"Ayo cepat!!!"
Harry menarik tangan ku sambil terus berlari. Akupun saking ketakutan nya bahkan sampai lupa jalan. Yang penting lari saja!
Bahkan para Preman itu terus mengejar kami dengan beringas nya sambil mengacungkan senjata mereka.
"Aduh, bagaimana ini?! Bagaimana ini?!" gumam ku panik sambil terus berlari,
"Lari terus!!!" sahut Harry
Hingga akhirnya langkah kami terhenti diujung jalan. Didepan kami ada sebuah jembatan yang sudah terputus dan jauh dibawahnya ada air yang mengalir sangat deras. Sedangkan para Preman itu sudah sangat dekat.
"Kamu bisa berenang?!" tanya Harry sambil menatap mataku lekat.
Aku membulatkan mataku, "Bisa! Tapi..."
Akhirnya para Preman itu sudah berada didepan kami. Mereka terbahak karena melihat posisi kami yang terpojok.
"Loncat!" seru Harry sambil menarik tanganku
Dan "Aaaakkkhhhh!!!!!!....."
Aku memejamkan mataku ketika tubuhku terjatuh dari tempat itu. Sedangkan Harry terus memegangi tanganku.
Byuuuurrrrr!!!
Kamipun meluncur bebas ke air sungai yang mengalir sangat deras. Setelah masuk kedalam air, aku mencoba mengangkat tubuhku untuk naik kepermukaan.
"Huahhh...!" aku muncul dipermukaan air dan mencoba mencari pegangan karena air sungai itu sangat deras. Namun tak ada satupun yang bisa dijadikan pegangan.
Berkali-kali aku tenggelam namun aku tidak menyerah, aku terus mencoba naik kepermukaan untuk bernafas. Hingga akhirnya Harry menangkap tubuhku dan membawaku ke pinggir sungai.
Aku merebahkan tubuhku diantara bebatuan dan mencoba mengatur nafas ku. Begitupula Harry, kulihat dia tak kalah lelah dari ku. Nafasnya pun masih tersengal-sengal.
Setelah beberapa saat, Harry sudah bisa bangkit dan melepaskan pakaiannya. Akupun dengan susah payah bangkit dan duduk disalah satu batu dipinggir sungai sambil merogoh saku celana ku.
"Huft!!!" Aku membuang nafas berat ketika melihat ponsel kesayangan ku ikutan berenang ria bersama ku.
"Hu... hu... hu... Ponsel ku..." ucap ku sambil memasang wajah menyedihkan, karena aku memang sangat sedih saat itu.
Walaupun ponsel ku butut, sebutut Reva namun banyak sekali kenangan manis di ponsel ku itu. Hah! Bagaimana nasib Reva yang aku tinggal ditempat itu? Teringat akan Reva, akupun menangis terisak.
Harry mendekatiku, "Kamu kenapa?" tanyanya
"Aku mengkhawatirkan Reva! Bagaimana kalau para Preman itu menghancurkan Reva ku, aku tidak akan bisa memperbaikinya lagi dan bagaimana caranya aku pergi bekerja jika Reva rusak?!" Akupun kembali menagis histeris.
Aku bahkan melupakan rasa maluku kepada Montir Tampan itu.
"Siapa Reva?!" Harry nampak kebingungan,
Aku menyeka airmata ku, "Motor butut ku, yang kemarin kamu perbaiki!" sahut ku.
Harry terkekeh setelah mendengar jawaban ku, kemudian dia duduk disamping ku.
"Tenang saja, nanti akan ku perbaiki! Gratis..." ucap Harry,
"Benarkah?!" tanyaku dengan wajah serius.
"Ya, aku serius! tapi ngomong-ngomong, kenapa kamu nekat melempari mereka dengan batu? Mereka itu anggota geng sadis, mereka tidak akan membiarkan siapapun yang berani berurusan dengan mereka." ucap Harry sambil menatap ku.
Aku membulatkan mataku disaat mendengar orang-orang itu adalah para gangster,
"Aku reflek, Mas! Saat mereka ingin melukai mu, tiba-tiba saja tanganku melempari mereka dengan batu itu!" sahut ku sambil menggigit jari.
Harry terdiam namun matanya terus menatap tajam kearah mataku.
"Lalu sekarang aku harus bagaimana, Mas? Kok aku jadi takut! Memang sebenarnya Mas punya masalah apa sama mereka, hingga mereka mengejar Mas seperti itu?" tanyaku lagi,
Harry menundukkan kepalanya kemudian menghela nafas panjang setelah itu ia kembali menegakkan kepalanya dan menatapku,
"Sebenarnya mereka adalah musuh kebebuyutan Ayahku. Mereka memiliki dendam di masa lalu dan mereka tidak pandang bulu. Bahkan aku dan Mami ku yang tidak tahu menahu pun menjadi sasaran mereka." sahut Harry,
Aku masih menatapnya dan dia kembali melemparkan senyuman nya kepadaku. Hehe, sejenak aku melupakan pelarian kami yang begitu tragis ketika melihat senyuman manisnya. Uh! manis sekali.
"Kenalkan, namaku Harry Sebastian. Sebut saja Harry!" ucapnya sambil mengulurkan tangannya kepadaku.
Aku dengan semangat menggebu-gebu menyambut uluran tangannya. "Laura!" sahut ku.
Untuk beberapa detik aku dan Harry saling tatap. Kemudian setelah tersadar, akupun segera membuang pandangan ku ketempat lain.
"Sebaiknya kita cari jalan pulang. Ini sudah hampir gelap." ucap Harry.
Harry memeriksa ponselnya dan mencari tahu keberadaan kami sekarang. Ponselnya keren dan tahan air, makanya masih bisa beroperasi dengan baik walaupun ia juga ikut berenang ria bersama Harry.
Harry meraih pakaiannya dan kembali mengenakannya, "Ikuti aku!" ucapnya sambil memperhatikan ponselnya.
Akupun mengikuti langkah kakinya. Kami menelusuri jalan yang ditujukan oleh GG Map, beruntung jaringan di ponsel Harry lancar jaya.
Ternyata jalan yang kami lalui tidaklah dekat. Mana harinya semakin gelap. Aku bahkan sudah sangat ketakutan dan juga kelelahan.
"Apa kita masih jauh, Harry?" tanyaku,
"Ya, apa kamu lelah?" tanya Harry balik,
Aku mengangguk, aku memang sangat lelah. Kaki ku bahkan sudah gemetar dan perutku ini sudah berkali-kali bernyanyi.
"Sini, biar aku gendong!" ucap Harry sambil menunjuk punggungnya
"Hah?!"
Aku membelalakan mataku, aku tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Harry barusan.
"Aku serius, naiklah!" ucapnya lagi sambil tersenyum padaku.
"Ah! tidak, tidak... Aku bisa sendiri." ucap ku sambil nyengir.
Yang benar saja, aku harus naik ke punggungnya padahal kami baru saja kenal. Walaupun aku begitu tergila-gila kepadanya, tapi aku tidak tega harus menaiki tubuhnya.
Kami pun kembali melangkah menelusuri jalan pulang. Dan setelah satu jam perjalanan yang begitu melelahkan, akhirnya kami tiba ditempat, dimana aku dan Harry meletakkan motor kami.
Beruntung para Preman itu sudah tidak ada disana. Harry terus memperhatikan tempat itu hingga ia merasa benar-benar aman dan iapun segera mengajakku mendekati motor kami.
"Hah! Beruntung motor kita tidak mereka hancurkan, ya kan?!" ucap Harry sambil terkekeh,
Aku tersenyum mendengarnya kemudian segera mendekati Reva dan menghidupkan mesinnya.
"Ah, sebentar!"
Harry mendekatiku dan memberikan ponselnya padaku. "Ambillah, anggap ini ganti rugi ku karena mengajak mu berenang hari ini!" ucapnya seraya tersenyum kemudian mengedipkan matanya kepada ku.
"Tidak, tidak usah!" ucap ku,
"Ambil saja!" Harry meletakkan ponselnya di saku motor butut ku.
"Terimakasih!" ucap ku,
Kemudian kami pun segera melajukan motor kami ke tujuan kami masing-masing.
Setelah tiba dirumahku, aku terkena semprot oleh Mama ku.
"Dasar anak tidak berguna! Sebenarnya kamu itu kerja apa? Jadi wanita malam, Iya!" hardik Mama sambil menyeret tubuhku hingga menuju kamarku.
"Ampun, Ma! Ampun! Tanganku sakit..."
Mama sama sekali tidak mempedulikan rintihan ku. Dia terus saja menyeret ku hingga kedalam kamar ku kemudian mengunci ku dari luar.
"Ma, aku mohon! Jangan kurung aku!"
Ini artinya aku akan tidur dengan perut kosong. Padahal tadi siang aku cuma makan roti saja, karena uangku habis untuk menebus Reva.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dewi Zahra
kasian Laura nya
2023-08-18
0
Muhammad Iqbal
malangnya nasibmu
2023-01-29
0
Siti Aisyah
emak yg gak tau malu...dia yg berbuat sehingga Laura lahir ke dunia ini..seharusnya emak itu sadar dgn kelakuannya dimasa lalu..jgn selalu menyiksa si Laura..kasihan dia gak salah
2022-12-09
0