Hari itu, sedang diadakan lomba Dapur Umum (DU) PMR. Seperti biasa, adik-adik junior menyiapkan makanan yang akan dilombakan. Aku dan dia kebagian jadi juri lomba tersebut. Kebagian mencicipi makanan yang disiapkan junior PMR.
Masing-masing kelompok, membawa peralatan masak masing-masing. Ada yang membawa kompor, wajan, panci dan peralatan masak lainnya. Makanan yang dimasak pun beragam. Namanya juga Dapur Umum.
Tujuan dari lomba ini adalah mempersiapkan anggota PMR jika terjadi bencana, atau musibah yang membutuhkan Dapur umum, maka diharapkan anggota PMR siap memasak untuk masyarakat yang terdampak bencana.
Kami berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Memastikan kebersihan dan kehigienisan makanan yang disajikan. Setelah selesai memasak, maka makanan tersebut diantarkan ke ruang juri. Saat itu, kami gunakan kelas XI. IPA.1 yang terletak di sebelah barat lapangan tenis sebagai ruang juri.
Saat lomba DU ini biasanya jadi ajang unjuk gigi cewek-cewek junior untuk menunjukkan skill memasaknya. Karena memasak juga butuh keahlian. Ga bisa sembarangan. Salah bumbu maka rasa masakan akan berubah. Tidak tepat dalam memberikan penyedap rasa maka rasa masakan pun akan berbeda. Terlalu banyak garam akan keasinan. Terlalu banyak gula akan kemanisan. Makanya semua harus sesuai takaran. Dan biasanya itu butuh feeling yang kuat supaya rasa masakan sesuai dengan keinginan kita.
Apa aku pandai memasak? Aku akui saat sekolah aku jarang memasak. Jadi keahlianku memasak juga tak seberapa. Aku hanya bisa memasak menu masakan standart. Masakan yang biasa aku makan bersama keluargaku saja.
Aku tak terlalu bisa memasak menu masakan yang membutuhkan bumbu yang beraneka ragam. Seperti membuat rendang, rawon atau masakan rumit lainnya. Aku angkat tangan. Aku akan memilih membeli makanan jadi saja ketimbang harus memasak makanan yang membuatnya saja susah dan butuh waktu lama.
Setelah selesai memasak, adik junior membawa hasil masakannya untuk panitia nilai. Di sana sudah berjajar, makanan dari masing-masing kelompok. Ada yang memasak sayur sop, sayur asem, nasi goreng, oseng-oseng kangkung, opor ayam, dan beberapa masakan jawa lainnya.
Dasar si Coco manja. Dihadapan teman-teman senior lain sesama juri, dia selalu meminta makanan yang ada dipiringku. Padahal masing-masing juri disediakan 1 piring untuk mencicipi makanan yang dilombakan. Tapi Coco malah memilih tidak menggunakan piringnya, dan justru memilih makan dari piringku.
Ketika sedang mencicipi makanan yang ada, dia memilih duduk berjongkok di depanku. Minta disuapi.
“Vi..Aku minta”katanya sambil menunjuk makanan yang ada di piringku
“Kamu pakai piringmu sendiri, itu lho” kataku sambil menunjuk tumpukan piring juri
“Males ah”ucapnya singkat seperti biasa.
“Kan tinggal ambil doang Co”kataku
“Nanti disuruh nyuci piring sama sendoknya” alasannya
“Ya udah nanti aku cuciin deh”kataku sambil mencicipi makanan yang ada di piringku
“Udah, pake piringmu aja”katanya sambil memberi isyarat minta disuapi
Iiihh..dasar cowok manja..
Ya karena aku tak keberatan, makanya aku suapi dia.
“Duhh..mesranya”kata Nia begitu melihat aku menyuapi Coco.
“Ga gitu ya.. nih Coco malas pakai piringnya sendiri”kataku menjelaskan
“Males ah, mesti nyuci piring sama sendok”kata Coco
“Kayak pengantin baru aja..suap suapan”goda Arman
“Dah..ga usah dengerin”ucap Coco padaku
Dasar akunya juga ga peduli kata orang, aku tetap saja menyuapi dia. Sambil ngobrol tentang rasa dan kriteria penilaian lainnya.
“Gimana? Enak ga menurutmu?”tanyaku pada Coco setelah aku suapi sayur sop ke mulutnya.
“Lumayan”
Aku pun mencicipi sayur sop yang ada di piringku ini.
“Menurutku juga lumayan”
Setelah satu masakan selesai kami makan, aku berniat mengambil makanan berikutnya. Tapi piring itu diambilnya dan dia yang mengambilkan masakan.
“Aku aja”ucapnya sambil beranjak dari duduknya lalu mengambil masakan berikutnya.
Waktu itu aku sedang ngobrol dengan Nisa, tiba-tiba Coco menyodorkan sendok padaku. Refleks aku membuka mulut, karena menghargai dia yang sudah menyuapi aku. Ketika aku kunyah makanan yang disodorkannya, aku spontan kelabakan. Karena Coco dengan isengnya menyendokkan makanan dan irisan cabe di dalamnya.
“Huh..hah..huh..hah”
“Hahahahaha” Coco malah tertawa kenceng sekali
“Cocoooooo”teriakku sambil memukul lengannya beberapa kali lalu aku setengah berlari ke arah dispenser gallon yang ada di sudut ruangan kelas XI. IPA.1 itu.
Mungkin karena merasa bersalah, dia mengikuti di belakangku.
“Pedes banget ya?”tanyanya
Aku yang memang sedang minum tak menghiraukan pertanyaannya. Selesai minum, kuusap airmata di sudut mataku. Karena kebetulan cabe merah kecil yang diselipkan Coco tadi sangat pedas sekali. Sampai-sampai airmataku keluar.
“Pedes banget? Maaf ya Vi..aku kira ga sepedes itu”ucapnya sambil memegang pundakku dan membungkukkan badannya.
Aku diam saja dengan cemberut.
“Aku kan ga suka pedes”protesku
“Nah lho Co..Vivi nangis tuh..cepet tanggungjawab”seru Arman
“Kamu terlalu Co..lihat, wajah Vivi sampe semerah itu” tambah Nisa
“Pasti pedes banget ya Vi..sampe nangis gitu lho..gimana sih Co? Ayo cepat tanggungjawab” imbuh Bila
“Diam kalian..ga usah jadi kompor bleduk”bentak Coco ke arah Arman dan teman-teman.
Yang dibentak hanya cengengesan.
“Maaf ya..niatku cuma bercanda tadi..maaf ya” dia kelihatan menyesal
Teman-teman yang ada di ruangan ikut memanas- manasi keadaan, membuat Coco tambah panik karena aku tak segera memberinya maaf. Aku memang sengaja. Aku ingin tahu sejauh mana dia akan meminta maaf padaku.
“Kamu marah Vi? Maafin aku..aku yang salah”ucapnya berkali-kali
Aku sebenarnya ga tega melihat ekspresi Coco yang memelas seperti itu. Karena aku tak bisa menahan tawa, melihat ekspresi wajahnya yang menyesal sekali.
“Hahahahaha..iya..iya..aku maafin. Wajahmu lucu banget kalo lagi minta maaf gitu”ledekku
“Jadi kamu cuma ngerjain aku?”
Tiba-tiba Coco ganti yang ngambek karena aku sudah ngerjain dia. Dia meninggalkan aku lalu duduk di kursi di pojok ruangan menatapku tajam. Segera kudekati dia.
“Kamu ngambek Co? Hei..Co..ayo jawab..kamu ngambek?”tanyaku sambil menggoyang-goyang tubuhnya.
“Maaf..aku cuma pingin liat kalo kamu minta maaf tu kayak gimana? Maaf ya..jangan marah..Co..Coco”
Waduhhh..aku jadi merasa bersalah udah ngerjain Coco.
Untuk meluluhkan hati Coco yang sedang marah, aku ambil lagi piring “kami” lalu kusuapkan sesendok makanan ke mulutnya. Awalnya dia tak mau membuka mulutnya.
Ketika Arsy dan teman-teman yang lain masuk ruangan, Coco langsung bertindak aneh. Dia memegang tanganku yang memegang sendok, lalu diarahkan sendok itu ke mulutnya. Dia mengunyah makanan itu sambil tersenyum.
Karena kulihat dia sudah tidak marah, aku pun duduk disampingnya.
“Jangan marah lagi ya?”kupasang wajah imut di depan Coco, membuat dia salah tingkah.
Lalu kami makan berdua dari piring yang kubawa. Teman-teman yang baru datang yang melihat kami makan di piring dan sendok yang sama, beberapa kali menggoda kami. Karena kami merasa nyaman satu sama lain, maka kami tak hiraukan apa kata orang. Prinsipku dengan dia sama, selama tidak mengganggu orang lain, maka kami jalani hari-hari kami seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments