Aku duduk termenung setelah Tuan Edward pergi ke perkebunan bersama Chelsea dan beberapa anak buahnya yang lain.
Entah mengapa aku merindukan sosok Mama. Tapi aku yakin, Mama tidak akan pernah merindukan ku bahkan Mama senang karena aku sudah pergi jauh dari rumahnya.
Dan aku juga sangat merindukan Reva dan aku yakin, mereka pasti sudah membuang Reva ketempat sampah. Padahal aku sangat menyayangi Reva karena Reva adalah temanku bertahan hidup.
Aku melihat-lihat sekeliling perkebunan melalui jendela kamar Tuan Edward dan teringat Tuan Edward, aku jadi merindukan sosok lelaki dingin itu.
Aku rindu wajah dinginnya juga tatapan maut nya itu. Aku bangkit dan mulai melangkahkan kakiku menuju pintu. Satu persatu anak tangga aku jajaki.
Hari ini Villa milik Tuan Edward terasa sunyi, tidak seperti biasanya. Biasanya ramai para pelayan berlalu lalang, sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ada yang bertugas membersihkan Villa ada pula yang sibuk dengan urusan dapur dan juga yang lainnya.
Aku terus melangkah hingga ke halaman depan Villa Tuan Edward yang sangat luas itu. Di halaman pun terlihat sunyi, entah pada kemana para keamanan serta penjaga kebun hari ini.
Namun disaat aku melangkah keluar dari halaman Villa, aku berpapasan dengan sebuah mobil yang memasuki halaman dan berhenti disana.
Aku memperhatikan mobil itu dari kejauhan. Namun betapa terkejutnya aku, ketika sang sopir membukakan pintu untuk seseorang yang duduk dibelakangnya. Seorang wanita anggun keluar dari mobil mewah itu, yang tidak lain adalah Nyonya Helen.
Nyonya Helen menatap ku dengan tatapan benci, sama seperti sebelumnya. Dia menghampiri ku, dan bodohnya aku tidak bergerak sama sekali dari tempat ku berdiri.
Nyonya Helen menarik tanganku dengan kasar dan membawaku memasuki Villa. Sesampainya di Villa, iapun segera melepaskan tanganku.
"Wanita macam apa kamu ini, Laura?! Kau telah menghancurkan rumah tangga ku hingga hancur berkeping-keping. Disini kau bahagia hidup bersama suami ku dan disana (Kediamannya) hidup anakku hancur karena mu! Kau tidak tahu kan, bagaimana Harry sekarang?! Dia hancur, Laura! Setiap hari, setiap malam, ia hanya berteman dengan minuman keras! Sekarang kamu puas kan?!"
Nyonya Helen terisak ketika mengucapkan hal itu. Dan tubuhku seketika mematung setelah mendengar ucapannya.
"Nyonya Helen... seandainya aku bisa menolak perjodohan ini, aku pasti sudah menolaknya. Karena aku tidak pernah berkeinginan menghancurkan rumah tangga orang lain. Aku tidak pernah bermimpi menjadi sosok orang ketiga dalam kehidupan kalian. Aku terpaksa melakukannya, Nyonya. Orangtuaku memaksa ku menerima lamaran Tuan Edward hanya untuk menyelamatkan perusahaan milik Ayahku."
Aku mencoba menjelaskan hal ini baik-baik kepada Nyonya Helen, dan berharap dia mau mengerti keadaan ku sekarang.
Nyonya Helen tersenyum sinis sambil menyeka air matanya. Sepertinya dia tidak mungkin mempercayai kata-kataku. Dia sudah terlanjur membenci diriku.
"Itu cuma alasan mu saja, kan? Bilang saja kamu memang mengincar harta kekayaannya. Kau dan seluruh keluarga mu sama saja, sama-sama penggila harta dan demi harta, kau bahkan rela menjadi seorang pelakor!!!"
Tak terasa airmata ku kembali menetes, aku tidak bisa menyalahkan Nyonya Helen sepenuhnya. Karena apa yang dikatakan olehnya memang benar. Aku adalah pelakor, orang ketiga dalam kehidupan mereka.
"Demi Tuhan, Nyonya Helen. Aku tidak menginginkan posisiku sekarang. Aku bahkan bukan siapa-siapa bagi Tuan Edward. Aku hanya seorang..."
Aku tidak sanggup melanjutkan ucapan ku. Jika aku mengingat siapa aku sebenarnya bagi Tuan Edward, entah mengapa hatiku terasa sangat sakit.
Nyonya Helen kembali tersenyum sinis, ia mendekatiku kemudian bicara denganku dengan jarak yang sangat dekat sekali,
"Hanya apa? Hanya selir?!"
Nyonya Helen tergelak setelah mengucapkan kata-kata menyakitkan itu. Aku menundukkan kepalaku, aku sangat malu harus bertatap mata dengan Nyonya Helen.
"Heh, sekarang kau sadar! Takkan ada yang mampu menggantikan posisiku sebagai istri Sah Tuan Edward Sebastian, termasuk kamu!"
Nyonya Helen mengucapkan hal itu sambil mendorong kepalaku dengan telunjuknya. Dia tertawa puas, menertawakan nasib buruk ku.
"Untuk apa lagi kamu kemari, Helen?!"
Tiba-tiba saja suara berat Tuan Edward terdengar dari balik tubuh Nyonya Helen. Nyonya Helen segera berbalik kemudian tersenyum sinis menatap suaminya.
"Untuk apa? Bukankah Villa ini juga milik ku? Ya, terserah aku mau apa!" sahutnya ketus,
Tuan Edward berjalan melewati Nyonya Helen kemudian menghampiri ku. Dia menatapku dan memperhatikan tubuhku dari ujung rambut hingga ujung kepala.
"Apa kau juga menginginkan Villa ini, Helen?" tanya Tuan Edward sambil berdiri membelakangi ku. Dengan gaya santai nya, ia memasukkan kedua tangan kedalam saku celananya.
"Seluruh harta mu adalah milik ku, Edward! Karena aku adalah istri sah mu. Dan aku tidak akan membiarkan selir bodoh mu ini menikmati kekayaan mu sedikitpun." sahutnya,
Aku hanya bisa menitikkan airmata ku dari balik tubuh besar Tuan Edward. Aku tidak berani mencampuri urusan pasangan itu karena aku sadar, posisiku dimata mereka.
"Sekarang terbukti kan, Helen?! Siapa sebenarnya yang mengincar harta kekayaan ku." ucap Tuan Edward sambil tersenyum hangat.
"Kau!!!" Nyonya Helen tidak berkutik,
"Kau tidak tahu siapa jalang ini sebenarnya, kan? Dia adalah kekasih anakmu, dan dengan teganya dia malah menikah denganmu. Untuk apa, apalagi kalau bukan harta kekayaan mu!" sahut Nyonya Helen setengah berteriak.
Tuan Edward sempat berpaling kearah ku namun cuma sebentar, setelah itu ia kembali menatap Nyonya Helen.
Aku melihat sosok Chelsea yang tersenyum licik. Ia terus memperhatikan pertengkaran kedua suami istri itu. Sepertinya ia sangat senang melihat pertengkaran kami.
"Sebelum aku menikahinya, aku sudah tahu siapa dia yang sebenarnya. Yang pasti, dia tidak seperti yang kau pikirkan, Helen!" sahut Tuan Edward sambil Tersenyum tipis.
Nyonya Helen meradang ketika mendengar jawaban dari Tuan Edward. Dia tidak menyangka Tuan Edward akan membela ku.
"Bagus, Edward. Ternyata pikiran mu picik, jika kamu sudah tahu dia adalah kekasih Harry, lalu kenapa kamu masih menginginkan dia untuk menjadi istri mu?! Kau tau bagaimana keadaan Harry sekarang? Dia hancur dan itu akibat dari perbuatan kalian!"
Dengan emosi yang membludak, Nyonya Helen berteriak di ruangan itu. Dan Teriakkan nya menggema diseluruh ruangan.
"Sekarang pulanglah, Helen. Aku pastikan suatu saat nanti, Harry pasti bisa menerima kenyataan ini." ucap Tuan Edward,
"Aku menyesal, Edward! Aku menyesal karena sudah terikat hubungan dengan orang seperti mu! Lelaki tidak berperasaan, bahkan kau tega merampas kebahagiaan anakmu demi kesenangan dirimu sendiri!"
Nyonya Helen melangkah dengan sangat cepat keluar dari Villa sambil terisak. Chelsea sempat mengangguk hormat kepada Nyonya Helen ketika wanita itu melewatinya. Namun setelah Nyonya Helen melewatinya, ia kembali tersenyum licik.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dewi Zahra
kasian Laura
2023-08-19
0
Muhammad Iqbal
kabut rumah tangga Edward susah direka reka ya ⚡🔨⚡🔨⚡🔨⚡🔨⚡🔨sedikitpun aku tidak tertawa... bacanya... air mataku menetes seperti Laura yg tersakiti... aduh.. kok jd mellow gini sih...
2023-01-29
0
Leerienna
Harry ga tau kebenarannya.. alasan Laura mau menikah dengan tuan Edward.
2022-06-26
0