar, orang tuaku bisa nanya kenapa." jawab Gerrard.

"Emangnya bapak masih tinggal sama orang tua?" tanya Amira kaget. Ia pikir Gerrard dan istrinya tinggal di rumah sendiri.

Gerrard pun mengangguk.

"Orang tua saya nggak mau anak-anaknya berjauhan." jawab pria itu.

"Berarti keluarga bapak sayang banget dong sama istri bapak. Terus gimana bapak mau menceraikan dia, semisal saya hamil?"

Gerrard menatap Amira dengan lembut, lalu menariknya untuk mendekat. Ia kemudian merangkul prempuan itu dan mengusap-usap tangannya dengan penuh kasih sayang.

"Amira, keluarga saya nggak akan ikut campur, kalau saya menceraikan Tiara demi kamu. Apalagi kalau kamu mengandung cucu mereka." ujar Gerrard.

Amira diam dan menatap pria itu.

"Untuk saat ini, kita jangan terlihat dulu. Saya nggak mau Tiara menghancurkan hubungan kita. Dia itu wanita yang cukup berbahaya." ujar Gerrard lagi.

Melihat wajah tampan Gerrard dan sikapnya yang begitu penyayang, membuat Amira akhirnya luluh.

"Tapi besok bapak nginep disini kan?" tanyanya kemudian.

"Iya, besok saya tidur disini." ucap Gerrard.

"Janji?"

"Iya, janji."

Amira lalu memeluk pria itu dan Gerrard pun membalasnya. Setelah makan malam, Gerrard pamit dan tinggal lah Amira kini sendirian di apartemen.

Ia mencoba menghabiskan waktu dengan menonton berbagai film di situs. Tapi kemudian rasa bosan mulai menyeruak, ia lalu mengambil handphone dan scroll sosial media.

Ternyata sedang ada berita heboh mengenai pelakoran di tiktok. Amira melihat dan mencari tau hal tersebut lebih dalam, dengan mengulik postingan yang sama di beberapa akun.

"Tapi emang cantikan pelakornya sih."

Ia mengeluarkan komentar yang bernada dukungan, ketika salah satu akun memposting wajah si pelakor.

"Lu juga pelakor pasti, makanya mendukung sesama pelakor."

Salah seorang netizen membalas komentarnya dengan pedas, dan itu membuat Amira seketika naik darah.

"Kalau suami selingkuh tuh, minimal introspeksi diri. Laki-laki nggak bakal berpaling kalau istrinya sempurna." balas perempuan itu dengan nada sewot.

"Sayangnya nggak ada wanita atau istri yang sempurna, mbak." balas netizen yang lainnya lagi.

"Ada, wanita yang bisa melahirkan, bisa bekerja, bisa masak dan lain-lain." balas Amira.

Hal tersebut sontak menyulut kemarahan wanita-wanita yang belum memiliki anak, serta yang tak pandai memasak.

"Eh mbak, gue cantik, melahirkan tiga kali, jago masak, bisa cari duit. Tetap aja suami gue selingkuh. Mau lo sesempurna apapun, kalau emang lakinya gatel, ya gatel aja." tulis salah seorang netizen.

"Bener, nggak usah kepedean. Ada koq suami istri yang nggak punya anak, tapi saling setia." timpal yang lainnya lagi.

Entah mengapa Amira merasa panas demi mendengar semua itu, sebab ia teringat pada Gerrard dan juga Tiara. Ia ingin mendebat mereka semua, namun serangan yang ia terima begitu massive.

Sehingga ia harus menghapus komentarnya dan memblokir akun gosip tersebut, guna mencegah hujatan lebih lanjut.

Ia kini merebahkan diri ke atas tempat tidur, sambil menunggu Gerrard mengirim pesan padanya. Tetapi sampai matanya berat pun, Gerrard tak ada mengirimkan chat.

Ditengah rasa cemburu dan pikiran yang kemana-mana, Amira akhirnya memejamkan mata lalu tertidur. Semua terasa hening, sampai kemudian ia mengalami mimpi yang cukup aneh.

Dalam mimpi tersebut ia tengah hamil besar, dan ia melihat seseorang datang padanya. Awalnya ia bingung, tapi kemudian ia menyadari jika sosok tersebut adalah Andrew.

Pelanggan kafe yang mimisan tadi pagi. Ia juga melihat ada dua orang tua dengan penampilan ala old money, beserta dua orang perempuan yang wajahnya mirip sekali dengan Gerrard.

Mereka semua tersenyum pada Amira, sampai kemudian Andrew mendekat lalu menekan perut Amira dengan kencang. Amira kesakitan dan berteriak, tapi tak lama ia pun terbangun.

Amira menoleh kesana-kemari, namun tak ada siapapun disana. Ia beranjak keluar lalu mengambil segelas air putih. Setelah minum ia kembali ke kamar dan diam sejenak.

Setelah perasaanya netral, ia pun kembali merebahkan diri. Ia sempat melihat handphone dan ternyata ada pesan dari Gerrard.

"Jangan dibalas!. Saya cuma mau bilang selamat istirahat." tulis Gerrard.

Amira tersenyum demi membaca kata-kata tersebut. Tak lama ia pun kembali tidur, dan nyenyak hingga pagi.

***

Hari demi hari berlalu, hubungan diantara Gerrard dan juga Amira makin tak bisa di halau lagi. Mereka bahkan melebihi sepasang suami-istri.

Amira tak ingat dosa, begitupula dengan Gerrard. Keduanya sama-sama dikuasai oleh nafsu, dan keinginan untuk selalu bersama-sama.

"Mas, kamu tuh kemana aja sih?. Kenapa kamu akhir-akhir ini jarang pulang?" tanya Tiara suatu ketika.

Saat itu pagi hari, dan Gerrard tengah bersiap untuk berangkat ke kantor.

"Kan semalam juga aku pulang." jawab Gerrard dengan penuh kemarahan.

"Iya semalam, malam-malam sebelumnya gimana?. Ada kamu pulang ke sini?" tanya Tiara lagi.

"Aku kan udah bilang, aku pulang ke apartemen karena banyak pekerjaan yang butuh konsentrasi." Gerrard makin marah.

"Butuh konsentrasi, atau kamu udah mulai mencari perempuan lain?"

Kata-kata tersebut membuat Gerrard menatap Tiara dengan tajam.

"Jangan lupa apa yang sudah aku korbankan demi kita semua." ucap perempuan itu.

"Dan aku adalah orang yang menjaga, supaya kamu selalu dapat kemewahan yang kamu mau." balas Gerrard.

Pria itu kemudian mengambil tas laptop dan pergi, tanpa menyentuh sarapan sedikitpun. Sementara Tiara kini berjalan dengan wajah kesal ke arah meja makan.

Disana ada kedua orang tua Gerrard dan kedua adik perempuannya, yakni Bianca dan Zanetta.

"Sarapan, mbak." ucap Zanetta dengan nada renyah.

Seakan tadi ia tak melihat atau mendengar apa yang terjadi di depan. Tiara tak menjawab, dan malah memilih naik ke lantai dua untuk menuju ke kamar.

Suasana ruang makan tampak normal seperti biasa. Ibu Gerrard yang berdandan ala sosialita dan ayahnya yang tampan serta mengenakan setelan jas old money pun, tampak berbincang dengan tenang.

Mereka seperti berada di dunia yang berbeda, dengan vibes yang berbeda pula. Sementara di kamar kini Tiara terlihat begitu kesal.

"Pasti ada sesuatu yang disembunyikan mas Gerrard." gumamnya.

"Ini nggak boleh terjadi, enak aja kalau sampai dia mau menikah lagi." imbuh perempuan itu.

***