Seusai pemakaman ayah dan ibunya, Reyna duduk termenung di kamarnya, sambil melihat keluar jendela. Kini ia tidak tau harus berbuat apa setelah ayah dan ibunya tiada. Ia baru mengetahui bahwa, ternyata biaya administrasi rumah sakit dan pemakaman semua telah diurus oleh bapak tua sahabat ayah yaitu Pak Hadi Jaya. Beliau dan istrinyalah yang selalu mendampingi Reyna ketika pemakaman orangtuanya dilaksanakan. Beruntung bibinya yang dari kampung datang sebelum jenazah orangtuanya dibawa untuk dikebumikan.
"Reyna, nduk maaf bibik terlambat. Yang sabar ya Reyn! Ikhlas ya nduk!" ucap Bibinya.
Bibi Lastri memeluk Reyna sambil berurai air mata. Bibi Lastri adalah adik ipar ayah. Beliau tinggal dikampung bersama suami dan kedua anaknya. Suami Bi Lastri yang merupakan adik ayah sudah lama sakit ginjal, sehingga tidak dapat menghadiri pemakaman ayah. Dua orang anaknya masih bersekolah. Anak pertamanya Dina masih SMA dan Dino anak keduanya masih SMP. Bibi menjadi tulang punggung keluarga. Untuk menghidupi kebutuhan keluarganya, bibi kerja di rumah makan setiap sore hingga malam. Dua minggu sekali paman cuci darah dengan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu ayah rajin mengirimi uang setiap bulannya demi membantu biaya pengobatan adiknya.
"Reyn, makan dulu nduk!"
"Dari siang kamu kan belum makan dan minum. Jaga kesehatan itu penting, Reyn."
"Bersedih boleh, asal jangan berlebihan. Menangis boleh tapi jangan sampai meraung-raung. Tidak nafsu makan pasti, tapi kamu harus tetap makan demi menjaga diri. Jika kamu tidak mau makan, sama saja mendzolimi diri sendiri." nasehat Bibi untuk membujuk Reyna makan.
Bibi pergi ke dapur untuk mengambil makan, lalu duduk disamping Reyna membawa piring berisi makanan. Ia menyuap satu sendok makanan ke mulut Reyna. Akhirnya Reyna membuka mulutnya.
"Terimakasih, Bi. Biar Reyna lanjut memakannya sendiri saja Bi" ucap Reyna
Bibi tersenyum senang karena berhasil membujuk Reyna makan
"Reyn, dua orang yang sedari tadi duduk di samping kamu saat pemakaman td siapa?"
"Mereka masih diluar bersama pak RT menyalami tamu."
Bibi menunjuk ke arah luar pintu.
"Oh, mereka sahabat Ayah, Bi. Namanya Merekalah yang selalu menemani Reyna dari saat masih di rumah sakit hingga mengurus biaya rumah sakit dan pemakaman ayah dan ibu." ungkap Reyna.
"Alhamdulillah ya, Nduk. Masih ada orang baik yang membantu kamu. Bibi merasa tidak berguna tidak bisa membalas kebaikan ayah ibumu, Reyn." ujar Bibi
Bibi menggenggam tangan Reyna sambil berurai air mata.
"Tidak Bi! Dengan kehadiran Bibi saja Reyna sudah berterimakasih sekali. Bibi adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki sekarang." Reyna mengusap punggung tangan Bibi.
"Habiskan makanmu setelah itu kita temui mereka, Reyn! Bibi ingin berterimakasih kepada mereka." titah Bibi.
Reyna mengangguk dan segera menghabiskan makanannya.
Diluar sudah terlihat sepi, karena pelayat sudah pulang. Terlihat hanya pak RT yang sedang berbincang dengan kedua kakek nenek yang sedari tadi menemani Reyna saat pemakaman berlangsung.
"Pak, Bu, kenalkan saya Bibinya Reyna."
Bibi menyalami ketiga orang didepannya tersebut.
"Saya berterima kasih sekali atas kebaikan kalian terhadap keluarga kami." Bibi mengatupkan kedua tangannya sambil tersenyum.
"Sama-sama Bu. Saya Hadi Jaya dan ini istri saya Kinasih. Herman adalah orang yang sangat berjasa merawat saya ketika saya sedang sakit bertahun-tahun. Ini tidak ada apa-apanya dibandingkan ketelatenannya merawat saya sampai saya sembuh." ungkap Kakek.
"Sesuai janji saya kepada ayahnya ketika menjelang ajalnya, saya akan merawat Reyna dan membiayai kuliahnya. Mohon ibu berkenan mempercayakan Reyna kepada kami." lanjutnya.
Kakek itu berbicara sambil memandang kearah Reyna dan Bibi bergantian.
Bibi tak lantas menjawab. Bibi menatap Reyna seolah meminta jawaban pada Reyna.
Reyna hanya menunduk sedih tidak tau harus bagaimana. Karena sepeninggal orangtuanya secara mendadak mengakibatkan ia hanya sebatang kara karena hanya anak tunggal. Ibunya seorang yatim piatu yang sejak kecil tinggal dipanti asuhan. Sedangkan orangtua ayah jg sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Satu-satu nya saudara hanya Paman dan Bibinya. Namun tidak memungkinkan bagi Reyna untuk tinggal bersama Bibinya.
Dengan keadaan Paman yang sakit, mereka sudah hidup dengan serba kekurangan. Sekarang ditambah Ayahnya yang meninggal sehingga tidak ada yang membantu biaya pengobatan Paman.
"Nak, jangan sungkan kepada kami. Kami tulus ingin menjadikanmu cucu kami."
Nenek Kinasih mendekat dan menyentuh bahu Reyna penuh kasih. Tersirat senyum dibibirnya yang mulai berkeriput namun masih tetap cantik dan menawan.
Reyna melihat ke arah Bibinya. Bibi mengangguk tanda persetujuan.
"Terimakasih ,Bu. Kalian sudah banyak menolong saya." ucap Reyna.
Mereka berpelukan dengan haru.
"Kami akan pamit pulang dulu, Nak. Besok supir kakek akan menjemputmu." kata Kakek.
Reyna mengangguk tanda setuju. Sepeninggal mereka semua, kini hanya tersisa Reyna dan Bibinya dirumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 322 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
sabar ya ren
2022-07-31
0
Mira kader Mira
reyna semangat merajuk hari besok mu
2022-05-06
2
Siti Rodiyah
baper aq jadi nya reyna
2022-04-29
1