NovelToon NovelToon
KAU DAN AKU DI PANGGUNG TERAKHIR

KAU DAN AKU DI PANGGUNG TERAKHIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Diam-Diam Cinta / Romansa / CEO / Model
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: amariel

Seraphina Luna — supermodel dengan kehidupan yang selalu berada di bawah sorotan kamera. Kalleandra — pria asing yang muncul di malam tak terduga.

Mereka bertemu tanpa sengaja di sebuah klub malam. Sera mabuk, Kalle membantu membawanya pulang ke apartemennya. Tanpa disadari, dua wartawan melihat momen itu. Gosip pun tercipta.

Seketika, hidup mereka berubah. Gosip itu bukan sekadar cerita — ia memaksa mereka untuk mengambil keputusan yang tak pernah terbayangkan: menikah. Bukan karena cinta, tapi karena tekanan dunia.

Di balik cincin dan janji itu tersimpan rahasia dan luka yang belum pernah terungkap. Akankah cinta lahir dari dari gosip… atau ini hanya akhir dari sebuah pertunjukan?

"Di balik panggung, selalu ada cerita yang tak pernah terucap."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amariel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TEMPAT TINGGAL SIAPA ?

Matanya masih enggan terbuka. Hanya saja bau aroma menyengat kopi dan kue menusuk indra penciumannya. Satu matanya terbuka, mencari tahu.

Samar, Sera melihat penampakan pria yang tengah sibuk menata makanan di meja kecil.

"Bangun, udah jam 10 pagi. Kita sarapan dulu habis itu siap-siap." Suara berat Kalle menyapanya.

Dia mengacuhkan. Tubuhnya masih enggan beranjak apalagi matanya, rasanya masih sangat berat.

"Pegal banget badanku." rengek Sera.

" Satu jam lagi layanan message kamu datang. Tadi room service kasih tahu aku. makanya sekarang bangun, sarapan habis itu mandi. Jangan lupa cek handphone kamu, dari pagi bunyi terus."

Itu adalah kalimat terpanjang seorang Kalle. Sera bahkan sampai mengangkat sedikit kepalanya. Kini pria yang sudah menjadi suaminya tengah membuka laptop dengan segelas kopi menemani.

"Ngomong-ngomong itu guling dari mana ?"

"Aku minta Bian bawa. Memang kenapa ? Semalam dia ganggu kamu ?"

"Hm, gak aku tanya saja. Lagi percuma juga kamu pakai pembatas guling. Tidurmu terlalu amburadul."

Tubuhnya cepat dia tegakkan. kata-kata menyindir Kalle lumayan membantu dia untuk segera turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi.

Tubuhnya amburadul ? Maksud lelaki itu apa ? Jangan bilang semalam dia memeluk Kalle tanpa di sadari

 

Suara bantingan keras dari tumpukan kertas lumayan mengagetkan seisi ruangan. Tiga orang di depan hanya bisa menundukkan kepalanya. Sementara wanita berkacamata di hadapan mereka tak melepas sedikit pun tatapan penuh kemarahan.

"Seharian ini saja yang bisa kalian dapat ?"

"Maaf mbak, tapi malam itu gak cuma kita aja yang susah dapat gambar sama berita. hampir semua media." Adira membela diri." aku sama Dimas udah berusaha semaksimal mungkin."

perempuan itu menyikut pelan lengan pria yang tepat di sisinya.

"Sepertinya pesta pernikahan ini dibuat benar-benar private, mbak."

"private ?" Celina mendesis." private sampai kalian baru sadar kalau lelaki di dalam foto Sera seorang Dokter. Ini insting kalian di mana ? Atau kalian menciut gara-gara surat somasi yang diberikan mereka kemarin ?"

Kembali, Adira dan Dimas tak bisa menjawab pertanyaan atasannya. kali ini mereka kecolongan dan mereka akui itu. Seraphina Luna semakin pintar membaca situasi.

"Aku gak mau tahu. Setelah ini kalian tetap cari tahu soal kabar Seraphina dan suaminya. sebab biar bagaimanapun nilai jual dia masih tinggi. Skandal mereka bisa menutupi skandal lainnya yang lebih besar apalagi sekelas pejabat. Kita juga harus tunjukkan kalau Luxe press tetap menjadi nomer satu media Indonesia. Where Glamour Meets Truth. ingat itu."

"Siap, Mbak. Kita sudah tahu soal suaminya. Namanya Kalleandra Aryasatya. Dokter anak lulusan terbaik, memiliki klinik kecil dan juga bergabung di salah satu rumah sakit swasta. Keluarganya terhitung sederhana untuk ukuran Wiratama. Ini agak Sus, sebab kita tahu kalau Ayu Laraswati agak pemilih untuk calon pasangan putrinya. Mengingat hubungan dengan Reyhan, putra pejabat pertamina saja tidak di setujui." urai Adira.

Celina menyimak dalam diam. Tangannya yang menggenggam pena di mainkan. Menarik..! Dia menangkap ada sesuatu yang janggal dalam pernikahan Seraphina Luna kali ini.

"Ya sudah, kalau kalian sudah banyak dapat draft dan clue-nya segera eksekusi." sahut Celina." Aku sependapat denganmu Adira. Pasti ada sesuatu yang di sembunyikan dari pernikahan tertutup dan mendadak ini. Hm, cari tahu juga kabar Reyhan, mantan pacar Sera."

Ceritamu belum sepenuhnya usai, Sera..!

 

Setelah dua hari menikmati hotel. Dan dua hari berdebat di mana mereka akan tinggal setelah ini. Maka keputusannya adalah tempat yang sekarang mereka datangi.

Koper terakhir akhirnya tergeletak di depan pintu apartemen Kalle.

Sera berdiri sambil melipat tangan di dada, wajahnya penuh ekspresi tidak puas tapi pasrah.

" Jadi ini?”

“Ya. Ini.”

“Tempat kamu tinggal selama ini?” tanya Sera masih dengan muka bingungnya." Kenapa gak ke apartemen yang biasa aku datangi ?"

"Lagi di sewa sama orang. Baru seminggu." jawab Kalle sambil membawa koper merah milik wanita itu." Ini juga nyaman kok, kamu yang belum terbiasa. Tempat yang tidak butuh fotografer dan lampu sorot, ya.”

Kalle menaruh tas kerja ke sofa, seperti biasa: tenang, rapi, tanpa ekspresi.

Sementara Sera menatap sekeliling apartemen itu dengan mata selebar kucing nyasar — dinding putih polos, rak buku yang isinya tebal semua, dan aroma antiseptik samar.

“Kamu sadar nggak kalau tempat ini terasa kayak ruang tunggu pasien sebelum operasi?”

“Karena aku memang dokter.”

“Dan aku istrimu, bukan pasien. Setidaknya kasih sedikit warna pastel kek?”

“Aku punya kain kasa warna biru muda.”

Sera mendengus. Ya Tuhan, menikah dengan dokter dingin ini sama aja kayak hidup di laboratorium.

Ia menaruh tangan di pinggang, lalu mulai mengajukan wacana yang sejak pagi ia tahan.

“Kalle, aku rasa lebih masuk akal kalau kita tinggal di apartemenku aja.”

“Yang di lantai tiga puluh dua itu?”

“Iya. Lebih luas, bersih, ada balkon buat matahari pagi, dan—”

“Dan penuh kamera keamanan yang bisa memantau setiap gerak kita.”

Nada suaranya tenang tapi menohok. Sera diam sejenak.

Ia tahu Kalle benci perhatian publik, apalagi setelah berita pernikahan mereka sempat viral kemarin.

“Aku cuma ingin tempat yang nggak… sepi kayak rumah sakit, Kalle.”

“Dan aku cuma ingin tempat yang bisa kita jaga privasinya.”

Mereka saling pandang. Dingin vs lembut, logika vs perasaan.

Pertarungan kecil tapi nyata.

Sera akhirnya menghela napas, melangkah ke arah sofa, lalu menjatuhkan diri di sana.

“Oke. Kita tinggal di sini. Tapi aku mau satu syarat.”

“Apa lagi?”

“Jangan larang aku bawa tanaman atau bantal lucu. Aku butuh hal-hal yang bernafas di tempat ini.”

“Selama bantalnya tidak punya mata, silakan.”

Kalle menatap Sera yang mulai sibuk menggulung lengan bajunya, seolah siap mengubah ruangan steril itu jadi dunia Sera.

Dia buka jaket, nyengir.

“Oke, dokter. Mulai sekarang tempat ini punya dua pasien. Kamu dan isi rumahmu.”

Beberapa jam kemudian,

Apartemen mulai berubah bentuk.

Ada bantal warna salmon di sofa, tanaman lidah mertua di sudut ruangan, dan wangi lilin aroma vanilla yang memaksa menyaingi bau antiseptik.

Entah kapan Sera memesannya. Semua langsung terpasang rapi ketika Kalle terbangun.

Dan ada satu hal yang membuat pria itu terkejut. Lantai apartemennya mendadak basah dan licin juga bau pembersih lantai yang sangat kuat tercium. Hingga dia mundur ke arah dapur sembari membawa pel.

“Kamu menumpahkan air sabun di lantai dapur sampai ke sini.

“Itu bagian dari proses pembersihan alami.” santai Sera menjawab.

“Kamu yakin?”

“Seratus persen. Di dunia modeling, kita sebut itu " hydration effect."

Kalle tidak membalas. Tapi bibirnya nyaris tersenyum — tipis, nyaris tak terlihat.

Dia biarkan saja Sera berantakan di dapur, karena entah bagaimana… suara langkah Sera yang riuh itu membuat tempat sunyinya terasa hidup.

Tapi ingatkan untuk dia tak lagi membiarkan segala kelakuan unik wanita itu sebab tak berapa lama ada asap yang mengepul di dapur mereka. Dan teriakan kecil penuh kepanikan dari perempuan itu.

"Astaghfirullah, Sera..! Kamu ngapain sih."

Buru-buru Kalle mematikan kompor. Untungnya cooker hood menjadi penyelamat mereka hari ini.

"Aku mau buat telur keju kaya di YouTube."

"Iya tapi gak sampai kaya gini juga masaknya. Ini kompor otomatis, tinggal kamu sentuh aj bukan mau kirim rudal ke NASA."

Sera masih berdiri tak jauh dari kompor. Dengan celemek, juga spatula di tangan.

"Aku lapar, mau bikin makan malam untuk kita. Tadi ku lihat cara paling gampang bikin telur keju itu, tapi----- kenapa telurnya malah nempel semua kaya gini sih ?"

"Kalle..!! Ini kompor kamu rusak deh sama wajannya juga."

Kalle melirik santai." Itu wajannya aja lupa kamu pakai margarin."

"Hah."

Sera terdiam sejenak, lalu menatapnya dengan wajah tak percaya. “Kamu baru bilang setelah telurnya kayak kerak bumi retak?”

“Ya, aku pikir kamu tau.”

“Ya jelas nggak tau, aku kan model, bukan chef!”

Kalle menahan tawa—dan gagal.

Suaranya pelan, tapi tulus. “Aku bantu.”

Dan anehnya, tawa kecil itu bikin Sera mendadak diam. Entah kenapa, cowok ini kalau senyum jarang, tapi pas muncul, rasanya kayak cahaya di ruangan sempit itu berubah hangat.

 

Malamnya, mereka duduk di sofa kecil, memakan mie instan bersama.

Sera menatap bungkus mie kosong di meja, lalu nyengir. “Pernikahan kita resmi dimulai dengan telur gagal dan mie rebus.”

Kalle meneguk air putih. "Tapi nggak gosong."

Karena kamu yang masak.”

" Ya, harusnya kamu bilang makasih."

“Dasar kuper lucu,” gumam Sera sambil menatapnya lama.

Kalle berpura-pura tidak mendengar, padahal kupingnya udah memerah sejak tadi.

 

Hujan turun pelan di luar jendela apartemen mungil itu.

Sera menatap pemandangan kota dari balik kaca, sementara Kalle sibuk menyiapkan kasur lipat di lantai.

“Serius kamu mau tidur di situ?”

“Ya. Kamu di ranjang."

“Kenapa? Kan udah nikah,” ujar Sera setengah bercanda, setengah mengetes." Kita tidur di hotel kemarin aman-aman sajakan ?"

Kalle berhenti, menoleh. “Aku nggak mau kamu nggak nyaman.”

L

“Kalau aku nyaman gimana?”

Lelaki itu memilih diam, pura-pura sibuk dengan bantal. Tapi telinganya memerah.

Sera nyengir kecil. " Pak Dokter lama-lama kamu lucu tau nggak sih? Kalau di runway, cowok kayak kamu tuh udah laku keras. Tapi sayangnya ngomong aja kayak butuh translator.”

“Runway itu buat jalan. Aku bukan model.”

“Nah, itu. Datar banget!”

Dia tertawa, tapi pelan-pelan, tawa itu mereda saat matanya jatuh ke arah Kalle yang sedang menunduk menggulung selimutnya sendiri. Ada sesuatu di sana — bukan dingin, bukan canggung, tapi… hati-hati.

Seseorang yang terlalu takut menyentuh sesuatu yang berharga.

Sera sudah berganti piyama satin warna putih, duduk di tepi kasur sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Sementara Kalle duduk di lantai, punggungnya bersandar ke ranjang.

TV menyala menampilkan berita ekonomi.

“Biasanya kamu tidur jam berapa?” tanya Sera.

“Jam sebelas.”

“Sekarang udah setengah dua belas.”

“Hmm."

“Terus kenapa belum tidur?”

“Karena kamu belum matiin lampu.”

“Jadi kamu nunggu aku tidur dulu?”

Kalle mengangguk pelan.

Sera menatapnya lama, senyum di bibirnya samar. “kamu ini kayak… bodyguard yang disumpah nggak boleh senyum lebih dari lima detik.”

“Karena kalau aku senyum lebih lama, kamu makin ngeledek.”

“Ya jelas!”

Dia tertawa lagi, kali ini lebih lembut. Tapi tawa itu mati ketika pandangannya tanpa sengaja bertemu mata Kalle.

Tenang. Dalam.

Dan untuk pertama kalinya, Sera tidak tahu harus bicara apa.

Sera berdeham, mencoba mengalihkan.

“Besok aku yang masak lagi.”

Kalle menoleh. “Kita butuh wajan baru dulu.”

“Emang yang tadi kenapa?”

“Kamu bakar.”

“Bukan aku! Telurnya aja yang memberontak.”

Kalle tersenyum kecil. Sera menatapnya lagi, dan kali ini jantungnya berdegup sedikit terlalu cepat.

Dia buru-buru rebahan, menarik selimut. “Udah ah, aku tidur dulu.”

Kalle hanya mengangguk. Tak lama lampu dimatikan.

Beberapa menit berlalu dalam diam. Tapi justru diam itulah yang bikin semuanya terasa aneh — napas mereka terdengar, jarak terasa begitu dekat.

Sera memejamkan mata, pura-pura tidur.

Tapi suara itu terdengar pelan di tengah gelap.

“Sera…”

Dia membuka mata sedikit. “Hmm?”

“Terima kasih udah mau tinggal di tempatku.”

Sera menatap langit-langit gelap itu sambil tersenyum samar. “Cuma di sini aku bisa liat cowok ganteng rebus mie dengan hati-hati.”

“Ganteng?” Kalle mengulang perkataan Sera pelan.

“Tidur, Kalle."

Kalle diam. Tapi senyum tipis itu muncul di wajahnya — pertama kali sejak mereka menikah.

1
ukaza
next air
Imam Supriyono
disini karakter ayu lebih dominan .....sera ....kalah jauh ma ayu ibunya.....
ukaza
thanks up nya kak dan di tunggu update terbaru,yg rajin ya Thor up up nya 💜
sukma dewi
/Smile/
ukaza
halo Thor permisi.... tok tok tok, kk air, kapan lanjut
aisyah zahra
menarik bgt
AKU_AIR
😄😄😄😄😄😄
Mertysmart MertySmart
serius nanya thor, sbnernya dulu itu bara beneran cinta sm olive nggak?
Dini Yulianti
tp dsini ga di ceritain kalo si kale punya kakak ya?
ukaza: itu tau jadi jgn banyak ngebahas plis kita nikmatin aja karya air,
(ingat gak harus plek ketiplek kan)
salam damai sejahtera 🤭🙏
total 1 replies
Dini Yulianti
pokoknya jgn ada drama cere aja, cukup sera balas densam aja nanti sama kalle, kalo alurnya sama nanti kaya bara olive
Alleandra_syah
lanjut kak..
Alleandra_syah
ini gundiknya Adipati ada berapa sich....🤭
AKU_AIR: banyakkk🤣🤣
total 1 replies
Mertysmart MertySmart
Smangat thor💪, di tunggu lanjutannya
AKU_AIR
kayanya udah aku revisi deh kak. bab mana lagi yaa
ukaza: revisi lagi tuh part 4, ohya kok blm update terbaru sih kak air
total 3 replies
itsme zepi!
thor, kenapa ada part yg diulang ya? btw, makasih update double2nyaaa💙
AKU_AIR
aah udah ku revisi terima kasih
ukaza
thanks kak air di tunggu up up nya 🔥💪
Dini Yulianti
ko babnya di ulang
ukaza
ini kok kayak isian bab 16 sih Thor?
ukaza
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!