"Mbok, memangnya saya ada dimana?" Tanyanya takut takut
Simbok mendekati Sifa dengan membawa nampan berisi termos kecil berisi wedang jahe, dan satu piring brownis pisang bawaan Wahidah tadi siang.
"Ini rumahnya tuan dokter non. Sekarang, makan ya non? biar pak dokter pulang, non sudah kenyang, ayo cicipi"
Simbok menuangkan wedang dalam cangkir, lalu menyerahkan pada Sifa "Ayo non, jangan takut. Kalau non nggak makan, simbok takut non, entar simbok ditegur sama tuan"
Sifa pelan pelan menyesap wedang jahe yang panas panas pedas, lalu mengambil brownis yang disodorkan oleh simbok.
"Bagaimana? enak non?"
Sifa manggut manggut dan terus memakan kue itu sebagai pengganjal perutnya
Simbok tersenyum "Kue ini bikinan kakak iparnya tuan dokter non, termasuk kesukaan tuan Anand dan tuan Ilham"
"Terus, kalau ini habis, aku kena marah nggak mbok?" Tanyanya masih terus mengunyah
"Ahaha, non, non, mana pernah tuan dokter marah. Kalau habis tinggal telpon, pasti siang atau sore, kuenya sudah ada dimeja"
"Hayo ngomongin apa?" Suara Ilham tiba tiba muncul dari balik pintu
"Eh tuan, bikin kaget" Simbok langsung berdiri
"Siniin mbok, kalau simbok mau istirahat, istirahatlah" Ilham meminta nampan yang dipegang simbok, lalu Ilham duduk ditempat simbok tadi duduk
Simbok berjalan mau meninggalkan kamar ini
"Mbok, mbok, biasa mbok, empat"
"Oh, baik tuan" Simbok berlalu mau membuatkan kopi hitam 4 gelas, untuk para pria penghuni rumah ini
"Sifa, gimana keadaanmu? ada yang sakit?" Dokter Ilham membenahi anak rambut yang sedikit mengganggu pada wajah Sifa
"Sedikit pusing pak" Jawabnya sambil terus mengunyah
Ilham tersenyum, lalu mengusap rambut Sifa dengan lembut "Nanti akan sembuh, kalau kamu kenyang" Ilham ikut mencomot brownis yang ada dipiring Sifa, lalu memakannya
"Bapak dari rumah sakit?"
"Iya, tadi ada panggilan darurat"
"Bapak tidak capek?"
"Capeklah, masa nggak" Jawabnya sambil membuka jas, dan menyingkirkan disamping duduknya
"Kalau begitu bapak tidur saja "
"Saya baru pulang, mana bisa langsung tidur"
Simbok masuk setelah mengetok pintu "Tuan, ini kopinya?"
Ilham menoleh kebelakang "Taruh saja dimeja mbok. Makasih ya"
"Iya tuan, oiya, ada lagi yang bisa simbok ambilkan tuan?"
"Tidak usah mbok, silahkan kalau simbok mau istirahat"
"Baik tuan, permisi" Simbok membungkuk dan berlalu
"Ayo dihabiskan Sifa, saya bantuin makan ya? biar enak, kalau makan ada temannya"
"Memangnya bapak nggak ada teman?"
Ilham mengernyitkan dahi "Simbok belum bercerita padamu?"
Sifa menggeleng " Tadi cerita dikit, tentang bapak"
"Cerita apa tuh?" Tanyanya sambil terus memakan brownis
"Kalau bapak tak akan marah, jika brownis ini aku habiskan semmmuaaa" Sifa mencomot kue sambil tersenyum menggoda Ilham
Ilham tersenyum "Hanya itu?"
"Kalau kue ini bikinan kakaknya bapak, dan kue ini juga kesukaan bapak"
"Oh, cuma gitu?"
"He emz"
Ilham memberikan nampan ketangan Sifa "Ya sudah, habiskan" Tangan Ilham mengusap rambut Sifa entah sudah berapa kali
Ilham berdiri, lalu pindah duduk disofa dan mulai menyesap kopinya
"Bapak, saya sudah kenyang, Ini taruh dimana?" Sifa ingin turun dari tempat tidur, namun dicegah oleh Ilham
"Sudah, Sifa disitu saja, biar saya yang kesitu"
Ilham berdiri lalu mengambil nampan dari tangan Sifa "Minumnya sudah?"
"Sudah pak"
"Baiklah, saya singkirin ini" Ilham beranjak lagi dan duduk kembali disofa
"Kalau Sifa ngantuk, tidurlah"
"Saya belum ngantuk pak"
"Ya udah, cerita kalau begitu ?"
"Cerita apa pak? saya nggak punya cerita bagus" Sifa manyun
"Masa, kemarin waktu ikut lomba terlihat bagus banget itu"
"Itu lucu pak" Sifa mulai tersenyum "Bapak juga terlihat, terlihat sangat lucu "
"Lucu? saya sangat lucu? bagian mana yang lucu?"
"Bagian kelompoknya?"
Ilham menjeb
"Ahaha, ekspresi bapak lucu. Barusan bibir bapak menjeb begitu lucu, kayak orang bingung"
Ilham langsung menutup mulutnya sambil memandang Sifa
"Bapaaak.."
"Heemm"
"Kenapa saya ada disini ?"
"Karena kau telah saya adopsi" Ilham beranjak dan mendekat "Ayo tidur lagi, sudah malam"
Sifa membenahi diri, dan merebahkan tubuhnya lagi.
Ilham duduk disamping Sifa, membenahi selimut, untuk menyelimuti Sifa
"Mulai hari ini Sifa tinggal disini ya?"
Deg deg deg
Jantung mereka sama sama berdebar
Ilham menghela nafas panjang, jantungnya sering berdenyut hebat akhir akhir ini
"Terus rumah Sifa bagaimana pak?"
"Kalau Sifa ingin berkunjung kesana, bilang sama saya, nanti saya antar kesana"
"Bapak, memangnya kalau Sifa berada disini tidak akan mengganggu?"
"Mengganggu siapa? mengganggu satpam ?pak Dar ? atau mengganggu simbok? siapa yang mau kau ganggu? disini nggak ada siapa siapa"
"Tidak ada siapa siapa? "
"Iya, disini hanya ada saya ,tak ada orang lain"
"Oh, maksudnya bapak tinggal sendiri ? dirumah sebesar ini? "
"Sifa sudah keliling?"
Sifa menggeleng " Belum "
"Kok Sifa tau, kalau rumah ini besar?"
"Dari kamarnya saja terlihat besar, masa rumahnya lebih kecil dari kamar ini, nggak mungkin kan pak?"
"Ahaha, iya, ya, ya, sudah malam, tidur ya?"
Ilham menyalakan lampu tidur, dan mematikan lampu utama "Berani tidak, tidur seperti ini?"
"Berani"
"Ya sudah, saya keluar, kalau Sifa butuh sesuatu, saya ada disofa depan televisi ya? kalau pas saya tidak dirumah, Sifa bisa minta tolong sama simbok, ya?"
Ilham beranjak keluar
"Bapaaak"
"Iya" Ilham menoleh
"Jasnya"
"Ah iya,lupa " Ilham berbalik dan mengambil jasnya yang tertinggal ditempat tidur "Ya sudah, selamat malam Sifa"
"Malam bapak"
Setelah Ilham keluar, Sifa memeluk selimut erat, ada rasa nyaman, tak pernah menyangkah, secepat ini akrab dengan dokter, padahal sudah berbulan bulan bekerja dirumah sakit jarang bertemu sapa, Sifa tersenyum sendiri, timbul rasa kagum "Bapak peduli padaku, oh Tuhan.. Andai aku punya keluarga seperti bapak?" Sifa bermonolog "Aku pasti sangat beruntung" Sifa sudah ngglundung ngglundung diatas tempat tidur. Entah maksudnya apa, pokoknya Sifa berharap menjadi bagian didalam kehidupan dokter Ilham.
Sifa akhirnya terlelap
-
Pagi harinya, Sifa bangun sebelum subuh. Ia berkeliling mencari dapur "Wah, benarkan rumah ini sangat besar?" Sifa terkagum melihat lampu gantung yang sangat cantik yang ada diatas " Serasa diistana" Sifa tersenyum dan terus berjalan
plek plek plek
Suara sandal mendekat, simbok menoleh
"Eh non, sudah bangun?"
"Sudah mbok" Sifa mendekati simbok yang masih meracik bahan campuran nasi goreng "Simbok mau bikin apa?"
"Nasi goreng non"
"Oh, boleh Sifa bantu?"
"Jangan non, nanti simbok ditegur tuan"
"Memangnya nasinya sudah matang ya mbok?"
"Belum non, masih dicuci"
"Jangan nasi goreng mbok, mending nasi liwet mbok"
"Tapi jadwal hari ini membuat nasi goreng non"
"Oh, ada jadwalnya ya mbok, kaya pelajaran ya mbok? sini mbok, biar Sifa yang membikin"
"Non, apa tidak merepotkan?"
"Sifa itu pekerja keras mbok " Sifa ngobrol, tapi tangannya cekatan memasukkan bumbu bumbu untuk nasi liwetnya "Ada teri nasi mbok?"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Alanna Th
dr. ilham sdh kpincut, tinggal 'dciduk' kakak n iparnya bwt dnikahkn 👍😂🤣😘💖
2022-06-25
2
aisya_
nasi liwet, asin, sambel dduh lapaar mak
2021-12-10
0
Yani
Dokter pasti seneng di masakin Sifa
2021-08-10
1