Amira, seorang gadis jaman now yang terkontaminasi novel online bergenre pelakor. Ia selalu berharap bisa di hamili oleh seorang pria tampan dan kaya, sekalipun pria tersebut sudah memiliki istri.
Suatu ketika ia bertemu dengan Gerrard, seorang CEO kaya raya dan tampan yang menginginkan seorang anak. Sedang istrinya tak bisa memberi keturunan.
Meski di hujat netizen, Amira tetap mengikuti kata hatinya demi hidup bagaikan gadis miskin yang naik derajat, seperti di dalam novel-novel online yang pernah ia baca.
Ia kemudian menjalani kehidupan bak Cinderella. Ternyata pria kaya itu beserta keluarganya sangat baik. Amira merasa jika karma tidak berlaku pada kehidupannya.
Namun ketika ia telah menikah dengan CEO tersebut, muncul kejanggalan demi kejanggalan. Seperti sarapan pagi di rumah keluarga besar suaminya yang selalu sama, orang-orang yang mengenakan baju yang sama, pembicaraan yang sama setiap hari.
Apakah yang sebenarnya terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obsesi Pelakor
Malam itu, Amira menatap layar ponselnya dengan mata berbinar. Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tapi ia masih betah memelototi episode demi episode dari cerita novel online kesayangan yang berjudul "Gadis Miskin dan CEO Tampan".
Sebuah kisah basi sekaligus pasaran yang amat laku di kalangan para pembaca perempuan. Biasanya berisi tentang kehidupan pelakor atau perebut suami orang yang berakhir bahagia.
Dalam cerita-cerita itu, tokoh utama selalu digambarkan sebagai gadis muda yang sederhana, lugu, dan sering kali datang dari golongan kelas bawah.
Kemudian gadis itu masuk ke kehidupan seorang pria mapan yang sudah menikah, lalu secara ajaib berhasil merebut hatinya. Biasanya diawali dengan adegan dihamili terlebih dahulu, kemudian dinikahi.
Istri sah biasanya di deskripsikan sebagai wanita karir yang sibuk bekerja, bersikap acuh tak acuh, bahkan mandul, dan tak mengurusi suami dengan baik.
Sehingga pembaca akan dengan mudah menyalahkan sosok istri sah tersebut. Dan pada akhirnya, si pelakor justru menjadi pemenang dan hidup bergelimang kemewahan.
"Duh, dimana ya nyari CEO tampan, muka blasteran, yang gairahnya gede, plus tajir melintir." gumam Amira sambil menggulir layar dan senyum-senyum sendiri.
"Orangnya yang mendominasi gitu kalau bisa. Terus gue dipaksa buat hamil anaknya. Sexy banget kali ya tuh cowok, iiiiihhh, mauuu." lanjutnya lagi.
Ia merasa geli sendiri akan khayalannya yang mulai kotor. Bukan hanya di novel online, kadang short film yang sering seliweran di beranda sosial media miliknya pun sering menampilkan adegan seperti itu.
Adegan yang membuat para pembaca perempuan merasa, bahwa dihamili sebelum dinikahi oleh laki-laki tampan dan mapan itu merupakan sesuatu yang menyenangkan.
Benar-benar sebuah pemikiran yang sesat dan kadang tak disadari oleh para orang tua. Mereka mengira anak gadis mereka baik-baik saja, padahal isi pikiran mereka jauh melampaui usia sebenarnya.
"Tuh kan, ih. Udah Kiara serahkan aja, nggak usah jual mahal. Hidup lo enak kalau hamil anaknya Saga."
Amira mengomentari tokoh yang tengah ia baca di halaman chapter. Ia kembali terlihat senyum-senyum sendiri, dengan disaksikan oleh kamar kontrakannya yang sempit. Dimana cat dinding sudah banyak yang mengelupas, akibat tak pernah diperbarui oleh sang pemilik.
Ia juga ditemani oleh suara decit kipas angin yang sudah dua Minggu tak dibersihkan. Ia terus membaca dan berkhayal menjadi Cinderella, yang bisa kaya dalam waktu sekejap. Meski di atas meja kamar terdapat catatan hutang yang tak pernah berkurang.
Sejak ayahnya meninggal dan ibunya jatuh sakit, beban keluarga dan biaya sekolah adik-adik seolah bertumpu di pundaknya. Amira sudah lama berhenti kuliah karena tak mampu membayar biaya semester.
Pekerjaan apapun mulai dari jadi SPG, admin online shop, sampai waitress dan kasir di sebuah kafe pun ia jalani. Tetapi tetap tak sanggup menutup bunga hutang keluarganya yang terus menjerat.
Namun meski begitu, sosial media dan aplikasi novel online selalu membuatnya merasa memiliki pelarian. Cerita-cerita pelakor itu menjelma menjadi dunia tersendiri baginya.
Sebab disanalah terdapat harapan, bahwa mungkin suatu hari ia juga akan bertemu dengan seorang pria mapan yang mau mengangkatnya dari jurang kemiskinan.
Tak jarang, ia ikut nimbrung di aplikasi sosial media TikTok. Ia membuat konten-konten reaksi positif tentang cerita novel online bertema pelakor.
Followers-nya memang belum banyak, tapi interaksi di kolom komentar membuat ia merasa tak sendirian. Banyak perempuan diluar sana yang ternyata memiliki fantasi yang sama, yakni dijadikan istri kedua oleh pria kaya raya.
"Gue harus terus merawat diri, harus bela-belain beli skincare. Supaya ada cowok kaya yang mau sama gue." ucapnya.
"Gue nggak boleh miskin terus." lanjutnya lagi.
Malam itu setelah beberapa jam berlalu, ia pun menutup aplikasi tersebut. Ia lalu merebahkan diri di kasur dengan pandangan mata yang menatap langit-langi kamar.
"Semesta, tolong kirimkan CEO tampan yang punya darah campuran. Tinggi, sexy, gairah gede, baik, royal, kaya-raya, suami orang juga nggak apa-apa koq." ujarnya.
Tak lama gadis berusia 20 tahun itu pun terlelap, dengan harapan yang mulai di dengar oleh alam semesta.
***
Keesokan harinya Amira berangkat kerja, di sebuah kafe instaramable yang ada di dekat pusat kota. Rambut gadis itu di curly wave menggunakan catokan seharga hampir satu juta, yang ia bayar dengan menggunakan paylater.
Wajahnya pun di poles dengan moisturizer, sunscreen, serta cushion dan lipmatte yang cukup mahal untuk ukuran karyawan dengan gaji dibawah UMR. Lagi-lagi ia membayar semua itu dengan menggunakan metode yang sama.
Semua agar ia tampil cantik paripurna dan bisa menggaet siapapun pria kaya yang mampir ke kafe tempat dimana ia bekerja. Meskipun sampai saat ini impian itu belum juga jadi kenyataan.
"Halo cintaku yang cetar membahana, di seluruh dunia Maya maupun dunia fana."
Sheva salah satu teman waitress, menyapa Amira dengan renyah. Maka Amira pun berputar-putar sambil bergaya, layaknya model yang tengah berjalan di atas catwalk.
Belum ada satu pengunjung yang datang, sebab mereka baru saja buka dan sedang bersih-bersih.
"Makeup lo bagus." puji Sheva padanya.
"Iya dong, pake cushion yang gue tunjukin kemaren ke lo." jawab Amira.
Kemarin memang ia ada menunjukkan produk cushion terbaru, yang ia lihat di iklan tiktok shop.
"Ih, kalau sebagus ini hasilnya, gue juga mau beli ah." ujar Sheva.
"Makanya cus beli, biar flawless glowing kayak artis Korea." jawab Amira.
"Eh, Amira. Lap dan bersihkan tuh kaca depan."
Tirani salah satu pekerja yang tak pernah ramah pada Amira dari semenjak ia masuk, tampak berjalan sambil memberi perintah.
Amira dan Sheva saling menatap satu sama lain sambil menaikkan mata mereka ke atas. Bibir mereka sama-sama miring dan tampak nyinyir.
"Sok ngebos banget, mentang-mentang Deket sama pak Ilham."
Amira menyingung kedekatan Tirani dengan bos pemilik kafe tersebut.
"Udah, kerjain aja. Kita masih butuh gaji buat baya cicilan."
Fahri salah satu coffee maker yang melihat kejadian itu, ikut berkomentar. Maka Sheva pun memberi kode pada Amira untuk mengerjakan saja, apa yang diminta oleh Tirani.
Dengan wajah kesal, Amira lalu mengerjakan pekerjaan tersebut. Selang beberapa saat setelah semua rapi, kafe itu pun dibuka dengan diawali doa bersama serta kata-kata motivasi.
"Kopi setulus hati, laris terus."
Mereka kemudian mengambil posisi masing-masing, sebab pelanggan pertama akhirnya datang.
***
Selang tiga jam berlalu, seorang pria berusia diatas 35 tahun tampak keluar dari sebuah mobil mewah, seharga nyaris dua puluh milyar. Ia kemudian melangkah masuk ke dalam kafe tersebut dengan langkah yang tenang.
Penampilannya rapi, mengenakan setelan jas dari sebuah brand quite luxury yang terkenal. Tubuhnya sixpack, tinggi sekitar 187cm, dengan wajah campuran Eropa tapi kulitnya sedikit tanning.
Jika dilihat-lihat pria itu sepertinya memiliki hobi surving di pantai. Rahangnya tegas, sorot matanya tajam. Ia terlihat berwibawa dan misterius. Persis dengan apa yang sering divisualisasikan dalam beberapa novel online.
"Selamat siang, pak. Mau pesan apa?" tanya Amira sopan, namun suaranya terdengar bergetar. Ia kini bertugas melayani di area pemesanan.
Pria itu diam dan menatapnya, membuat jantung Amira langsung berdegup kencang. Sebab mata mereka kini saling beradu.
"Hot Americano." ujar pria itu kemudian.
"Reguler, medium?" tanya Amira lagi.
"Reguler aja." jawab pria itu.
"Americano, satu."
Amira sounding kepada para coffee maker yang ada dibelakangnya, dan salah satu dari mereka mulai bergerak.
"Ada lagi?" tanya Amira seraya menatap si pria.
"Itu aja." jawab pria tersebut.
"Baik, totalnya 45 ribu." ujar Amira.
Pria tersebut langsung mengeluarkan handphone dan melakukan pembayaran cash less via aplikasi Qris. Tak lama notifikasi pembayaran pun diterima.
"Mau ditunggu disini atau disana?"
Amira menanyakan apakah si pria ingin menunggu di tempat yang sama, atau memilih mencari tempat duduk dan kopi akan diantar ke sana.
"Saya tunggu disini aja." jawab pria itu.
Sekitar satu menit kemudian, kopi yang ia minta telah tersedia dan Amira pun menyerahkannya. Pria tersebut berterimakasih, lalu mencari tempat duduk. Sheva langsung mendekat dan menyikut lengan Amira.
"Kayak CEO-CEO di novel online nggak sih?" tanya gadis itu kemudian.
"Gue baru mau ngomong gitu." jawab Amira sambil mesem-mesem.
"Gue deg-degan banget tadi, cuma gue berusaha profesional aja." lanjutnya lagi.
"Udah ganteng, tinggi, turun dari mobil mewah, terus jam tangannya Richard Mille pula." ujar Sheva seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Amira kini mulai memperhatikan jam tangan yang dikenakan si pria tampan itu dari kejauhan. Tadi ia bahkan tak menyadari hal tersebut, saking gugupnya.
Sebab pria itu benar-benar gambaran sempurna dari visual tokoh-tokoh dalam novel, yang pernah ia baca di aplikasi manapun.
"Tipe itu sebelas milyar harganya. Sama kayak punya nya si pejabat Mamat Syahroni." celetuk Sheva.
Jiwa miskin Amira pun mulai meronta-ronta, ia membayangkan jika memiliki suami seperti si pria tampan itu. Pastilah kamarnya penuh dengan koleksi tas mewah dan sepatu mahal, serta gaun-gaun dari brand luxury ternama.
"Gue kalau dinikahi cowok kayak gitu, kalah kali ya koleksinya tas para artis tanah air." Ia bergumam dan hal tersebut membuat Sheva kini tersenyum.
"Kalau dia laki orang gimana?" tanya gadis itu dengan nada menggoda.
"Seumur dia nggak mungkin single sih. Kalau single patut dipertanyakan." lanjutnya lagi.
"Nggak single juga nggak apa-apa. Gue siap menampung benihnya sampai hamil berkali-kali, dan siap menggeser istrinya sampai mereka cerai." ucap Amira.
"Yang penting gue dikasih kekayaan." imbuh gadis itu.
Dari sebuah meja di dekat area pemesanan, seorang ibu-ibu berkata pada anak laki-lakinya yang tengah menikmati croissant.
"Perempuan jaman sekarang itu rata-rata nggak punya harga diri ya. Jijik banget ngeliatnya." ucap ibu tersebut.
Sontak si anak laki-laki yang tengah makan dengan tenang itu pun terkejut, dan langsung menatap sang ibu.
"Maksudnya mi?" tanya nya kemudian.
"Kamu nggak dengar si kasir itu sama temanya lagi ngomongin si laki-laki yang pake jas disana?. Omongannya nggak senonoh loh."
Sang ibu menyinggung soal Amira dan Sheva yang tengah membicarakan si pria tampan.
"Dengar, koq. Tapi ya udahlah, itu kan bukan urusan kita." jawab si anak kemudian.
"Kamu awas ya, Rangga. Hati-hati dalam memilih perempuan. Apalagi temannya itu, kepala bertudung tapi kelakuan sama aja kayak temannya yang terbuka." ucap si ibu.
"Jaman sekarang kadang perempuan itu tertutup di luar aja, hatinya tetap telanjang." lanjutnya lagi.
Si anak laki-laki yang bernama Rangga tersebut, mulai terlihat tidak nyaman. Ia takut Amira dan Sheva mendengar ucapan sang ibu yang pedas nyelekit.
"Udahlah, mi. Kita kesini mau makan dan nikmatin kopi loh, bukan mau membicarakan orang lain." ucapnya.
"Ya, masa mereka bilang nggak apa-apa dihamili duluan sama suami orang. Siap menggeser istri sah sampai cerai. Pembicaraan macam apa itu?. Emangnya mereka nggak dididik orang tua?" tanya sang ibu.
Rangga menghela nafas agak dalam.
"Ingat, mi. Menggunjing orang itu juga sarang dosa, kan mami sering lihat parodi nya di tiktok." ucapnya mencoba mengalihkan topik.
"Rangga nggak bakal nyari cewek kayak gitu koq. Udah ya!" lanjutnya kemudian.
Sang ibu pun terlihat melirik ke arah Amira dan Sheva yang masih terus berbicara kotor tentang si pria tampan. Sementara pria tampan itu tampak fokus memperhatikan layar handphone.
***