"Jika ada kesempatan kedua, maka aku akan mencintai mu dengan sepenuh hatiku." Kezia Laurenza Hermansyah.
"Jika aku punya kesempatan kedua, aku akan melepaskan dirimu, Zia. Aku akan membebaskan dirimu dari belengu cinta yang ku buat." Yunanda Masahi Leir.
Zia. Cintanya di tolak oleh pria yang dia sukai. Malam penolakan itu, dia malah melakukan kesalahan yang fatal bersama pria cacat yang duduk di atas kursi roda. Malangnya, kesalahan itu membuat Zia terjebak bersama pria yang tidak dia sukai. Sampai-sampai, dia harus melahirkan anak si pria gara-gara kesalahan satu malam tersebut.
Lalu, kesempatan kedua itu datang. Bagaimana akhirnya? Apakah kisah Zia akan berubah? Akankah kesalahan yang sama Zia lakukan? Atau malah sebaliknya.
Yuk! Ikuti kisah Zia di sini. Di I Love You my husband. Masih banyak kejutan yang akan terjadi dengan kehidupan Zia. Sayang jika dilewatkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#13
"Aku yakin nih ya. Jika mbak Ratu ada di sini sekarang, kejadiannya pasti gak akan seperti ini."
"Iya. Aku juga berpikir seperti itu. Jika mbak Ratu ada, semuanya pasti akan baik-baik saja."
"Aku yakin, karyawan baru itu hanya tertarik dengan hartanya si bos. Lihat aja deh wajahnya. Kelihatan banget kalo dia mata duitan. Ya, gak?"
"Eh ... iya. Bener tuh apa yang kamu katakan. Tapi, yah ... kita bisa apa? Sekarang, mbak Ratu masih belum kembali. Kantor cabang masih harus dia tangani. Moga aja, urusan mbak Ratu di sana bisa cepat selesai. Dengan begitu, keadaan kantor ini akan kembali membaik seperti semula."
Begitulah celotehan para karyawan terus berlanjut. Omongan mereka langsung berhenti setelah salah satu karyawan memberikan kode pada rekannya ketika melihat kedatangan Zia yang sudah selesai melakukan pekerjaan.
"Kita bisa apa? Kita hanya karyawan, cuma bisa pasrah aja. Jangan sampai kita juga bernasib sama seperti mereka berdua ya."
"Ada masalah apa nih?" Zia ikut nimbrung.
"Nggak. Cuma gosip biasa," ucap salah satu karyawan sambil melengos diikuti mata malas. Tentu saja, karyawan itu segera beranjak meninggalkan Zia.
Tanggapan karyawan itu cukup membuat hati Zia merasa tidak nyaman. Namun, dia langsung mengabaikan apa yang hatinya rasa. Karena dia ingat, tujuan yang paling penting yang harus ia lakukan adalah, dia harus bisa mendekati Yunan. Suami masa lalu yang harus dia kejar walau di terjang badai sekalipun.
Zia melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Sedang Yunan, pikirannya malah tidak bisa fokus dengan pekerjaan. Wajah Zia yang terlihat sedih tadi pagi terus saja mengganggu batin Yunan. Wajah itu terus bermain dalam ingatan Yunan hingga jam makan siang hampir tiba.
Segera, Yunan menghubungi Deswa. Padahal, waktu makan siang belum juga sampai. Alasannya sudah pasti karena pikirannya yang sangat terganggu dengan wajah wanita kesayangannya itu.
"Deswa. Pesankan aku makan siang segera! Untuk dua orang."
"Dua orang, tuan muda? Mm ... kalau boleh tau, satunya lagi untuk siapa? Gak mungkin untuk saya, bukan?"
"Jangan banyak tanya. Pesankan saja. Kalau sudah tahu, kenapa harus bertanya. Jika kamu ingin makan, kamu tentu bisa pesan sendiri, bukan? Dana makan siang untuk kamu masih utuh, bukan?"
Deswa langsung terkekeh. "Bercanda, tuan muda. Baiklah. Akan saya lakukan apa yang tuan muda katakan."
"Mm. Setelah kamu pesan, minta Zia yang membawakannya ke ruangan ku."
Deswa langsung terdiam sejenak. Setelahnya, barulah dia angkat bicara kembali. "Kezia, tuan muda? Maksudnya, Ke-- "
"Nona, Deswa. Jangan panggil dia dengan nama tanpa embel-embel. Kamu paham maksudku, bukan?"
Deswa semakin melebarkan senyum di bibirnya. Kali ini dia semakin yakin bahwa, kedudukan Zia dalam hati tuan mudanya bukan hanya kedudukan biasa. Melainkan, ada hal yang sangat spesial yang tidak dia ketahui sebelumnya.
*
Seperti yang telah Yunan perintahkan, Zia masuk ke ruangan Yunan sambil membawa makanan yang telah Deswa pesan. Makan siang, untuk dua orang. Seperti biasa, Yunan akan makan di kantornya setiap hari.
Maklum, sejak kecelakaan itu terjadi, Yunan memang suka menghindari dunia luar. Dia akan berusaha menghindari tempat umum sebisa mungkin. Hanya saja, Zia di kehidupan yang lalu sangat suka membuat pria itu merasa kesal.
Zia tahu Yunan tidak suka berada di tempat umum. Tapi dia akan mengajak pria tersebut untuk keluar sesering mungkin. Dia suka makan di luar. Lalu, mengajak Yunan untuk berbelanja di mall yang penuh dengan keramaian. Sungguh, Zia yang dulu akan melakukan apa yang Yunan tidak suka hanya untuk membuat pria itu kesal padanya.
Namun, kenyataannya malah berbeda dari apa yang Zia harapkan. Yunan tidak pernah marah. Walau dia tidak suka dengan keramaian, tapi dia akan tetap mengikuti apa yang Zia inginkan.
Zia tersenyum lebar ketika langkah kakinya tiba ke depan ruangan Yunan. Dia ketuk pintu itu dengan penuh semangat. Namun, dua kali ketukan, Zia masih belum mendapatkan jawaban. Zia mengulangi ketukan lagi pada daun pintu yang sedang tertutup rapat. Tapi, masih sama. Dia masih tidak mendapatkan jawaban atas apa yang telah ia lakukan.
Mendadak, hati Zia merasa cemas. Tiba-tiba, pikiran buruk datang menghampiri Zia. Dia tiba-tiba berpikir kalau Yunan sedang dalam bahaya. Seketika, hatinya gelisah.
Karena perasaan cemas dan gelisah yang sedang menghantui hati, gadis itu langsung membuka pintu ruangan tersebut dengan cepat. Saat pintu terbuka, Zia bergegas masuk. Matanya menyapu ruangan tersebut dengan lincah.
Lalu, mata itu menemukan orang yang sedang dia cari. Pria tampan itu sedang duduk bersandar di sofa yang ada di ruangan tersebut, dengan mata yang sedang terpejam.
Zia melangkah maju dengan pelan. Pesona itu terlihat dengan sangat jelas. Sayangnya, dia di kehidupan sebelumnya sedang buta. Alhasil, wajah tampan itu malah dia sia-siakan begitu saja. Padahal, dia sudah memiliki sepenuhnya. Bahkan, pria itu memperlakukannya dengan sangat istimewa. Sayangnya, dia benar-benar tidak tahu diri saat itu. Sungguh sangat disayangkan.
Perlahan tapi pasti, Zia malah semakin mendekat ke Yunan. Matanya semakin ingin melihat pria itu dari jarak dengan. Sungguh, wajah yang sangat sempurna. Rambut lurus, kulit mulus, garis wajah yang terbentuk dengan sangat indah seolah tanpa celah. Singkatnya, Yunan benar-benar sangat tampan.
Tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh Yunan, tangan Zia malah bergerak dengan ringan menyentuh hidung mancung milik si pria. Tentu saja, satu sentuhan pelan sudah sangat cukup untuk Zia buat membangunkan Yunan dari terlelap.
Sontak, Zia yang kaget dan Yunan yang juga sama-sama kaget membeku seketika. Mereka saling tatap dengan jarak yang sangat dekat untuk beberapa saat.
Beberapa saat lamanya, akhirnya, mereka berdua tersadar dari apa yang sedang mereka lakukan. Zia langsung menarik diri secepat mungkin.
"It-- itu, ma-- maaf. Tuan muda, saya tidak berniat untuk merusak waktu istirahat anda. Saya .... "
"Lupakan saja. Di mana makanan siang yang aku pesan?"
"Ah, iya. Makan siang. Di-- atas meja, tuan muda. Mau makan sekarang?"
"Ya. Bisa tolong sediakan?"
"Baiklah."
Zia melakukan apa yang Yunan katakan. Dia membuka makanan yang tadinya dia bawa. Menyiapkan untuk Yunan. Sementara itu, Yunan sedang berusaha susah payah untuk menenangkan gugup yang sedang dia rasakan.
Nyatanya, bukan hanya Zia yang mengalami jantung berdetak dua kali lebih cepat. Yunan juga sama. Alasannya tentu saja sudah sangat jelas. Cinta di kehidupan lalu, masih bertahan di kehidupan yang sekarang.
Usai menyiapkan makanan, Zia ingin langsung beranjak. "Tuan muda. Makanannya sudah siap. Silahkan di makan."
"Ya. Terima kasih. Kamu bisa ikut makan sekalian. Jika kamu mau."
Wajah Zia oun langsung terlihat bahagia. "Benarkah?"
Yunan mengangguk pelan. "Iya ... kalau kamu mau. Kalau tidak-- "
"Tentu saja mau, tuan muda. Saya siap makan bersama tuan muda."