Hari ini aku sudah di perbolehkan pulang. Setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada tante lucy, oh dan tak lupa juga kami bertukar nomor ponsel. Setelah itupun kami pergi ketempat masing masing.
Tujuanku kali ini pulang kekontrakan lalu mandi, dan pergi kuliah.
Dan sesuai rencana, setelah selesai bersiap siap, akupun pergi ke kampus menggunakan angkutan bus. Tiba di peberhentian, aku turun setelah membayar ongkos dan berjalan memasuki gedung jurusan teknologi.
Beberapa pasang mata yang melihatku langsung menjauh seolah aku adalah benda kotor penuh kuman yang harus di jauhi. Aku menghiraukannya. Dengan wajah datar, aku menelusuri koridor kampus dengan puluhan pasang mata menatapku tajam dan juga beberapa ada yang sinis.
Tap
Menghentikan langkah, aku menghela nafas pelan sembari melirik kearah samping. " Masalah baru akan di mulai " gumamku berlalu begitu saja tanpa berniat melepaskan berita yang ada papan meding kampus itu.
Aku pasang telinga tuli dengan earphone yang kusumbang di telinga dengan volume penuh agar tidak mendengar cibiran, cacian serta hinaan yang orang orang berikan padaku.
Bodo amat. Terserah mereka, toh mulut mulut mereka bukan mulutku. Kurang kerjaan banget ngurusin mulut orang sedangkan mulut sendiri saja terkadang masih belum bisa di urusin.
Aku menarik kursi paling depan dan mengeluarkan beberapa buku untuk materi pembelajaran yang akan di sampaikan Mr. Wardi.
" Liat deh dia! Gak tahu malu banget! Udah ketahuan busuknya masih aja berani kekampus. "
" Ya iyalah dia berani, orang urat malunya udah putus. "
" Aku kira luarnya menggambarkan dalamnya juga. Nyatanya, hijab yang ia pakai tak lain untuk menutupi kebusukannya. "
Bug
Aku menutup buku kasar sembari menghela nafas. Sekuat kuatnya lagu yang aku dengar, jika orang orang sengaja ingin membuatku tersudutkan, mereka dengan mudah mengencangkan volume suara mereka agar terdengar di telingaku.
Aku bangkit dari kursi dan sesaat menghunuskan tatapan tajam pada orang orang itu sebelum akhirnya pergi membawa tas dan buku buku milikku pergi menuju perpustakaan.
Di perjalanan aku tak sengaja berpapasan dengan Naura cs. Ingin mengabaikan, justru dengan cepat mereka menghalangi jalanku sengaja.
" Wah wah wah.. berani juga ya lu kuliah setelah lu udah gak virgin lagi. Emm gimana? Enak gak? Mau aku kenalin sama temanku? Kayaknya dia bakal suka deh sama kamu yang gak seberapa ini. " ejeknya meremehkan.
" Temanmu cassanova ya? Kalo iya, apa bedanya lo sama dia. " ucapku dengan intonasi setenang mungkin.
" Maksud apa ha?! " bentak Mira anteknya Naura. " Teman bukan? Katanya, kalo teman satu sifatnya begini, maka yang satunya gak akan beda jauh. " jawabku biasa saja.
" Lo!! "
" Sorry ya, gue sibuk. Waktu gue terlalu mahal untuk meladeni cicak busuk kayak kalian. Selamat tinggal, MANTAN TEMAN!! " aku pergi dan dengan sengaja menyenggol bahu Naura angkuh.
Kau pikir kau saja yang bisa bersikap seperti itu? Jika aku ingin, aku bisa jauh lebih angkuh darimu dengan sangat natural. Sampai sampai orang akan menganggapku seorang anak konglomerat. Kalo kalian tanya kenapa aku bisa? Ya karna aku belajar!!
" Aril " aku kembali menghentikan langkahku saat mendengar suara lembut seseorang memanggilku. Aku tau dia siapa, hanya saja aku sedang malas meladeninya, jadi aku kembali melanjutkan langkahku menuju tujuan utama. Yaitu, perpustakaan.
" Aril tunggu!! "
" Apaan sih Niel?! " Yah, dia adalah Daniel Kurniawan. Seniorku yang merupakan idola kampus karna memiliki paras tampan dan kekayaan yang berlimpah. Tapi, tak sedikitpun hatiku tertarik dengan ketampanan maupun kekuasaannya itu. Yang ada aku justru muak. Orang terlalu memandang fisik, bukan hati serta ketulusan.
" Ikut aku kekantin, Nana udah nungguin. " tanpa meminta persetujuanku, pria itu dengan cepat menarik pergelangan tanganku menuju kantin.
" Apaan sih, gue bisa jalan sendiri. " menepis kasar, aku berjalan meninggalkannya. Aku kesal setiap hari melihat orang itu terus saja mengikutiku, dan itu membuat semua orang semakin beranggapan aneh tentangku.
Dan kalian tahu bukan, apa yang di sukai orang irit bicara sepertiku? Yah! Ketenangan. Aku hanya ingin berkuliah dengan tenang, wisuda, kerja, dapat duit, berangkatin orang tua naik haji. Sederhana bukan? Tapi, sepertinya harapanku itu benar benar harus di kubur. Ketenanganku mulai terusik dan menjadi sorotan para penggosip. Dan aku benci itu. Aku benci menjadi sorotan orang orang. Aku hanya butuh ketenangan.
KE-TE-NA-NGAN!!
Camkan itu!!
" Ada apa? " tanyaku to the point saat melihat wajah sendu Nana yang kini tengah menusuk nusuk mie tanpa minat.
" Huaaa Arilll " aku sudah menyiapkan tubuhku untuk kuat di terjang Nana dan menjadi tempat penampungan air dadakan untuk teman polosku si Nana.
" Huft, siapa lagi yang mati kali ini? " tanyaku pelan. Malas sebenarnya, tapi demi menghargai seorang teman, paksa terpaksa harus memulai pembicaraan dulu.
" Aril... hiks hiks tadi.. tadi.. hiks tadi aku gak sengaja keinjek semut. Trus trus, semut yang lain gigit aku karna marah anggota keluarganya di bunuh. Hiks ka-karna kesakitan, aku bunuh mereka semua coba. Huaaaa aku udah bunuh satu keluarga semut!! " tangisnya semakin pecah, membuatku mau tak mau harus memijat pelan keningku yang nyut nyutan.
Punya teman polos gini amat yah...
" Ohh semut.. Mati semua ya? Semoga mereka tenang di alam sana dan gak dendam sama lu. " gumamku.
" Huaaaa " lah makin kenceng dia nangisnya. Aku salah ngomong ya? Au ah, bodo amat.
" Udahlah, mereka cuma hewan. Emang udah jadi takdir mereka seperti itu. Lagi pula kamukan gak sengaja, insyaallah Allah gak akan marah kok. " tuturku. Sungguh! ini sudah melebihi tutur kataku dalam seharian penuh. Biasanya sehari bisa di hitung dengan jari berapa kali aku berbicara, tapi berkat manusia polos ini, aku harus menerobos batas bicara.
Untung teman, kalau enggak. Udah aku buang keluat, biar aja dia di makan paus. Biar tahu rasa.
***
Bersambung...
See you..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments