Baru saja aku ingin mendekatinya, Tuan Edward menarik tubuhku hingga akhirnya tubuhku pun ikut basah diguyur air shower bersamanya.
"Aku baru saja selesai man... Ehmmm!"
Belum selesai aku mengatakannya, tiba-tiba saja Tuan Edward melabuhkan sebuah kecupan seraya menggigit bibir bawah ku kemudian menatapku tajam.
"Aku tidak suka ditolak!" ucapnya ketus,
Seketika aku menundukkan kepalaku. Aku takut sekali ketika menatap matanya. Jantungku terasa hampir jatuh ketika mendengar suara beratnya.
Tuan Edward memang jarang bicara namun sekali ia bicara, perkataannya terdengar sangat menakutkan.
Dibawah pancuran air, Tuan Edward mencumbu ku. Beberapa kali ia melabuhkan kecupan hangatnya di bibirku. Tangannya terus menyusuri seluruh lekuk tubuhku bahkan beberapa aset pribadi ku pun tak lepas dari sentuhan tangan nakal nya.
Aku hanya bisa pasrah dan membiarkan ia bermain sesuka hatinya ditubuh ku, bahkan lingerie yang baru saja aku kenakan, dilepaskan olehnya dan dilempar ke sembarang tempat. Dan sekarang, bukannya untuk membersihkan diri, tempat ini malah berubah menjadi sebuah tempat untuk permainan panasnya.
Tidak cukup sampai disitu, Tuan Edward membopong tubuhku yang masih basah ketempat tidurnya dan kembali mengulang cerita malam itu. Dimana dia kembali merajai tubuhku hingga ia puas.
❤❤❤
Kubuka mata dan mengucek nya, mencoba memfokuskan pandangan ku. Kudengar suara deru nafas yang menghembus disamping ku. Ternyata Tuan Edward masih terlelap sambil memeluk tubuhku.
Ku tatap wajahnya yang terlihat begitu tenang. Laki-laki yang kini menjadi raja dalam hidupku walaupun ia hanya menganggap ku sebagai selirnya.
Perlahan, kutinggalkan dirinya yang masih terlelap diatas tempat tidur mewahnya. Sekarang saatnya aku melakukan ritual pagiku. Setelah selesai mandi, berpakaian dan memoles wajahku, akupun duduk di tepi tempat tidur untuk membangunkan Tuan Edward.
"Tuan, bangunlah..."
Dengan perlahan, ku goyang-goyangkan tubuhnya. Setelah beberapa saat, akhirnya lelaki itu menggeliat kan tubuhnya.
Dia menatapku, kemudian meraih wajahku dan melabuhkan ciuman hangatnya. Setelah itu iapun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Kini giliran ku untuk membersihkan tempat tidur yang berantakan akibat permainan panas yang diciptakan oleh Tuan Edward tadi malam.
Sekarang aku melangkah menuju ruangan dimana pakaian Tuan Edward tersimpan. Aku sempat bingung melihat banyaknya setelan Tuan Edward yang berjejer.
Aku ambil salah satu diantaranya, walaupun aku tidak yakin pilihan ku sesuai dengan keinginan Tuan Edward.
Ku letakkan setelan itu di tepi tempat tidur dan tepat disaat itu Tuan Edward baru keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut hitamnya dengan handuk.
Aku mencoba memberikan senyuman terbaik ku untuknya namun Tuan Edward sama sekali tidak mempedulikan senyuman ku. Dia tetap dengan wajah dinginnya menatapku.
Tuan Edward melemparkan handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya kepadaku. Akupun kelabakan menangkap handuk itu.
Lelaki itu menghampiri setelan jas yang aku pilihkan untuknya dan menenteng nya. Ku lihat salah satu sudut bibirnya terangkat begitupula alisnya.
Aku menelan saliva ku sambil terus memperhatikan gerak-geriknya. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya, namun aku harap dia tidak akan marah padaku.
"Ehm, Tuan! Jika anda tidak menyukainya, saya bisa menggantinya dan mengambilkan yang lainnya..."
Aku beranikan diri untuk mengatakan hal itu sebelum mulut pedasnya menghardik ku. Tapi ternyata dugaan ku salah.
"Bantu aku mengenakan nya!" titah nya.
Dia menyerahkan kembali setelan itu kepadaku. Dan akupun segera membantunya mengenakan pakaiannya.
Seperti kemarin, Tuan Edward kembali mengajakku ke ruang makan untuk sarapan bersama. Namun jika kemarin Nyonya Helen masih bisa berpura-pura bahagia.
Tapi tidak pagi ini. Wajahnya menekuk dan ia sama sekali tak ingin melihat kehadiran ku maupun Tuan Edward.
Sarapan pagi ini benar-benar sunyi. Tak ada satupun suara yang terdengar dari bibir Tuan Edward yang memang dingin itu, tidak juga dari bibir Nyonya Helen.
"Aku selesai!"
Tuan Edward berdiri dan meraih tanganku. Sedangkan Nyonya Helen segera bangkit dan kembali ke kamarnya.
Aku mengantarkan Tuan Edward hingga ke halaman depan. Bahkan hingga ia pergi meninggalkan aku, bibirnya masih terkunci rapat. Tak ada satupun kata yang ia ucapkan kepadaku.
Kini aku melangkah kan kakiku menuju kamar Tuan Edward. Namun saat aku melewati ruang utama, Nyonya Helen menghampiri ku.
"Apa kamu merasa bangga setelah Edward membela mu?! Baru sehari kamu tinggal disini, Kamu sudah berani bertingkah! Kamu harus aku beri pelajaran, agar kamu sadar siapa dirimu sebenarnya dirumah ini!!" hardik Nyonya Helen.
Aku menggelengkan kepala ku, "Tidak Nyonya, aku tidak melakukan apapun, percayalah!" sahut ku,
Jangankan peduli, ia malah menyeret ku ke suatu tempat. Aku sudah memohon-mohon padanya, berharap ia tidak akan menyakiti ku lagi.
Namun percuma, kemarahan Nyonya Helen sepertinya sudah berada di ubun-ubun. Ia terus membawaku menuju sebuah ruangan yang sepertinya sebuah gudang tempat menyimpan barang-barang tak terpakai.
"Nyonya, maafkanlah aku... Aku bersumpah padamu, aku tidak pernah menceritakan apapun tentang mu kepada Tuan Edward!" ucap ku sambil memelas kepadanya.
Nyonya Helen memerintahkan seorang pelayan membuka gembok ruangan itu. Pelayan itupun bergegas membukakan kunci pintunya. Setelah pintunya terbuka, Nyonya Helen tidak segan-segan mendorong tubuhku dengan sangat kasar hingga aku terjerembab dan membentur sebuah meja yang ada didalam ruangan itu.
"Ku mohon, Nyonya Helen! Jangan kurung aku..."
Aku menyeret kaki ku menuju pintu namun terlambat. Pintu itu sudah dikunci dari luar oleh Nyonya Helen. Kini aku hanya bisa pasrah, menunggu kedatangan Tuan Suamiku yang mungkin akan menyelamatkan aku dari tempat ini.
Nyonya Helen begitu cemburu melihat kebersamaan ku dengan Tuan Edward. Padahal ia sama sekali tidak tahu bagaimana Tuan Edward memperlakukan ku.
Seandainya ia tahu, Tuan Edward hanya menganggap aku sebagai budak nya dan bukan seorang istri, apakah Nyonya Helen masih bersikap seperti ini kepadaku?
Detik demi detik, hingga akhirnya Jam pun berganti jam. Tidak terasa hampir seharian aku berada didalam ruangan pengap dan gelap itu.
Tak hentinya aku menangis di kegelapan sambil memeluk lutut ku. Kerongkongan ku bahkan terasa kering karena ruangan itu sangat pengap, bahkan udara yang ku hirup sudah bercampur dengan debu.
Ya Tuhan seperti inikah nasib yang harus aku terima? Tiba-tiba aku teringat sosok Harry,
"Harry... aku merindukan mu...!"
Karena selama ini hanya Harry yang benar-benar memperlakukan aku sebagai manusia. Bukan Budak apalagi selir...
Hingga akhirnya pintu dibuka oleh seorang pelayan. Pelayan itu sudah paruh baya dan dia tersenyum padaku sambil membantu ku berdiri.
"Nona Laura, Nyonya Helen memerintahkan anda agar segera membersihkan diri dan berhias secantik mungkin." ucap Pelayan itu.
"Baiklah..."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dewi Zahra
sabar Laura
2023-08-18
0
Muhammad Iqbal
sepertinya rumah Edward banyak iblisnya
2023-01-29
0
Siti Aisyah
aah aku jd sedih baca nya...seburuk itu kah nasib Laura ..gak beruntung sama sekali..disiksa dan dijual sama kedua orantua nya ..dibeli berharap lbh baik nasib nya..malah dijadikan sebagai pemuas nafsu aja..
2022-12-09
0