Nama ku Hayun, Aku lahir di kota dan tumbuh besar di kota, Namun Aku, Adik dan bunda harus pindah ke Desa karena Ayah pergi keluar Jawa untuk bekerja.
Kami tinggal di Desa yang cukup aneh, Rumah yang kami tempati yaitu Rumah Eyang atau nenek bunda. Disinilah Keanehan mulai muncul mengganggu ketenangan kami. Apa yang sebenarnya terjadi? Desa ini juga aneh! Desa Gondo Mayit!!!.
Semua kejanggalan yang kami alami masih misteri, kalian akan menemukan Jawaban dari misteri yang ada, Ikuti kisah ku dari awal sampai akhir.
CERITA INI HANYALAH FIKTIF BELAKA!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab01. Pindah Rumah
Namaku Hayun, Aku memiliki adik perempuan namanya Hanum, Tiga belas tahun umurnya sedangkan usia ku delapan belas tahun.
Tumbuh dan lahir di kota dengan Materi berlimpah Membuat ku dan Hanum tumbuh sedikit manja karena terlalu sering di manjakan. Keluarga kami adalah keluarga yang bahagia . Sampai dimana saat hari aku lulus SMA dan berniatan daftar kuliah kembali bersenang-senang dengan teman-teman ku, Ayah malah mengumumkan hal buruk kepada keluarga kami.
"Bun, Perusahaan Sudah di ambil alih oleh mas Pras. aku sudah tidak punya apapun bahkan kini dia menjebak ku agar aku tidak mendapatkan jatah warisan dari orang tua ku!! ", Ucap ayah ku
Bunda memberikan ayah segelas air putih karena ayah baru pulang , Kami berkumpul di ruang tengah untuk mendengarkan ayah. ayah meminum seteguk saja lalu meletakkan gelas kaca itu di meja. ayah menatap kami dengan sendu.
" Om pras kok jahat sih yah...! ", ucapku
" Maafkan ayah ya, Besok kita pindah dari sini! ", Ucap ayah dengan penuh penyesalan
" Kenapa kita harus pindah juga? ", tanya Hanum adik ku.
"Agar kita punya uang, harta kita tinggal mobil dan rumah ini!", jelas ayah pada kami
Rasanya seperti disambar petir di siang bolong, harus mendengarkan kabar buruk ini. aku benar-benar pusing memikirkan nasib kami kedepannya bagaimana? Apalagi aku dan Hanum sudah terbiasa hidup mewah dan manja, Bahkan aku tidak akan bisa lagi berkumpul dan main dengan teman-teman ku. Semua angan-angan ku melanjutkan kuliah dan bersenang-senang dengan teman itu terhapus sudah dari fikiran ku.
Sambil menunggu pembeli rumah kami, ayah juga mencari-cari informasi pekerjaan dari teman-teman nya. Akhirnya salah satu teman ayah memberikan informasi ada pekerjaan tambang di luar Jawa tepatnya di Provinsi Kalimantan. Ayah mengiyakan ajakan temannya karena gajinya lumayan.
Setelah rumah terjual bunda memutuskan agar kita tinggal di perdesaan, tempat dimana Eyang Atau neneknya bunda tinggal. Sejak aku lahir aku tidak pernah pergi ke rumah eyang karena tempatnya begitu plosok dan jauh dari perkotaan. Aku sempat bertanya kepada bunda kenapa tidak tinggal dirumah nenek saja? tapi bunda tidak mau karena dirumah nenek ada saudara saudara bunda.
Kata bunda jika sudah berkeluarga itu tidak enak rasanya tinggal satu rumah dengan saudara. apalagi dirumah nenek ada Om Yuda dengan istri anaknya dan Om Setya dengan istri anaknya juga, Belom lagi kakek dan nenek. Bayangkan saja Satu rumah dihuni tiga keluarga? Makanya bunda memilih ke rumah eyang, itung itung juga membantu eyang disana. Usia eyang juga sudah seratus tahun jadi mungkin mau apa-apa itu susah.
Keesokan harinya kami berangkat menuju Desa tempat eyang tinggal. Dalam perjalanan kami merasa aneh dan sedih, perasaan campur aduk tidak bisa di jelaskan. Sebelum pergi tadi teman-teman ku datang dan memberikan sesuatu sebagai kenang-kenangan.
Adikku Hanum, dia juga terlihat amat sedih karena harus berpisah dengan teman-teman sekolahnya. Hanum juga akan lanjut sekolah di desa, entah sekolah nya macam apa pun kita tidak tahu karena ini benar-benar pedesaan . atau mungkin tidak ada sekolahan? .
Saat ini kami sedang melintas di jalanan yang sepi , kanan kiri hutan lebat dan gelap. pepohonan rimbun membuat teduh jalan yang kami lewati . Sebenernya jam masih menunjukkan pukul Dua belas siang tapi terlihat gelap karena memang hutannya begitu lebat.
"Perasaan dari tadi hutan doang! ", Gumam Hanum
"Udah num tidur aja! ", Ucapku dengan membuka bungkus jajan ciki
Hanum memeluk boneka Sapi kesayangan nya, Lalu Hanum memejamkan matanya mencoba untuk tidur. Sedangkan aku mengamati jalan yang kami lewati dengan menikmati jajan ciki.
Sepuluh menit kemudian kami sudah memasuki desa yang kami tuju, Nampak tugu batas desa yang bertuliskan Desa Gondo Mayit. aku menyengir saat melihat tulisan itu, Desa apaan namanya serem begitu. Hanum terbangun karena jalan mulai tidak enak, Kami melewati Jalanan rusak jadi mobil kami sedikit bergoyang-goyang .
"Kirain tadi gempa! ", ucap Hanum
"Jalannya rusak num! ", jelas ku dengan menahan tawa karena wajah bangun tidur nya lucu sekali, apalagi saat dia terkejut dan bangun karena jalannya tidak enak.
"Ini ibu hamil lewat sini langsung melahirkan gak sih! ", Gumam Hanum, Ayah dan bunda tertawa mendengar kata kata Hanum barusan.
Aku merasa sedikit senang melihat bunda dan ayah masih bisa tertawa di keadaan seperti ini. Kali ini aku akan belajar hidup sederhana dan tidak manja atau lebih tepatnya tidak menyusahkan kedua orang tua ku. Aku berencana mencari pekerjaan di desa ini.
Sesampainya di rumah eyang, Mobil kami parkir di halaman depan rumah eyang. Rumah eyang seperti joglo kuno tua namun terlihat antik. halaman depan rumah eyang juga luas dan ada pohon mangga juga di halaman rumah nya. Kebetulan Eyang sedang duduk di Kursi goyang ruang tamu jadi saat kami masuk, kami langsung bertemu eyang.
"Assalamu'alaikum!! ", Ucap kami
"Nyuwun sewu!! ", Ucap bunda
"Waalaikumsalam inggeh, Pinarak Rumiyin!! ", ucap eyang.
Kami pun masuk dan duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu. Diluar perkiraan ku ternyata Eyang masih bisa berjalan walau membungkuk, giginya tinggal dua dibagian bawah saja, rambutnya putih rata dan panjang. walau sudah tua sepertinya eyang masih bisa menjaga dan merawat dirinya. Aku pikir penampilan eyang kumal karena hidup sebatang kara tak terurus.
Aku mengamati sekitar Rumah eyang terlihat bersih juga. Rumah eyang tidak ada lantainya atau bisa di bilang masih tanah, jadi kami tetap memakai sandal saat masuk ke dalam rumah.
Aku lebih heran lagi dengan eyang karena ingatan eyang masih tajam dan tidak pikun. Eyang masih ingat jelas Bunda.
"Piye kabar mu nduk?", Tanya eyang pada bunda
"Baik kok eyang! ", jawab bunda
"Kabar Eyang gimana? ", tanya bunda
"Sehat!! ", jawab Eyang dengan senyum sumringah
"Alhamdulillah! ", Ucap bunda dan ayah bersamaan
"Eyang jujur saja ini kita kesini ada maksud dan minta tolong kepada eyang! ", ayah ku mulai menjelaskan
Bunda dan ayah menjelaskan hal buruk yang menimpa keluarga kami. Eyang memang baik hati dan malah senang jika kita tinggal disini. Kata eyang enak jika rame rame karena selama ini eyang kesepian hidup sendiri.
"Senang rasanya eyang bisa menikmati masa tua bersama cucu dan cicit, sebelum eyang meninggal! ", ucap eyang
"Eyang ini bicara apa toh! ", Ucap bunda
"Lho kenapa emang? semua akan mati pada saatnya dan lagian eyang juga udah tua kan! ", jelas eyang.
Satu jam setelah asik mengobrol , kami menata barang barang kami ke dalam kamar kosong. dirumah eyang ada dua kamar. yaitu kamar eyang dan satunya kamar kosong. Kamar kosong itu dulu milik nenek kata eyang.
Setelah menata rapi baju-baju ku kedalam lemari jati dikamar kami, akupun pergi keluar untuk jalan jalan mencari udara segar. aku dan Hanum jalan kaki melihat-lihat sekitar .
Hanum asik memprotet Rumah eyang karena antik dan unik. sedangkan aku sibuk mencari sinyal dan mengarahkan handphone ku ke kanan ke kiri.
prakkk
Aku menoleh ke Hanum...
"Kenapa num? ", tanya ku dengan melihat handphone Hanum di tanah