Jodoh Sang Dokter Duda
"Selamat pagi kakak...." Sapanya sambil menyibak orden yang menutupi kegelapan kamar sang kakak.
Sifa menyibakkan selimut yang sejak tadi malam membungkus tubuh lemah sang kakak.
"Kakak, Sifa mandiin ya? biar kakak cantik" Ucapnya ceria, seceria bunga eforbia yang bermekaran di depan rumah yang luasnya sekebon kelinci
Sifa mulai mendudukkan kakaknya di kursi roda, lalu ia mendorongnya ke kamar mandi belakang dekat dapur untuk di mandikan.
Tidak lupa, Sifa membersihkan kamar tidur kakaknya yang berbau minyak kasturi anggap saja Sifa begitu. Padahal mau muntah jika orang lain atau tetangga yang masuk kamar ini.
Sifa sudah mengganti sprei yang bersih, dan sudah mengelap perlak yang bau harumnya kelewat ini.
Setelah rapih dan harum beneran, Sifa mengangkat kakaknya ke atas tempat tidur kembali. Tidak lupa, Sifa selalu mendandani kakaknya agar terlihat segar dan tidak mengenaskan lagi. Sekarang kakaknya yang tadinya bau pesing, kini sudah berubah wangi.
"Tuh, kakak sudah cantikkan? wangiii, kita sarapan ya?
Latifah hanya mengangguk
Sifa sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, karena Sifa biasa bangun sebelum subuh dan menyiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan mereka
🍬🍬🍬🍬🍬
Oiya perkenalkan, namaku Assifa Yasmin. Usiaku 22 tahun, lulusanku hanya SMA saja, Karena tidak ada biaya. Ibuku bernama Yasmina dan bapakku bernama Yusman.
Satu lagi, aku mempunyai saudara perempuan bernama Latifah Yasmin. Kakakku ini berusia 26 tahun tapi, dia belum sempat menikah karena gagal. Akupun tidak tau alasan gagal karena apa?
Akibat depresi hebat, kakakku mencoba bunuh diri dipohon jambu belakang rumah, namun aksinya gagal, keburu ketahuan tetangga. Akibat gagalnya bunuh diri, akhirnya syarafnya mungkin ada yang pedot (putus) mengakibatkan separuh lumpuh. Otaknyapun ikut lumpuh. Akhirnya kakak hanya bisa berbaring, dan bergantung pada kursi roda jika ingin berjalan.
Kami tinggal di rumah panggung, karena seringnya mengalami banjir. Rumah ini kami dapat dari bedah rumah karena kami tergolong warga yang tidak mampu. Terlebih kedua orang tua kami telah tiada belasan tahun lalu.
🍬🍬🍬🍬🍬
"Kakak, Sifa berangkat dulu ya, Kakak baik baik saja dirumah, nanti Sifa panggilin anak anak agar pada main kesini ya?"
Latifah hanya bisa mengangguk , karena tidak ada lagi yang bisa ia lakukan kecuali mengangguk dan menggeleng.
Sifa berangkat kerja menggunakan motor butut pemberian tetangga lewat kontengan ( iuran), harganya murah asal bisa jalan dan tidak mogok.
Sifa berlari menuju kantin rumah sakit, tiap hari ia menitipkan hasil karyanya yaitu pembuat aneka macam goreng gorengan.
Hari ini dia membuat samoza dan risol.
Tidak lupa, ia selalu menyisahkan beberapa gorengan untuk ia bagikan pada pasien yang akan melahirkan, yang masih berada di ruang observasi.
Dan tidak ketinggalan, Sifa selalu menyimpan jenis jajan tersebut, untuk teman minum sang dokter, di mana Sifa membersihkan ruangannya
Sifa sudah menaruh teh hangat dan jajan tersebut di atas meja kerja sang dokter.
Sifa sudah mulai menyapu seluruh ruangan observasi, di mana pertama kali pasien atau ibu hamil yang akan melahirkan masuk keruang pertama, sebelum ruang kedua, yaitu ruang khusus melahirkan normal
-
Masalah nyapu, ngepel, sudah semua, tinggal mengelap kaca.
Sambil bekerja, Sifa selalu menghitung pasien yang masih di dalam ruangan penanganan melahirkan.
Sifa mulai membawa jajan hasil tangan terampilnya, dan mulai membagikan pada para pasien. Pasien ya, bukan keluarga pasien. Kebanyakan
"Permisi ibu, silahkan cicipi buat ganjal perut" Ucap Sifa sambil tersenyum riang
"Terimakasih mbak, tapi istri saya sudah keganjel bayi, tu besarkan ganjelnya? " Goda suami pasien, Sifa hanya tersenyum sebagai jawaban
Sifa masuk kamar lainnya "Permisi ibu, silahkan buat isi perut biar tidak kosong"
"Yang kosong perut bapaknya mbak" Celetuk bapak bapak yang menjaga ibu hamil
Setelah seluruh pasien sudah mendapat jatah kue dari tangan Sifa, Sifapun mulai mengelap kaca jendela yang ada dikamar pasien ataupun dokter.
Dari jauh, langkah dokter Ilham seperti orang berlari menuju ruang operasi. Ia sibuk membenahi jas putihnya dan di ikuti oleh beberapa perawat yang membuntutinya
Sifa hanya bisa mengendikkan wajahnya, menyapa dokter Ilham yang lewat dengan buru-buru.
Ilham tersenyum secuil menyapa Sifa
Setelah saling sapa, iapun melanjutkan aksinya mengelap kaca kembali, hingga jatah kerjaannya kelar.
"Alhamdulillah" Ucap Sifa setelah pekerjaannya rampung semua.
Sifa menarik seluruh alat perangnya untuk ia letakkan pada tempatnya.
Sifa langsung menuju pantry rumah sakit khusus office boy dan office girl
Sifa menyeduh teh panas, dan beristirahat sejenak melepas penat
Srupuuuut
Sifa menyesap teh panas yang ia buat barusan
"Sudah selesai semuanya Fa?" Tanya Fitri teman seperjuangan Sifa disini
"Tinggal gosok kamar mandi" Jawabnya
"Sama"
Mereka sama sama makan ala kadarnya
"Sifa, kau bawa bekel apa? mau dong, coba" Ucap Fitri tak tau malu
Krusak krusuk krusak krusuk
Sifa membuka kresek yang berisi makanan, yang belum dibuka
"Ongseng jamur, sama perkedel kentang Fit, apa kau mau?"
"Boleh, aku coba sedikit sedikit ya?"
Fitri memang celamit ( suka minta ) orangnya, tapi dia tidak ganas atau serakah kalau minta. Dia tau etika dan adab.
Setelah mengambil beberapa lauk dari box makan milik Sifa, Akhirnya Fitri membuka bekel miliknya "Kau ambillah punyaku Sifa, ayo, ambil jangan malu" Paksanya
Sifa mulai bingung "Yang mau di ambil dari kotak makan Fitri apanya. Kotak Fitri saja hanya ada nasi dan telur dadar. Itupun putih semua tak ada daun bawang apalagi irisan cabe.
Sifa mendorong kotak nasi milik Fitri " perkedel ini juga mengandung telur Fit, makanlah punya kamu, dan ambil lagi punyaku kalau kamu mau" Sifa mendorong kotak nasinya kepada Fitri " Ini nggak papa, ambil lagi kalau kamu masih mau"
Tangan Fitri sudah menjulur dan mulai mengambil ongseng jamur yang menggoda perut Fitri
" Perkedelnya?" Tawar Sifa sambil terus menyodorkan pada Fitri " Ayo, perutku tidak muat kalau perkedal ini, aku habiskan sendiri"
"Kok perkedel buatanmu gede banget Fa"
"Iya dong, memang sengaja perkedelnya kubikin jumbo. Biar kenyang"
Akhirnya Fitri menyerah, dan mengambil apa yang perlu ia ambil.
-
Dr Ilham sudah selesai dengan tugasnya menyobek nyobek perut ibu hamil yang susah melahirkan normal. Ia duduk di meja kerjanya sambil istirahat sejenak.
Pandangannya tertuju pada samping gelas yang berisi teh manis nan hangat kesukaannya itu. Tangan dokter menjulur mengambil kue risol entah siapa yang menyuguhkan akhir akhir ini.
Ia menggigit kue tersebut "Enak, selalu enak" Di lihatnya bagian isinya "Emmmp kentangnya pas, tidak terlalu pedas. Eh, kenapa akhir akhir ini aku persis kaya chef Juna ya, menilai setiap makanan yang dimakan"
Dokter Ilham kembali mengambil kue persegi tiga "Apalagi ini " Ia mulai menggigit, lalu ia lihat apa yang ia makan "Ayam, isi ayam dan sayur? emmp enak. Wah, lama lama aku gemuk kebanyakan lemak ini" Ilham bermonolog sendiri dan cengar cengir akhir akhir ini
Tiba tiba lamunan Ilham di kagetkan dengan gedoran pintu dari luar
"Masuk "
Dua perawat masuk menghampiri dokter Ilham
"Sudah siap visit?" Tanya Ilham
"Sudah dok, kami sudah siap"
"Ayo"
Biasa, dokter Ilham selalu punya dayang dayang yang mengikuti langkahnya.
Dokter mulai masuk untuk berkunjung kepasien yang kemarin habis di sesar " Bagaimana dengan hari ini bu, sudah bisa bangun sendiri tanpa pertolongan suami?" Bertanya sambil sibuk memeriksa
"Sudah dok"
"Asinya sudah keluar bu?"
"Sudah dok tapi kuning "
"Oh, itu colustrum, tidak apa apa, itu bagus untuk sang bayi"
Haiii jumpa lagi dinovel Jodoh Sang Dokter Duda ini.... Happy reading semoga suka ceritanya.. Jangan lupa like vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Maniak Tenis meja
kangen doctor ilham lg..........
2024-06-29
3
DEVIE_RAVIENA
siapa tau mau pindah profesi dok..
2024-01-04
5
DEVIE_RAVIENA
percaya gak aih.. q baca cerita ini udah 2 kali ini
ceritanya bikin candu banget
2024-01-04
4