wisopati adalah seorang pendekar hebat yang tewas melawan musuh terkuatnya, siapa sangka setelah tewas jiwanya berpindah ke tubuh seorang lelaki pecundang yang bekerja sebagai penyapu jalanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pemuda setengah monster
Seketika itu juga semua orang langsung tidak bisa menggerakan tubuh mereka.
"Tu..tuan, bagaimana ini?" Tanya albert kepada wisopati.
Wisopati tampak duduk dengan sangat santai, kemudian dia berucap, "tenang saja, hanya aura seperti ini tidak akan bisa membunuhmu.." ucapnya.
Entah mengapa ketika mendengar jawaban super santai dari wisopati albert merasa lega, tuan wisopati santai, itu artinya kekuatannya sangat memadai untuk menghadapi musuh mengerikan ini.
Albert kini merasa bersykur telah membawa tuan wisopati, ya meskipun bayarannya cukup mahal.
Musuh yang datang kali ini adalah seorang pemuda dengan jubah merah kehitaman yang sampai menyentuh lantai.
Semua orang yang ada di sini mencoba melihat wajah pemuda itu, namun tidak ada satupun orang yang bisa mengenali wajah itu.
Pemuda itu melangkahkan kakinya menuju arena, tepatnya di meja kecil tempat di mana artefak itu berada.
Dengan diamnya semua orang pemuda itu dapat mengambil kotak itu dengan sangat mudah.
Kemudian pemuda itu membuka kotak itu dan melihat isinya.
"Hahahaha!" Teriaknya dengan sangat senang, sebab dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.
Dia menutup kembali kotak itu dan memandangi semua orang yang ada di sini dengan niat membunuh yang sangat kuat.
"Karena aku telah mendapatkan apa yang aku inginkan, maka kalian semua harus mati!" Ucapnya sambil menyeringai.
Tangan kanan pemuda itu langsung berubah menjadi tangan monster dengan kuku-kuku panjang hitam, dan setengah wajah dari pemuda itu juga berubah menjadi wajah setengah monster.
Semua orang yang ada di tempat ini menelan ludahnya ketika melihat jurus dari pemuda ini.
"Di mulai dari kalian berdua! Hahaha!" Pemuda itu langsung melesat menuju ke dalam arena dan menggunakan cakarnya untuk menusuk 2 penjaga yang membeku di atas arena.
Crok!
Crok!
Dengan cepat 2 penjaga itu langsung tumbang begitu saja.
Tekanan yang menekan semua orang di sini berkurang, menyebabkan semua orang bisa bergerak bebas.
Namun bisa bergerak bebas bukan berarti mereka memiliki nyali melawan pemuda ini.
"Hahaha! Larilah kalian semua! Dasar semut-semut tidak berguna!" Teriak pemuda mengerikan yang mulai menggila..
"Sial apa yang harus kita lakukan?!"
"Tidak ada pilihan lain. Kabur! Ayo cepat kabur!"
Jelas para tamu undangan langsung berlari menjauh dari pemuda itu, tidak ada yang mau mengambil resiko untuk melawan pemuda setengah monster ini.
Setyo berteriak, "ambil senjata kalian! Serang!" Teriaknya pada para penjaga.
Dengan cepat semua penjaga yang ada di ruangan ini langsung mengambil senjata mereka, dan langsung menyerang pemuda itu.
Suata tembakan yang sangat intens, dan serangan-serangan senjata tajam tidak ada yang mampu menyentuh kulit dari pemuda itu, pemuda itu bergerak dengan sangat cepat menghindari setiap serangan yang datang, benar-benar mengagumkan apabila di lihat secara langsung.
"Apa yang kalian lakukan benar-benar sia-sia! Malam ini adalah malam terakhir bagi kalian!" Pemuda setengah monster itu menghentakan kakinya, melesat dengan sangat cepat membantai setiap orang yang dekat dengan dirinya.
Benar-benar sangat brutal sekali.
Siapa sangka dari arah rumah terdengar suara yang sangat keras sekali, "hentikan! Beraninya kamu membuat kekacauan di rumahku!"
Suara itu begitu kuat dan memancarkan aura yang sangat menindas, membuat pemuda itu langsung berhenti dan menatap sumber suara.
Kakek tua berjalan dengan tenang dari dalam rumah itu.
"Kakek ji?"
"Kakek sudah bergerak, kita selamat!"
Semua penjaga dan pelayan yang ada di ruangan ini langsung bersemangat melihat kehadiran kakek ji.
Wisopati duduk dengan santai dan menganggukan kepalanya secara perlahan ketika melihat sosok kakek ji ini.
"Hmmm.... menarik..." ucap wisopati.
Kakek ji langsung mengeluarkan aura emas yang sangat indah, kakek ji berjalan menuju ke depan pemuda setengah monster ini.
"Siapa kamu anak muda? Mengapa kamu mengacak-acak acaraku?" Tanya kakek ji.
"Lebih baik kamu kembalikan kotak artefak itu, sebelum aku menghajarmu!"
Para pelayan, penjaga para anggota keluarga lain termasuk tuan setyo langsung berlutut ke arah kakek ji.
"Kakek, mohon balaskan dendam mereka yang mati karena di bunuh oleh pemuda itu!"
"Kakek, tolong berikan kami perlindungan!" Semua orang yang ada di sini mulai memohon kepada kakek ji.
Pemuda setengah monster itu menyeringai ke arah kakek ji, kemudian berucap, "kakek ji, aku benar-benar sudah sangat lama ingin melawanmu, apakah kamu tidak ingat aku?" Tanyanya.
Kakek ji menyipitkan matanya, mencoba mengingat-ingat wajah milik pemuda ini. Namun seberapa keras dia mencoba mengingat wajah pemuda ini, kakek ji sama sekali tidak bisa mengingat siapa pemuda ini.
"Oh, sepertinya kamu tidak bisa mengingat dengan baik, sepertinya kamu sudah pikun kakek ji!"
Pemuda itu menyeringai, "aku adalah pemuda yang kamu tolak menjadi muridmu sepuluh tahun yang lalu!"
"Namaku adalah wira, kuharap kamu masih mengingatnya!"
Kakek ji menegang ketika mendengar apa yang di ucapkan oleh pemuda ini, dia langsung teringat dengan peristiwa 10 tahun yang lalu, di mana ada seorang remaja kecil yang memohon untuk menjadi muridnya.
Namun kakek ji menolaknya karena remaja itu memiliki bau darah yang cukup kuat.
Karena kakek ji tidak ingin membuat anak itu membunuh orang lagi, kakek ji menghancurkan aliran prana di kedua tangan anak itu. Sehingga tangan anak kecil itu sulit untuk di gerakan.
"Kakek ji, setelah kamu menghancurkan aliran prana di kedua tanganku, aku hidup dalam kesengsaraan yang teramat dalam! Namun lihat tangan ini!" Wira memamerkan tangan monsternya yang tampak hitam dengan kuku panjang mengerikan.
"Aku sudah mendapatkan kemampuan yang sangat cocok untukku!"
"Dengan ini aku akan membalas dendam dengan apa yang dahulu pernah kamu lakukan!"
Tanpa basa-basi lagi kakek ji langsung menghentakan kakinya melesat ke arah wira dan langsung memajukan tapak tangannya yang terselimuti aura emas.
Bang!
Wira terpental hingga keluar dari arena.
"Kembalikan artefakku!" Teriak kakek ji yang ingin meraih kotak yang di sembunyikan dari balik jubah wira.
Namun wira tidak diam saja. Dia langsung bangkit dan memajukan tangan monsternya ke arah dada kakek ji, "makan ini!" Ucap wira.
Crok!
Baju kakek ji sobek, dan luka dangkal tercipta.
Seumpama tubuh kakek ji tidak terselimuti aura emas mungkin tubuh kakek ji sudah terpotong menjadi dua bagian.
"Beraninya kamu!"
Kedua orang itu langsung bertarung dengan sangat intens.
Kakek ji memajukan tapak tangannya, sedangkan wira memajukan tangan monsternya.
Bang!
Keduanya terpental kebelakang beberapa meter.
Wira masih terlihat tenang, wajahnya menujukan seringai ganas, namun sayang sekali aura emas yang menyelimuti kakek ji perlahan memudar, bahkan pada saat ini kakek ji gemetar dan hampir terjatuh.
Wira menyeringai.
Semua orang yang ada di sini panik melihat kakek ji yang sepertinya kalah melawan wira.
Wira hendak melesat dan membunuh kakek ji, namun sebelum momen itu terjadi wira secara tidak sengaja melihat dua orang yang sedang duduk di bangku penonton.
Seorang pria bertopeng putih yang tampak gemetar ketakutan, dan seorang pemuda tampan yang terlihat sangat tenang.
sangat layak untuk di nanti setiap apdetnya