Setelah mendengar kabar bahwa terjadi penyerangan di rumahnya dan juga hilangnya istri dan anaknya. Willard langsung memutuskan untuk kembali dari tugas dinasnya.
Dia sangat murka saat melihat kondisi rumahnya yang tidak berbentuk, diapun membuka rekaman CCTV tapi disana tidak ada rekaman saat kejadian berlangsung.
"Sial, siapa yang sudah menyerang keluargaku." geram Willard menendang meja kerjanya.
Setelah itu dia memanggil seluruh penghuni rumah yang masih hidup tanpa terkecuali.
"Cepat katakan apa yang terjadi?"
tanyanya menatap satu persatu para pelayannya.
"Maaf tuan kami tidak tau, yang kami tau kami sudah tergeletak dan beberapa diantara kami sudah tewas."
"Apa kalian tidak ada yang melihat wajah pelakunya?"
"Tidak tuan." jawab mereka jujur, karena memang seingat mereka, mereka pingsan tak sadarkan diri.
"Dasar kalian tidak berguna." maki Willard sambil menampar satu persatu pelayan, dia tidak peduli mau itu pria ataupun wanita.
Willard pun memanggil anak buah kebanggaannya untuk mencari tau, siapa yang sudah berani mengganggu keluarganya.
Sedangkan di tempat lain
Roby kini tengah berada di salah satu gudang penyimpanan senjata yang sudah lama tidak dipakai oleh kelompok itu, Roby kini menggunakan gudang itu untuk menyekap anak dan istri dari Willard.
Roby hanya sendiri di dalam ruang CCTV melihat pergerakan korbannya, sedangkan yang lainnya menunggu diluar.
Sebenarnya Roby tidak tega melihat anak kecil yang tak tau apa-apa itu, maka dari itu dia lebih memilih memantau lewat CCTV.
Roby masih serius mengamati layar televisi yang menampilkan gambar di ruangan penyekapan sambil mengepulkan asap tinggi-tinggi dari mulut dan hidungnya, kemudian terdengar suara langkah kaki yang sangat indah beralun.
"Apa kau tidak bosan terus memandangi layar itu?" tanya Gaby sambil mendudukan dirinya di meja layar televisi yang ada dihadapan Roby.
"Itu menjadi pemandangan menarik bagiku." jawab Roby masih sambil mengarahkan kepalanya ke langit-langit.
"Kau bisa melihat pemandangan yang lebih menarik lagi." Gaby bicara dengan manja dan terdengar sensual lalu menaikkan kaki kanannya ke atas paha kiri Roby yang menampilkan paha putih dan mulus milik Gaby.
Roby hanya menatapnya sekilas dan kembali ke posisi semula, dia sedang sangat malas untuk bercinta hari ini. Namun Gaby tidak akan berhenti sebelum dia mendapatkan apa yang dia mau.
Entah kenapa setiap melihat Roby hasratnya selalu naik, dia merasa candu dengan aroma tubuh dan gaya permainan Roby saat pertama kali mereka menyatu.
Gaby turun dari meja kemudian dia duduk dipangkuan Roby, dia mengusap wajah Roby dengan sensual sambil berbisik, dan meniup telinga Roby seraya membangunkan hasrat Roby.
"Kau bisa melihat sekaligus menyentuhnya, bahkan kau bisa menikmatinya baby." Gaby berbisik manja dan mengarahkan tangan Roby pada pahanya.
Roby hanya diam sambil memperhatikan tangan Gaby yang sibuk mengusap semua bagian tubuh Roby, dia membiarkan Gaby berbuat semaunya dan hanya menikmati tanpa membalasnya.
Gaby berpindah posisi, kini kakinya sudah melingkar di pinggang Roby dan tangannya sudah mulai membuka kancing kemeja yang digunakan Roby sambil menciumi seluruh wajah Roby, dan Roby hanya diam sambil memejamkan matanya seraya menikmatinya.
"Apa kau menikmatinya baby?"
Gaby menjilati daun telinga Roby.
Kini dia sudah berhasil membuka kemeja Roby dan tangannya pindah mencari mangsa baru yang berada di dalam celana Roby, dia membuka celana Roby secara perlahan.
Saat berhasil membuka celana itu, dia langsung menguasai rudal balistik milik Roby yang sudah siap meluncur ke lubang target.
Roby membuka matanya yang sedari tadi terpejam saat Gaby memulai aksi karaoke tanpa musicnya itu.
"Kau yang memulai Gaby, jadi jangan pernah minta berhenti sebelum aku yang menyelesaikannya." Roby membangunkan tubuh Gaby dan mendekap pinggang rampingnya seraya memberikan ultimatum pada wanita itu.
Gaby tersenyum senang, akhirnya sang macan terbangun dan siap menerkam mangsanya yang sudah seperti cacing kremi meliuk-liuk di atas tubuh Roby.
"Never, baby. So lets start the game."
Roby langsung merobek paksa gaun sexy yang digunakan Gaby.
"Bajuku."
"Kau tidak butuh itu sekarang." sambil melepaskan celananya dengan tangan satu, sedangkan yang satunya menahan tubuh Gaby agar tetap berada di pangkuannya.
Gaby pun tidak tinggal diam, dia membuang pakaian yang sudah dirobek Roby itu ke sembarang arah. Lalu dia menarik tali simpul segitiga penutup lubang markas penempatan rudal milik Roby.
Roby mencium bibir Gaby dengan kasar, sesekali dia mengigit bibir bawah Gaby. Dia tidak peduli dengan darah yang keluar dari bibir itu, dia juga mengabaikan Gaby yang meringis menahan perih di bibirnya.
Karena memang dia juga menyukai gaya permainan Roby yang kasar dan terkesan brutal bagi sebagian orang, tapi tidak untuk Gaby. Dia malah menyukai dan menjadi candu akan hal itu.
Roby meremas keras bukit terjal nan curam yang sejak tadi menantang seakan meminta untuk di tanjaki.
"Awww, kau benar-benar kasar sayang."
"Apa kau menyesal sekarang dan ingin berhenti. Sayang sekali tidak akan aku kabulkan hal itu." ucap Roby sambil tangannya terus meremas bukit itu dengan membabi buta.
"Tidak akan baby, justru aku sangat menyukai ini. Itu kenapa aku kecanduan oleh permainanmu."
"Jangan banyak omong." Roby langsung menembakan rudalnya tanpa aba-aba terlebih dahulu dan itu membuat Gaby memekik kesakitan.
"Uuugghhhh." ringis Gaby sambil mencengkeram lengan Roby.
"Bagaimana!, kau suka bukan?"
"Of course babe, lanjutkan okey."
Roby mulai menggerakkan pinggang Gaby dengan mengangkatnya naik turun, itu sebagai tanda bahwa Roby ingin Gaby yang bergerak terlebih dulu.
Roby menepuk-nepuk buntalan padat yang berada di belakang, dia juga meremas-remas bukit curam itu. Terdengar erangan yang keluar dari mulut Gaby.
Mereka tidak peduli yang lain mendengar erangan mereka, karena mereka sudah sering melakukannya saat ada pertemuan-pertemuan antar anggota. Setelah selesai berkumpul biasanya Gaby pasti mengajak Roby untuk bermain gempa bumi lokal.
Setelah dirasa hasratnya sudah di ubun-ubun, Roby mengambil alih kemudi permainan. Dia mulai menggerakkan pinggulnya dengan ritme cepat hingga terdengar suara decitan pertemuan skin to skin antara keduanya.
Roby mengangkat tubuh Gaby dan dipindahkan ke atas sofa yang terdapat disana, dia membalik tubuh Gaby menghadap ke arah headboard sofa dan dia berdiri tegak bak tentara siap perang.
Tanpa komando lagi, Roby langsung menyerang pertahanan Gaby dengan menggebu-gebu. Keringat keduanya sudah luruh menjadi satu karena penyerangan yang dilakukan oleh Roby.
Roby semakin menambah kecepatannya saat dirasa dia sudah hampir mencapai garis finish, mereka sama-sama mencengkeram saat sudah mendekati finish.
Gaby mencengkeram sofa dengan erat, sedangkan Roby mencengkeram pinggul Gaby dengan kuat. Sampai akhirnya Roby mencabut rudalnya dan mengeluarkan bubuk mesiunya di atas pinggul Gaby. Bersamaan dengan lenguhan panjang dari keduanya tanda peperangan berakhir.
Games its over.
Kini tinggal sisa nafas yang masih terputus-putus dan sedang dicoba untuk disambung kembali.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Maaf ya othor pagi-pagi ngasih yang panas-panas. soalnya disini dingin lagi hujan, jadi lagi butuh kehangatan.
Kabuuurrrr
Next
👏👏👏✌✌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Rangrizal28
bikin panas dingin merinding dan sesak napas
2023-05-22
0
Tara
Gaby a slut or masih perawan Kak Thor.. Kok seperti jalang kurang belaian.. 😤🤔
2021-06-28
1
Nining Nani
tau aja author klw lg ujan butuh kehangatan..😂🤣😂🤣
2021-05-18
1