Aku menghabiskan waktuku ditempat tidur sambil menangis. Bantal ku bahkan basah karena airmata ku terus menetes. Aku bahkan tidak menyentuh makanan dan minuman apapun seharian.
Para pelayan sudah beberapa kali membujuk ku untuk makan. Namun mulut ku enggan terbuka. Makanan dan minuman berjejer diatas meja, namun nafsu makan ku raib entah kemana.
Aku merasa sangat kecewa dengan sifat Tuan Edward. Aku tidak menyangka dia adalah seorang lelaki bejat yang suka meniduri wanita yang bukan istrinya.
Dan tak terasa, matahari pun mulai tenggelam dan aku masih meringkuk ditempat tidur tanpa makan dan minum. Sebenarnya, perutku sudah beberapa kali berdendang ria. Namun aku benar-benar tak berselera untuk makan.
Disaat aku masih setia meringkuk diatas tempat tidur Tuan Edward yang nyaman itu, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku masih berbaring membelakangi pintu dan aku tidak tahu siapa yang telah masuk kedalam kamar.
Namun aku mencium aroma maskulin dari Tuan Edward. Ku rasa Tuan Edward sudah pulang. Dan aku tidak peduli walaupun ia marah padaku karena aku tidak menyambut kedatangannya.
Aku sudah tidak sanggup untuk berpura-pura kalau aku sedang baik-baik saja. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kesal dan marah ku lagi kepada Tuan Edward.
Tempat tidur bergerak dan aku rasa seseorang sedang duduk disamping tubuhku. Aku sangat yakin, dia adalah Tuan Edward karena aroma tubuh Tuan Edward benar-bensr menusuk ke indera penciuman ku.
Entah apa sebabnya, indera penciuman ku benar-benar peka kalau berhubungan dengan Tuan Edward dan aku merasa sangat nyaman jika mencium aroma tubuhnya.
"Ada apa lagi, Laura?"
Deg!
Jantungku tiba-tiba berdetak sangat kencang ketika mendengar suara berat Tuan Edward. Aku gugup sekaligus takut namun rasa kecewa ku lebih dominan. Hingga aku tidak berniat untuk berbalik dan juga menjawab pertanyaanya.
"Laura,"
Suara berat Tuan Edward kembali terdengar namun kali ini bukan hanya suara. Namun tangannya juga ikut mengambil peran.
Ia menarik tubuhku hingga akhirnya aku menghadap ke arahnya. Tuan Edward mengerutkan keningnya seraya membantu ku untuk duduk disampingnya.
"Hmm!"
Lelaki itu menggunakan isyarat untuk meminta penjelasan lebih lanjut dariku. Aku menundukkan kepalaku sambil memilin-milin ujung kimono ku.
Saking sakitnya hatiku, aku bahkan lupa berpakaian. Aku masih menggunakan Kimono mandi yang sejak tadi pagi aku kenakan.
"Tuan, mau kah Tuan berkata jujur padaku?"
Tuan Edward yang tadinya menggulung lengan kemejanya, kini menghentikannya. Ia berpaling kearah ku kemudian meraih wajahku hingga akhirnya kami saling tatap.
Ekspresi wajah Tuan Edward sepertinya masih meminta penjelasan yang lebih detail kepadaku. Aku sebenarnya ragu untuk menanyakannya namun aku harus melakukannya.
"Tuan, sebenarnya apa hubungan Tuan sama Nona Chelsea? Aku harap Tuan mau berkata jujur padaku." ucap ku sambil memelas kepadanya.
Tiba-tiba sudut bibir Tuan Edward terangkat. Dia tersenyum ketika mendengar pertanyaan ku. Dia menatap mataku sambil tersenyum tipis. Membuat aku curiga, jangan-jangan apa yang dikatakan oleh Chelsea itu benar.
Ini pertama kalinya lelaki itu tersenyum saat bicara padaku. Ketampanan wajahnya semakin sempurna ketika dia menampakkan senyumnya seperti itu.
"Apa kamu cemburu?!" tanya Tuan Edward sambil merengkuh tubuhku.
Aku bertanya, dia malah balik bertanya. Bukan hanya cemburu Tuan Edward, aku kecewa, kesal, marah dan semua perasaan bercampur menjadi satu.
"Ku mohon, Tuan Edward. Jujurlah..."
Aku kembali memelas pada Lelaki ini karena aku sangat mengharapkan kejujurannya.
Tuan Edward menghela nafas panjang,
"Apa yang sudah dia katakan padamu? Apa kamu ingin tahu siapa Chelsea sebenarnya?!" tanya Tuan Edward lagi sambil tersenyum menatapku, dan senyuman itu membuat aku hampir saja melupakan kemarahan ku padanya.
Akupun mengangguk pelan sambil terus memperhatikan wajahnya.
"Chelsea itu wanita aneh yang tergila-gila padaku. Tapi sayangnya aku tidak memiliki perasaan apapun kepadanya. Aku menjadikannya sebagai orang kepercayaan karena dia memang pandai dan juga handal."
Tuan Edward menatap lekat padaku. Akupun membalas tatapan nya, aku menatap kedua bola mata indahnya bahkan tanpa berkedip.
"Tuan tidak bohong, kan? Tapi Chelsea bilang Kalian sudah sering melakukan itu di kamar ini..." ucap ku lirih,
Aku segera menundukkan kepalaku, aku takut tidak bisa menahan airmata yang sudah siap meluncur dari kedua sudut mataku.
"APA?!"
Tuan Edward meraih wajahku dan kamipun kembali saling tatap. Kulihat ekspresi wajahnya sudah berubah. Ia sangat terkejut mendengar penuturan dariku.
"Dasar wanita aneh! Bisa-bisanya dia mengakui hal menjijikkan seperti itu?!" gumam Tuan Edward,
Aku masih memperhatikan ekspresinya, dia terlihat sangat kesal dan terus menekuk wajahnya. Sejujurnya aku ketakutan, aku takut ia marah karena aku sudah mengatakan hal jelek itu padanya.
Kemudian Tuan Edward menyentuh pipiku sebelah kiri sambil menatapku lekat.
"Aku tidak pernah melakukan hal menjijikkan seperti itu, Laura! Aku akan bicara padanya dan biarkan dia menjelaskan semuanya padamu!"
Setelah itu, Tuan Edward bangkit kemudian melepaskan seluruh pakaiannya dan meletakkannya di keranjang pakaian kotor. Ia segera menuju kamar mandi dan tak berselang lama, kudengar suara gemericik air dari dalam sana.
Aku sedikit lega setelah mendengar jawaban dari Tuan Edward. Dan ku rasa dia berkata jujur kepadaku. Sekarang, semangat ku kembali lagi. Nafsu makan ku yang tadinya menghilang, kini kembali lagi.
Aku sudah kelaparan, ku raih makanan yang disediakan oleh pelayan untukku dan ku nikmati.
Dan ketika Tuan Edward kembali dari kamar mandi pun, aku masih saja bergelut dengan makanan itu.
Aku menengadah kearah Tuan Edward sambil mengunyah makanan dalam mulut ku sedangkan Tuan Edward menatap ku dengan sedikit heran.
"Kau menahan lapar hanya karena mendengar omong kosong yang diciptakan oleh Chelsea?! Miris... Lain kali sebelum kamu bersikap konyol seperti ini, sebaiknya cari tahu dulu kebenarannya!" ucap Tuan Edward seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Maafkan aku, Tuan..." sahut ku.
Setelah selesai mengisi perut, aku segera mengantar piring kotor ke dapur. Sesampainya disana, seorang pelayan segera menghampiri ku,
"Nona, seharusnya Nona tinggal panggil kami. Jadi Nona tidak perlu susah-payah seperti ini..." ucapnya seraya mengambil piring kotor dari tanganku.
"Tidak apa-apa, Bi."
Setelah menyerahkan piring kotor itu, akupun kembali melangkah menuju kamar Tuan Edward.
Namun saat aku ingin menaiki anak tangga, ku lihat Tuan Edward sedang berbicara serius dengan Chelsea diruang utama.
Aku penasaran dan segera ku hampiri ruangan itu. Samar-samar kudengar Tuan Edward memarahi Chelsea. Sedangkan Wanita cantik itu terus memelas kepadanya.
"Jangan pernah membual lagi, Chelsea! Jangan buat dirimu terlihat menjijikkan seperti itu!" ucap Tuan Edward, pelan namun terdengar sangat tegas.
"Maafkan aku, Edward! Aku cuma bercanda... Aku tidak menyangka dia akan menganggapnya serius." sahut Chelsea sambil memelas,
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dewi Zahra
lanjut kak
2023-08-19
0
Muhammad Iqbal
aduh ternyata benar chelsea ular betina kepala dua. benar benar nasib dilarang baru keluar dr mulut harimau ternyata dah ketemu ular....
2023-01-29
0
Diana Lestari Purba Dasuha
Laura terlalu cepat luluh seharusnya jgn baper
2022-08-28
0