...Ibunda...
*Kriet…
Ketika Noctis dan Elena sedang bercakap-cakap dalam pikiran mereka berdua yang saling terhubung, pintu perpustakaan terbuka.
Elena yang mendengar suara pintu terbuka langsung melihat ke arah pintu karena reflek. Dia penasaran siapa yang datang ke perpustakaan yang sangat jarang dikunjungi oleh orang.
Elena memperhatikan orang yang baru saja masuk ke perpustakaan, dia adalah ibu Elena sendiri, Yovanca.
Melihat anaknya sedang membaca buku sendirian di perpustakaan, Yovanca segera berlari ke arah Elena dan memeluknya.
"E-l-e-n-a!" Yovanca mengeja huruf demi huruf nama Elena saat dia sedang berlari ke arah Elena.
Walaupun terlihat sangat senang dan santai saat didepan Elena, Yovanca sangat serius ketika dia bekerja mengurusi dokumen. Elena mampu mengetahui hal ini dengan menggunakan Noctis sebagai mata-mata.
Saat ini, Elena mengetahui sebagian besar orang di mansion yang mempunyai niat buruk terhadapnya. Selain itu, karena keberadaan Elena yang terlalu mencolok, membuat berbagai pihak mengincarnya.
Bahkan suatu hari, Noctis menemukan seseorang yang berusaha menculik Elena. Namun, langsung dibunuh dalam satu serangan karena hanya serangga kecil.
Yovanca memeluk erat Elena ketika sudah sampai didekatnya. Elena tidak sempat bereaksi melihat kecepatan gerak ibunya. Dengan menggunakan tubuh seorang anak berusia tiga tahun, tidak banyak yang bisa dia lakukan.
"Ugh… ibunda, lepasin! Aku merasa sesak jika kamu memelukku terlalu erat!" Elena meronta-ronta dan berusaha melepaskan diri dari pelukan ibunya. Namun, apa daya menggunakan tubuh berusia tiga tahun dia tidak bisa melakukannya.
"Baiklah!" Yovanca menuruti perkataan putrinya, dia mengangkat tubuh kecil Elena dan duduk di kursi Elena. Dia kemudian, mendudukkan Elena pada pangkuannya.
"Jadi, apa yang kamu pelajari?" Yovanca membelai kepala Elena.
"Bukan sesuatu yang penting. Aku hanya penasaran dengan sejarah tentang Spirit King of Darkness." Elena menunjukkan buku yang diletakkan di atas meja.
"Oh, begitu ya," Nada bicara Yovanca menjadi dingin karena keseriusan terhadap apa yang ia katakan.
"Kamu tenang saja, aku akan menjagamu." Ia mendekap Elena dengan lembut, tidak terlalu erat seperti sebelumnya.
"Tidak perlu khawatir, Ibunda. Aku ini kuat, jika hanya seperti ini aku masih bisa menahan tanggapan orang-orang kepadaku." Elena mengarahkan wajahnya kepada Yovanca dan tersenyum manis. Dia berusaha menenangkan ibunya yang berusaha keras untuk merawatnya.
Pekerjaan Yovanca tidak bisa dibilang ringan. Ia mengurusi dokumen yang sangat mempengaruhi perkembangan wilayahnya. Jika sampai salah memilih keputusan, maka akan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit.
"Kamu anak yang pintar, Elena ku sayang~." Yovanca mencium pipi Elena.
'Tidakkah kamu merasa dia orang yang merepotkan, gadis kecil.'
'Begini-begini dia orang yang sangat baik. Bisa dikatakan dia orang yang berpotensi menjadi sekutu terdekat.'
'Kasar sekali kamu memanggil ibumu "sekutu". Nanti kamu terkena kutukan menjadi semen bagaimana?'
'Bukankah seharusnya menjadi batu?'
'Tidak, lebih mudah menggunakan semen dari pada batu. Aku bisa saja pergi ke duniamu dan mengambil alat pengaduk semen.'
'Jika bisa kesana, bukankah kamu bisa mengembalikan aku ke dunia itu?'
'Bisa saja. Tapi, aku tidak mau. Eksperimennya adalah mengamati kehidupanmu didunia ini. Jika aku mengembalikan mu kesana, maka tidak ada gunanya aku melakukan eksperimen ini. Mungkin lain kali akan aku lakukan.'
"Yang lebih penting lagi, ibunda. Bukankah ibu perlu melakukan banyak pekerjaan?" Elena menggosok lokasi tempat ibunya tadi menciumnya menggunakan tangannya seperti membersihkan noda pada piring yang tidak mau hilang sekalipun menggunakan sabun dalam jumlah banyak.
"Kenapa? Apa kamu tidak suka jika ibu mencium mu?" Yovanca lebih mempedulikan tingkah anaknya yang membersihkan tempat ia mencium. Dia tidak menanggapi pertanyaan anaknya tentang pekerjaan.
Yovanca memasang ekspresi sedih agar terlihat lebih menyakinkan didepan Elena. Orang yang sedang sedih mampu membujuk seseorang dengan lebih mudah.
"Bukannya aku tidak suka dicium oleh ibunda, hanya saja lipstik yang ibunda kenakan selalu berbekas disana." Elena membalas wajah sedih Ibunya dengan ekspresi memelas. Dengan begini, Elena juga bisa membujuk Yovanca.
"Baiklah, kalau begitu, lain kali aku tidak akan memakai lipstik," Yovanca kembali mengubah nada bicaranya menjadi semangat.
"Jangan lakukan itu, ibu harus tampil cantik di depan para pedagang saat negosiasi. Penampilan mencerminkan kepribadian seseorang, walaupun tidak selalu," Elena memberikan peringatan serius kepada ibunya.
Akan sangat berdampak jika Yovanca berpenampilan tidak rapi saat bertemu para pedagang. Kemungkinan terburuk, keluarga Elena di cap sebagai bangsawan miskin jika penampilan Yovanca terlalu sederhana saat di depan pedagang.
Hasil terburuknya, akan hanya sedikit pedagang yang datang ke wilayah itu dan membuat perkembangan masyarakat menjadi sulit.
"Ehehehe... tenang saja Elena sayang, ibumu ini sangat hebat dalam melakukan pekerjaannya. Aku sudah menyelesaikan banyak pekerjaan. Dan lagi, jika pedagang itu datang tanpa membuat janji temu terlebih dahulu, aku bisa saja meminta dia menunggu aku bersiap-siap," Yovanca dengan gampangnya mengatakan itu. Pengalamannya bertahun-tahun dalam membuat keputusan membuatnya sangat percaya diri dengan kemampuannya.
"...," Elena diam saja melihat kelakuan ibunya itu. sebelum bereinkarnasi ke dunia ini, Elena tidak pernah terlibat dengan urusan politik apapun. Dia tidak tahu harus mengatakan apa kepada ibunya saat ini.
"Sebenarnya aku selalu penasaran dengan keluarga kita, ibunda. Bisakah ibunda menceritakan sejarah singkat tentang keluarga kita?" Elena meminta kepada ibunya. Noctis tidak mengawasi setiap orang satu persatu. Ibu Elena pastinya lebih tahu tentang keluarganya dari pada Noctis. Kesempatan ini digunakan Elena untuk mengetahui lebih lanjut tentang keluarganya.
"Baiklah Elena, akan ibu ceritakan. Nama keluarga bangsawan kita adalah Madison. Generasi pertama keluarga ini adalah salah satu dari lima pahlawan yang melawan raja monster, dia memiliki kontrak dengan Spirit King of Earth. Saat ini, keluarga kita memiliki gelar Duke."
"Bukankah gelar Duke itu sangat tinggi? Lalu, mengapa wilayah kita berada di berada di dekat hutan yang merupakan bekas markas raja monster zaman dulu?"
Elena sudah mengkonfirmasi pada Noctis jika hutan yang ada di dekat wilayah keluarganya adalah sisa-sisa markas raja monster.
Jika keluarganya memiliki gelar Duke yang merupakan gelar tingkat tinggi maka seharusnya wilayahnya berada di dekat ibu kota. Namun, saat ini berada di dekat hutan yang berbahaya.
"Itu karena wasiat dari pahlawan jika kita disuruh menjaga umat manusia dari para monster. Karena itulah, kita berada di lokasi dekat hutan itu. Tapi kamu tenang saja, walaupun begitu bisnis dan kekuatan politik kita di ibukota sangat tinggi."
"Bagaimana bisa mendapatkan kekuatan politik dan ekonomi jika kita berada di pinggiran seperti ini?"
"Lokasi kita yang berada di dekat hutan yang dipenuhi monster mengundang banyak petualang. Dari sini kita mendapatkan banyak pemasukan pajak. Dan untuk politik, itu karena keluarga kita satu-satunya yang masih memiliki kontrak dengan spirit tingkat raja."
"Satu-satunya? Apakah tidak ada yang lain?"
"Para spirit sangat jarang membuat kontrak dengan sebuah keluarga. Karena itu hanya keluarga kita saja yang memiliki kontrak dengan spirit tingkat raja dari masa lalu. Dan juga, kondisi kita ditambahkan dengan keberadaan Spirit King of Darkness yang telah membuat kontrak denganmu sejak lahir. Ini baru pertama kalinya spirit membuat kontrak dengan seseorang yang baru lahir."
"Karena itu keluarga kerajaan menganggap keluarga kita sangat berharga. Kita memiliki kontrak dengan dua spirit tingkat raja dan menjadi penjaga dari wilayah yang dipenuhi monster."
'Sebenarnya aku sedikit penasaran dengan nasib spirit king lainnya. Apakah kamu tahu, Noctis?'
'Entahlah, aku kurang peduli dengan mereka. Aku lebih peduli dengan penelitian yang aku lakukan.'
'Ya sudahlah, bukan berarti hal ini sangat penting.'
"Benar sekali, anakku sayang. Apakah masih ada yang ingin kamu tanyakan?"
"Sebenarnya aku penasaran dengan nama kerajaan kita?"
Elena terlalu malas mencari buku tentang nama kerajaannya, dia lebih memilih langsung bertanya karena lebih cepat. Buku di perpustakaan ini sangat banyak mengisi belasan rak yang ada di ruangan ini.
Sungguh sangat disayangkan karena tidak ada orang yang memasuki perpustakaan untuk membaca buku. Hampir sia-sia orang yang mengumpulkan semua buku ke dalam perpustakaan ini.
"Nama dari kerajaan kita saat ini adalah pulchrasia, sebuah kerajaan kecil yang memiliki hubungan baik dengan para spirit."
"Saat ini?" Elena mengulangi kata tersebut dengan nada bertanya.
Elena bingung dengan maksud dari kata "saat ini." Bukankah biasanya seseorang lebih memilih hidup di tanah kelahirannya hingga mati.
"Benar, jika kerajaan ini ingin memanfaatkan mu, maka kita akan langsung pergi dari kerajaan ini."
Yovanca sangat serius dengan perkataannya kali ini. Jika kerajaan ini berniat memanfaatkan Elena, dia akan membawa putrinya pergi ke negara lain.
"Ba..ik..lah, kelihatannya aku bisa mendatangkan sebuah masalah yang merepotkan. Tapi, tenang saja Ibunda. Aku akan belajar ilmu berpedang dan sihir agar menjadi lebih kuat. Ibunda sebaiknya tidak memaksakan diri untuk mengurusi pekerjaan ibunda dan aku. Ibunda fokus saja pada pekerjaan, aku bisa mengurus diriku sendiri."
Elena hanya bisa memikirkan hal itu untuk menenangkan ibunya yang sangat mengkhawatirkannya.
"Huweee… mengapa? Apa kamu tidak suka jika ibumu ini berada di dekatmu?" Yovanca sedih dan berpikir jika Elena tidak suka berada di dekatnya. Padahal, Elena adalah satu-satunya anak perempuan yang dia miliki. Belum lagi, Elena masih terlihat imut saat ini karena masih kecil.
Melihat tingkah laku ibunya, Elena berpikir bagaimana melawan ekspresi sedih ibunya. Tak perlu waktu lama, Elena menemukan caranya.
Elena menggenggam kedua tangan ibunya dengan lembut. Dia juga memasang ekspresi yang terlihat sangat mengkhawatirkan ibunya. Kemudian dia berkata...
"Bukanya aku membenci ibunda. Aku juga sangat mengkhawatirkannya ibunda, aku tidak ingin ibunda sakit karena terlalu banyak bekerja karena aku."
"Ehehehe… kamu benar-benar anakku yang sangat manis, ya."
Yovanca melepaskan tangannya yang digenggam Elena. Dia kemudian menepuk-nepuk kepala Elena secara lembut.
"Baiklah, sekarang bisakah kamu turun dari sana? Ibumu ini akan melanjutkan pekerjaannya," Yovanca meminta dengan halus.
"Tentu saja." Elena kemudian turun dari pangkuan ibunya itu.
Yovanca berjalan keluar dari perpustakaan. Elena mengembalikan buku yang ia baca sebelumnya ketempat semula dan pergi keluar dari perpustakaan.
Tanpa ibu dan anak itu, perpustakaan menjadi sepi senyap tanpa ada seorangpun disana. Hanya buku-buku tertata rapi di rak dan interior lainnya yang menjadi saksi bisu percakapan keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Astraloud
Semangat Author-san
2021-07-21
0
Alvanzry
nice thor
2021-07-18
1