Penderitaan yang dialami Hana selama ini kini terbalas melalui Seorang perempuan yang dibawah oleh Suaminya untuk dijadikan Madu untuknya.
Dia tidak pernah menyangka Hidupnya akan berbeda dan Terlindungi oleh Madu yang dianggap sebagai saingan dan juga penderitaan.
Madunya Tidak hanya menjadi pelindung Tapi juga Bisa mengembalikan segala Yang dia miliki yang selama ini gdi kuasai suami dan juga keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Arman tersenyum lebar, istrinya sungguh bisa dia andalkan tentang hal seperti ini, benar juga, gila tidak akan terlihat dan dokter tidak akan merasakannya secara langsung, kalau Hana gila, akan jauh lebih mudah dirinya menguasai segalanya.
"Baiklah, buat dia gila beneran, berapa kali jal itu dilakukan sampai dia bisa gila?? ". Arman nampak sangat antusias menyambut ide dari istrinya.
"Akan ku bicarakan dengan temanku lebih dulu baru akan ku beritahukan kepadamu, dia harus melihat kondisi mental Hana lebih dulu barulah kita akan tahu berapa banyak terapi yang diberikan kepadanya dan juga skalanya".
Arman mengangguk senang, dia bahkan memeluk Kayya karena sangat senang dan bersyukur.
Kayya yang risih berusaha melepaskan pelukan itu dengan halus agar Arman tidak curiga.
"Aku siap-siap dulu, kamu kerjakan saja pekerjaan Kantor yang kurang, kamu harus tunjukkan kepada mereka semua jika kamu bisa diandalkan agar nanti kamu membahas tentang kewarasan Hana mereka langsung setuju mengangkat mu menjadi direktur utama".
Arman mengangguk dan tersenyum sambil melepaskan pelukannya agar istrinya bisa siap-siap dia sangat tidak sabar melihat Hana gila dan menguasai harta Hana sepenuhnya.
"Kamu memang akan melihat orang gila tapi bukan Hana melainkan itu dirimu sendiri, aku pastikan semua itu, setiap kali kau meminum obat yang ku berikan maka bersiaplah saja menunggu kehancuran mu sendiri".
Setelah bersiap, dia keluar dari kamar dan masuk kedalam kamar Hana untuk menjemputnya, dia bisa melihat ipar dan mertuanya yang menatapnya dengan penuh kebencian tapi dia tidak peduli dan melenggang begitu saja.
"Mau kemana kalian?? ". Tanya Anita ketika melihat Kayya keluar mendorong kursi roda Hana.
Matanya menyapu penampilan keduanya yang terasa ingin pergi jalan-jalan.
"Itu bukan urusan kalian, cukup urus rumah dan jangan bertingkah".
Kayya mendengus sambil menjawab dan terus mendorong kursi roda itu keluar dan tidak peduli dengan umpatan yang keluar dari mulut keduanya, baginya mereka hanya angin lalu.
"Kita mau kemana sebenarnya??".
Hana tadi bertanya-tanya dalam hati dan mempersiapkan mental dan fisiknya untuk hal yang paling buruk sekalipun, sejak dia tahu kebohongan Arman dna keluarganya, dia susah percaya pada orang lain begitu juga dengan Kayya dia belum bisa percaya 100 persen.
"Tenang saja kak, setelah kakak terapi, aku akan membawa yang ingin kakak lihat selama ini, jadi kakak harus terapi dengan semangat agar cepat sembuh".
Hana menyipitkan matanya memandang Kayya dengan tatapan curiga, entah mengapa dia sangat susah untuk bisa percaya pada siapapun.
Sesampainya dirumah sakit tujuan Kayya, Hana melihat rumah sakit itu dengan kening mengkerut, rumah sakit yang selalu dia lihat setiap kali kekantor, dia selalu bertanya dalam hatinya kenapa rumah sakit ini bernama rumah sakit KANA, entah apa maksud dari pendirinya, rumah sakit mewah dengan taraf internasional dan terkemuka di negara ini.
"Ayo masuk kak, akan ku jelaskan kenapa kita kesini". Ucapnya dengan senyuman manis.
Sesampainya didalam, dia disambut penuh hormat oleh para petugas disana.
"Ini adalah kakak dokter Kayya, kalian harus menghormatinya dan melakukan yang terbaik untuknya, kalian mengerti maksudku kan?? ". Ucapnya dengan senyuman lebar.
"Dia orang yang selama ini dibicarakan dokter Kayya pada kita?? ". Tanya mereka dengan antusias.
Kayya memang pemilik rumah sakit ini dan menamakan nama itu dengan nama gabungan antara dirinya dan sang kakak begitu juga dengan putranya, dia bahkan menceritakan pad semua dokter dan suster yang ada disana agar kelak jika Hana datang mereka begitu menghormatinya.
"Iya benar, kalian lakukan terapi terbaik yang kita miliki, dokter Indra ada di ruangannya kan??
Para suster mengangguk kemudian mengambil Hana dari dokter Kayya untuk dibawah keruangan terapi.
Setelah Hana masuk keruangan terapi dia mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang agar datang.
"Bawah tuan muda kerumah sakit sekarang, aku tunggu yah". Perintahnya kepada seseorang diseberang telpon.
"... ".
"Iya sekarang, kalian bawah saja dia, aku tunggu kebetulan aku juga ada di rumah sakit".
"... ".
"Aku tunggu". Ucapnya menutup telponnya.
"Kak Hana pasti senang ketemu dengannya, aku harap dengan ketemunya dia, kak Hana bisa semangat menjalani terapi dan semangat untuk sembuh.
Setelah sejam berlalu, terdengar langkah setengah berlari mendekati dirinya yang kini berasa di ruangannya.
"Mommy". Teriak seorang anak lelaki berusia 5 tahun dengan girang.
Dia langsung melompat dan memeluk sang ibu dengan hati bahasa dan rindu.
"Jagoan mommy baik-baik saja kan?? ". Kayya memeluk Kana dengan sayang.
"Baik mommy, kok mommy tidak pulang-pulang sih, kan aku kangen". Ucapnya dengan wajah cemberut menggemaskan.
Kayya terkekeh pelan kemudian menciumi seluruh wajah sang anak dengan gemas. Wajah yang sangat mirip dengan dokter Kayya hanya saja versi laki-laki.
"Iya nona, tuan muda selalu mencari anda, dia selalu bertanya kenapa anda tidak pulang kerumah". Ucap sang pengasuh yang bertugas menjaga anaknya itu.
"Mommy banyak urusan, nanti setelah urusan mommy selesai, kita akan berkumpul bersama yah, tapi sebelumnya mommy mau kenalkan seseorang yang selalu Kana tanya, mau tidak ketemu dia nak?? ". Tanyanya dengan sayang.
"Jangan bilang aku akan ketemu bunda, kata mommy suatu saat aku akan ketemu bunda kan?? ". Tanya Kana dengan penuh antusias.
Kayya tersenyum kemudian mengangguk membenarkan perkataan sang anak, dulu dia diberitahu dokter Kayya jika Hana memiliki anak dia ingin dipanggil dengan sebutan bunda dan dia sengaja memperkenalkan wajah Hana pada Kana agar dia mengenal Hana sebagai bundanya.
tok.. tok..
Percakapan mereka terhenti mendengar suara ketukan dari luar entah siapa itu. Mereka semua mengalihkan pandangannya kepada pintu yeng perlahan terbuka menampilkan Hana dan juga suster yang mendorongnya.
"Dokter Isha, Nyonya Hana sudah selesai, beliau mencari anda dan saya mengantarnya kesini". Ucap salah satu suster yang masuk mendorong kursi roda Hana dengan pelan.
"Bunda". Teriak Kana dengan girang dan langsung memeluk Hana dengan sangat senang.
Hana yang mendapatkan pelukan dan panggilan itu langsung terdiam, matanya berkaca-kaca dan menatap Kayya dengan meminta jawaban.
"Kalau begitu kami permisi dulu". Ucap suster langsung keluar begitu juga dengan pengasuh Kana yang mengerti kondisi yang ada.
" Bagimana sayang, kejutan mommy, kamu suka?? ". Tanyanya mengelus kepala Kana yang kini menangis memeluk Hana.
"Suka banget, aku senang akhirnya bisa bertemu dengan bunda, habis mommy lama banget mau ketemuin aku sama bunda". Kana menatap sang mommy dengan cemberut.
" Maafin mommy nak, mommy belum bisa, baru bisanya sekarang, maafin mommy yah?? ".
"Baiklah, karena aku senang, aku maafin mommy". Ucapnya kembali memeluk Hana.
"Jangan bilang dia putra Kayya yang beberapa hari lalu kamu ceritakan?? ". Tanya Hana tidak percaya.
mengasuh bagusnya
apakah dia adik yang hilang??