Lokasi hutan bamboo memang lumayan jauh dari perumahan penduduk, jadi pantas saja lokasi itu yang dipilih kakak kelas. Hutan bamboo yang hanya ada penerangan dari cahaya lampu senter kakak senior, membuat aura mistis tiba-tiba terasa. Apalagi cahaya bulan purnama seakan terhalang lebatnya daun bamboo. Cahaya bulan tak mampu menembus rimbunnya bamboo-bambu yang berdiri kokoh tinggi menjulang. Sesekali terdengar suara gesekan ranting bamboo dengan bamboo yang lain karena ditiup angin.
“Baiklah kelompok 5, ada berapa orang ini?”tanya kak Adit yang berjaga
“Tujuh orang kak”jawab Titan.
“Oke..tujuh ya..Jadi gini, tujuan kalian dikumpulkan disini ada yang tahu?”tanya kak Adit.
“Jurit malam kak”jawab Intan
“Iya..jurit malam kegiatannya..tapi tujuan jurit malamnya apa? ada yang tahu?”tanya kak Adit lagi
Kami menggeleng.
“Oke..ga ada yang tahu ya..baiklah saya jelaskan.. Jadi tujuan jurit malam ini adalah kalian nanti harus mencari bet PMR. Sebagai bukti dan tanda bahwa kalian resmi menjadi anggota baru PMR sekolah kita”
“Nanti kelompoknya saya bagi kecil lagi ya.. Kelompok pertama nanti 3 orang..kelompok kedua 2 orang..kelompok ketiga 2 orang. Ini cowoknya pas 3 ya? Saya bagi sekalian aja kalo gitu. Kalian bertiga kelompok satu” tunjuk kak Adit pada Titan, Lily dan Nisa.
“Kalian kelompok kedua” tunjuk kak Adit pada Arsy dan Intan.
“Kalian kelompok ketiga” tunjuknya padaku dan Coco.
“Oke..sekarang kelompok satu silahkan jalan duluan”
“Kemana kak?”tanya Titan
“Oya, belum saya jelasin ya..hehehehe..maaf..maaf..”ucap kak Adit.
“Nanti kalian jalan lurus aja..nanti kalo ada tembok pagar ikuti aja tembok itu sampai ketemu pintu masuknya. Nanti kakak senior disana yang akan menjelaskan ke kalian. Oke? Semoga sukses”
Titan, Lily dan Nisa jalan duluan sesuai arahan kak Adit. Meninggalkan aku, Intan, Arsy dan Coco. Tiba-tiba Arsy pindah posisi dan duduk di sampingku.
“Ngapain kamu Ar? Balik sana”pintaku melihat Arsy yang mendekatiku.
“Kak, tukar kelompok boleh ga? Aku nemenin cewek ini aja. Dia penakut soalnya”ucap Arsy pada kak Adit sambil menunjukku.
“Siapa yang kamu bilang penakut? Aku ga takut kok. Udah ah..balik sana..gangguin aja..balik sana Ar..” Aku mendorong tubuh Arsy menjauh. Tubuhnya berat juga, dia ngotot ga mau kembali ke posisinya.
“Kenapa emangnya de’? Pacarmu?” tunjuk kak Adit padaku
“Bukan kak..bukan..saya bukan pacarnya”tolakku tak terima dibilang pacar Arsy.
Ditengah perdebatan Arsy, aku dan kak Adit tiba-tiba aku mendengar suara cewek yang menjerit dengan nada melengking.
“Aaaaaaaaa….”bunyi teriakan itu.
Sontak suara teriakan itu mengagetkan aku dan semua yang ada di situ. Jantungku berdetak sangat kencang saking kagetnya.
“Suara apaan itu tadi?”tanya Intan
“Kenceng banget teriaknya”jawabku
Kami semua melihat ke arah suara tadi. Lalu Arsy yang berdiri di sampingku menoleh ke arahku.
“Mau pegangan sampai kapan?”tanya Arsy padaku
“Hah?”tanyaku tak mengerti
“Tu”tunjuk Arsy pada tanganku.
Karena kaget, tanpa sadar aku ternyata memegang lengan seseorang. Saat aku menoleh sesuai arah tangan Arsy, aku baru sadar aku sudah memegang lengan Coco. Buru-buru aku lepaskan lengannya.
“Maaf ya Co..ga sengaja”kataku
“Hmmm”jawabnya datar
Arsy kembali lagi ke posisinya tadi dan kali ini dia ga berisik lagi. Aku benar-benar malu sudah memegang lengan Coco. Refleks aja tadi. Gara-gara kaget mendengar jeritan cewek tadi.
Kelompok Arsy diperbolehkan jalan. Setelah sebelumnya kak Adit menawarkan padanya untuk pindah kelompok. Tapi kali ini dia menolak dengan nada ketus. Dasar cowok labil!
Tinggalah aku, kak Adit dan Coco di tempat itu. Kami dipersilahkan duduk. Aku duduk sambil mendekap kakiku karena angin malam yang berhembus semakin dingin. Apalagi aku hanya memakai seragam PMR. Tebalnya kaos seragam PMR tetap tak mampu menutupi tubuhku dari dinginnya angin malam ini.
“Kedinginan ya de’?”tanya kak Adit
“Hehehehe..iya kak. Anginnya dingin banget”jawabku
“Sayangnya disini ga ada jaket”ucap kak Adit
“Ga papa kok kak..aku masih bisa tahan”
“Kamu sepupunya Ilham ya?”tanya kak Adit
“Iya kak”
“Namamu Vivi ya?”
“Iya kak”
“Aku Adit”
Malah ngajak kenalan.
Aku dan kak Adit akhirnya ngobrol berdua. Sementara Coco diam saja. Mau ngajak ngobrol, Coco-nya aja diam terus dari tadi. Ya sudah, aku ngobrol berdua aja dengan kak Adit. Rupanya dia adalah teman kak Ilham sejak kelas X. Bisa dibilang sahabatnya. Karena mereka selalu sebangku hampir dua tahun sekelas. Kak Adit anaknya juga asyik. Menunggu giliranku jadi tak terasa karena ada teman ngobrol.
Akhirnya giliranku dan Coco yang jalan. Kami berjalan beriringan karena aku tak mau jalan dibelakang. Kami berjalan menyusuri hutan bamboo dan sampai menemui tembok pagar yang dimaksud kak Adit. Beberapa kali aku mendengar seperti ada suara langkah kaki yang mengikutiku. Ada juga suara-suara seperti mbak kunti. Tapi aku memang ga takut, karena aku tahu mereka semua adalah kakak senior yang menyamar menjadi hantu.
Sampai di pintu masuk, aku baru tahu ternyata tembok pagar yang aku ikuti itu adalah tembok area pemakaman. Pantas saja banyak “penampakan” disepanjang jalan menuju kuburan itu. Di depan jalan masuk sudah ada kakak senior yang berjaga. Aku dan Coco diperbolehkan masuk setelah diberitahu “aturan main” nya. Rupanya bet PMR itu disebar di sekitar makam, terutama di bagian nisan. Kami harus mendapatkan satu bet, baru kami boleh pergi dari makam itu.
Aku menarik nafas dan menghembuskannya perlahan setelah naik tangga menuju area pekuburan itu.
“Huffff”
“Kenapa? Takut?”tanya Coco
“Ga..ga boleh takut..Ayo!” ajakku pada Coco
Aku terus berdoa dalam hati dan enyemangati diriku sendiri bahwa kuburan itu tidak menakutkan karena mereka yang ada disana sudah meninggal dan tak mungkin akan mengganggu aku.
Aku terus berjalan menyusuri tiap nisan yang ada dan mencari bet disana. Beberapa kali kami bertemu “pocong jadi-jadian” yang muncul untuk menakut-nakuti kami. Aku memang tidak takut walaupun riasan dan kostum mereka sangatlah meyakinkan.
Aku terus saja mencari bet di antara nisan-nisan. Tapi tidak menemukan bet itu. Sepertinya panitia sengaja menyembunyikannya ditempat yang sulit ditemui. Saking fokus mencari, tiba-tiba di belakangku muncul “pocong jadi-jadian”. Ketika aku menoleh, pocong itu sudah berdiri tepat di depanku.
“Aaaaaa….”spontan aku berteriak saking terkejutnya.
Coco yang berdiri tak jauh dari tempatku langsung menarik tubuhku ke belakangnya. Pocong itu pun pergi. Aku terus berpegangan pada ujung baju Coco dan bersembunyi di belakang Coco. Pocong sialan! Bikin spot jantung aja.. Jika sebelumnya pocong yang kami temui selalu memberi tanda akan kehadirannya dengan melompat sehingga aku tahu mereka hanya ingin menakut-nakuti aku saja. Tetapi pocong tadi tanpa suara, tiba-tiba sudah ada di belakangku. Tentu saja aku kaget setengah mati.
“Kamu tak apa-apa?”tanya Coco
“Iya..Cuma kaget. Makasih ya”
Akhirnya aku menemukan bet PMR itu, begitu juga dengan Coco. Kami pun segera keluar dari area makam. Kami segera mencari pintu keluar. Sampai di pintu keluar, aku melihat teman-teman satu kelompokku sudah berkumpul semua. Aku segera bergabung dengan mereka.
“Gimana? Udah lengkap semua anggotanya?”tanya kak Prita
“Udah kak”jawab Titan
“Berarti yang dapat bet PMR berapa orang?”
Kami lalu menunjukkan bet PMR yang kami temukan. Hanya Intan satu-satunya anggota kelompokku yang tidak menemukannya.
“Enam ya? Lumayan..Hanya satu yang tidak dapat..Kelompok-kelompok sebelumnya rata-rata hanya 3-4 anak saja yang menemukan. Good Job” puji kak Prita sambil mengacungkan jempolnya pada kami
“Mau melanjutkan perjalanan apa masih mau istirahat dulu disini?”tanya kak Prita
“Gimana guys?”tanya Titan
“Acaranya udah kan kak?”tanyaku
“Iya udah, setelah ini kalian bisa kembali ke sekolah lalu istirahat sambil nunggu kelompok yang belum selesai”
“Udah balik aja..biar sekalian capeknya. Sampai sekolah bisa istirahat”usul Arsy
Kami semua mengangguk hampir bersamaan.
“Ya udah..kalo kembali ke sekolah, silahkan jalan mengikuti jalan ini ya..ingat, jangan gaduh..jaga kesopanan dan ketenangan. Jangan sampai mengganggu warga” ujar kak Prita mengingatkan.
Akhirnya kelompokku kembali ke sekolah. Sepanjang perjalanan, kami ngobrol tentang pengalaman kami uji nyali di makam tadi.
“Tadi siapa ya yang bilangnya ga takut tapi ternyata jeritnya sekampung denger semua?”goda Arsy sambil melirik padaku
“Aku ga takut ya..tadi tu aku kaget..tanya Coco kalo ga percaya”
Aku tak terima disebut penakut sama Arsy karena kenyataannya kan aku kaget.
“Udah ngaku aja takut..susah amat si Vi”goda Arsy lagi sambil mengacak-acak rambutku.
“Iiihhh..singkirin tanganmu..rambutku jadi berantakan”
“Weeeeekkk”Arsy malah menjulurkan lidahnya mengejek aku.
Aku yang tak terima, mengejarnya karena aku kesal dan jengkel banget dengan kelakuan Arsy. Arsy malah lari menjauhiku. Jadilah kami kejar-kejaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments