Aku duduk termenung didepan cermin hias. Aku sudah selesai di make up dan sudah siap untuk bersanding bersama lelaki itu.
"Ayo, Nona!" ajak MUA yang tadi merias ku.
Setelah keluar dari ruangan itu, aku disambut oleh Ibuku. Ibu tersenyum manis kepadaku. Ini pertama kalinya Ibu tersenyum manis seperti itu kepadaku. Biasanya ia selalu memasang wajah masam jika bertatap muka denganku.
"Ayo, Laura! Terus pasang senyuman mu. Apa kamu tahu, kamu begitu cantik hari ini!" ucap Ibuku.
Ya, dia memuji ku karena hari ini aku adalah pahlawan mereka. Karena harga diriku sudah ditukar untuk menyelamatkan perusahaan milik Ayah tiri ku.
"Ma, bisakah aku mengundurkan diri dari pernikahan ini? Aku juga ingin bahagia, Ma! Aku ingin menikah dengan kekasihku!" kataku sambil memelas.
"Enak saja! Memangnya kamu siapa, main batal-batal?! Ini pernikahan, Laura! Bukan permainan. Dan asal kamu tau ya, nasib perusahaan Ayah ada di pernikahan ini. Jadi jangan macam-macam! Apa kamu mau kita semua menjadi gembel?! Iya?!" hardik Ibuku
Ingin sekali aku menjerit. Aku ingin sekali menolak pernikahan ini tapi aku tidak berdaya.
Ibuku terus menggiring ku hingga ke sebuah ruangan dimana acara pernikahan ini dilaksanakan. Aku melihat sosok Tuan Edward yang sudah siap duduk didepan seorang penghulu.
Dia memang terlihat sangat tampan namun aku tidak tahu, hatiku begitu menolak pernikahan ini. Dia tersenyum tipis ketika melihat aku berjalan bersama Ibuku hingga akhirnya aku duduk disampingnya.
Acara pernikahan ini sangat sederhana. Hanya ada keluarga ku dan beberapa anak buah Tuan Edward, penghulu serta saksi-saksi.
Pernikahan ini persis seperti apa yang aku bayangkan sebelumnya. Aku hanya dinikahi secara siri oleh Tuan Edward karena istri pertamanya tidak mengetahui tentang pernikahan ini.
Penghulu memulai acara dan sekarang giliran Tuan Edward mengesahkan aku sebagai istrinya. Dengan sekali pengucapan, kini aku sah menjadi istrinya.
Dia memasangkan sebuah cincin bertahtakan berlian di jari manisku sedangkan di jari manisnya, sudah melingkar cincin pernikahannya dengan istri pertamanya.
Aku mencium punggung tangannya dan dia memberikan sebuah kecupan di keningku. Ibuku terlihat sangat puas dengan pernikahan ini. Apalagi Ayah tiri ku, dia selalu tersenyum disepanjang acara. Dia bahagia akhirnya perusahaannya tidak jadi bangkrut.
Hanya Eliza yang nampak menekuk wajahnya disepanjang acara ini berlangsung. Seandainya kamu tahu Eliza, aku ingin sekali kamu menggantikan posisiku saat ini!
Setelah acara pernikahan ku selesai, Tuan Edward mengajak ku pulang bersamanya. Dia ingin aku tinggal di rumahnya bersama istri pertamanya.
"Tapi Tuan, saya takut kalau istri anda akan marah..." ucap ku memelas padanya.
"Dia tidak akan berani menyentuh mu!"
Didalam mobilnya, Tuan Edward hanya diam mematung begitupula diriku. Aku tidak berani melakukan apa-apa, bahkan sekedar untuk tersenyum kepadanya.
Akhirnya mobil itu berhenti disebuah rumah yang sangat megah, semegah istana-istana di negeri dongeng. Keamanan nya pun begitu banyak, disaat mobil yang aku tumpangi melewati mereka, mereka menunduk hormat.
Halamannya saja sangat luas dengan dihiasi berbagai macam bunga yang sangat indah. Aku juga melihat jejeran mobil mewah, entah sekaya apa lelaki ini. Aku tidak tahu.
"Ehmm!"
Aku terkejut ketika Tuan Edward menyerahkan lengannya, beruntung aku paham. Lelaki itu memintaku untuk melingkar kan tanganku di lengan kekarnya.
Akupun menurut saja. Dia menuntun ku memasuki rumah megahnya. Hingga akhirnya kami berhenti tepat didepan seorang wanita cantik dan anggun.
Mungkin usia wanita itu kurang lebih seperti Tuan Edward. Walaupun begitu, ia sangat cantik menurut ku. Aku yakin sekali kalau wanita itu adalah istri pertama Tuan Edward.
"Helen, Ini Laura, istri ku!" ucap Tuan Edward kepada Wanita itu.
"Apa kamu bilang? Istri?" Wanita itu nampak shok ketika mengetahui kalau aku adalah istrinya Tuan Edward.
"Apa kamu sudah gila! Kamu pasti bohong kan?!" sambung wanita itu lagi. Ia bangkit dan menghampiri kami.
Tuan Edward masih nampak tenang, ia bahkan terlihat acuh dengan ekspresi istri pertamanya itu.
"Tidak, dia adalah istri ku. Dan ku harap kamubisa menerimanya!"
Tanpa ku duga, Helen, istri pertama Tuan Edward menjambak sanggul ku, aku berteriak kesakitan saat itu. Helen juga sempat mencakar tanganku bahkan hingga berdarah.
Tuan Edward tidak tinggal diam, ia menarik tubuhku dan menjauhkan ku dari Helen. Helen semakin beringas ketika melihat Tuan Edward menyelamatkan aku dari cengkeraman nya.
"Cukup, Helen! Jaga sikap mu, aku bisa saja menceraikan mu kapan saja aku mau! Jadi jangan macam-macam padaku, Paham?!" hardik Tuan Edward,
Helen berteriak histeris kala Tuan Edward membawaku ke kamar. Bahkan sampai didalam kamar pun, teriakan nya masih bisa terdengar.
Aku menggerai rambutku yang berantakan kemudian duduk di tepi tempat tidur ekstra besar milik Tuan Edward.
"Apa kamu ingin diam disitu seperti patung?" tanya Tuan Edward sambil menatap ku,
"Ah, Iya Tuan!"
Aku kelabakan ketika mendengar suara beratnya. Aku mengerti kalau lelaki itu memintaku untuk melepaskan pakaiannya.
Perlahan akupun melepaskan pakaiannya hingga akhirnya tubuh kekarnya pun terlihat. Karena ini pertama kalinya aku berada sedekat ini dengan seorang lelaki, akupun menjadi gugup.
Tanganku bahkan gemetar dan keringat dingin terus mengucur di keningku. Aku sempat bertatap mata dengan Tuan Edward namun hanya sebentar.
Aku takut, aura wajahnya sepertinya sedang tidak bersahabat.
"Kenapa, kamu takut?!"
Tuan Edward mencengkeram tanganku yang gemetaran. Aku semakin takut disaat ia menggertak ku seperti itu.
"Ti-tidak, Tuan!" sahut ku,
"Bagus! Kau harus ingat, Laura. Kau sudah dijual oleh orangtua mu kepadaku. Jadi jangan pernah lupakan siapa dirimu, kau tidak lebih dari seorang budak disisi ku!"
Tanpa sadar airmata ku pun meluncur begitu saja. Serendah itukah aku dimata suamiku sendiri. Ya, mungkin dia memang benar. Aku dijual oleh Ibu dan Ayah tiri ku demi untuk menyelamatkan perusahaannya yang terancam bangkrut.
"Jangan diam disitu saja, apa kamu tidak ingin melayani ku?!" ucapnya sambil menyeringai kepada ku.
Tuan Edward menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur mewahnya. Tatapan matanya terus tertuju kepadaku, membuat ku bergidik ngeri.
Perlahan aku mendekati tempat tidurnya dengan tubuh gemetar karena ketakutan yang amat sangat. Dan baru saja aku menaikan sebelah kakiku ketempat tidur, Tuan Edward menarik tubuhku hingga aku jatuh di pelukannya.
Wajahnya masih terlihat dingin, namun siapa sangka ternyata ia begitu beringas. Tuan Edward menarik paksa kebaya pengantin yang aku kenakan dan merobek-robeknya kemudian meleparkan nya ke sembarang tempat.
Kebaya pengantin ku sekarang hancur tiada rupa, payet-payet indah yang menghiasi kebaya itu berserakan dimana-mana.
Mungkin seperti itulah nasib yang akan ku terima. Menikah dengan seorang laki-laki yang hanya menganggap aku tidak lebih dari seorang budak.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dewi Zahra
sabar Laura
2023-08-18
0
Muhammad Iqbal
hm cek dewasa main hajar aja ya...
2023-01-29
0
Juan Sastra
tuan edward tak mencintai istrinya mungkin atau ada kecewa yg besar terhadap helen hingga ia tega mendua
2022-07-13
1