Keesokan harinya, Deinard kembali mendatangi rumah Willard jonassen untuk mendapatkan keterangan perihal kematian istri simpanannya itu.
Saat dia sampai di depan gerbang rumah mewah milik Willard, Deinard melihat beberapa pelayan nampak sibuk memasukan beberapa koper kedalam mobil milik Willard.
Mengetahui hal itu, Deinard langsung bergegas turun untuk menghampiri Willard sebelum dia pergi. Deinard dihalangi oleh penjaga pintu dan tidak diperkenankan masuk, namun Deinard tetap memaksa dan mengancam akan memasukan penjaga itu ke dalam sel jika menghalanginya untuk masuk.
Akhirnya, dengan sedikit drama dan ancaman, Deinard diizinkan masuk. Lalu dia lekas masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, karena memang pintu depan yang sedang terbuka.
Tidak ada yang menyadari akan kedatangan Deinard, karena mereka tengah sibuk berkemas seperti hendak pindah rumah. Namun Deinard melihat Willard yang berdiri membelakangi Deinard sedang bicara dengan seseorang di telpon, dan tampaknya Willard baik-baik saja tidak seperti orang yang kemarin mengalami gangguan pernafasan.
"Selamat pagi tuan Willard." sapa Deinard mengejutkan seluruh penghuni rumah, terutama Willard yang langsung memutuskan pembicaraannya di telpon.
"Selamat pagi kepala polisi Deinard, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Willard berusaha tenang untuk menutupi rasa terkejutnya karena Deinard bisa masuk ke dalam rumahnya.
"Sepertinya anda sedang berkemas, memangnya anda mau kemana tuan Willard?" Deinard bertanya dengan skeptis.
"Oh, ini hanya merapihkan barang-barang yang tidak terpakai saja." kilah Willard.
"Tapi saya lihat anda sudah rapih sekali, dan bukankah kemarin anda terkena gangguan pernafasan!, tapi hari ini anda terlihat baik-baik saja bahkan terlihat sangat sehat." Deinard mengamati setiap sudut rumah Willard.
"Sa... Saya baru merasa sedikit lebih segar, hanya saja saya bosan jika berlama-lama di tempat tidur. Jadi saya ada disini sekarang." jawab Deinard sedikit terbata.
"Begini tuan Willard, kedatangan saya kemari adalah, saya ingin bertanya sedikit perihal kematian nyonya Yeslin yang tak lain adalah istri simpanan anda. Siapa tau anda punya sedikit informasi." Deinard duduk tanpa dipersilahkan oleh Willard.
"Kematian Yeslin tidak ada hubungannya denganku." tolak Willard yang akan di tanya oleh Deinard.
"Saya tidak mengatakan kalau itu semua ada hubungannya dengan anda, saya bilang siapa tau anda memiliki informasi perihal nona Yeslin." skak Deinard yang membuat wajah Willard berubah pucat karena telah salah bicara.
"Oh maaf, saya salah sangka." Willard mencoba menghilangkan kegugupannya.
"Tidak apa tuan, jadi begini tuan Willard, sudah berapa lama anda mengenal dan menjalin hubungan dengan nyonya Yeslin?"
"Kurang lebih 2 tahun."
"Apa istri pertama anda mengetahui tentang nyonya Yeslin?"
"Ya, dia mengetahuinya."
"Selama menjadi istri anda, apa kegiatan nyonya Yeslin sehari-hari?"
"Dia memiliki sebuah butik ternama, dan juga beberapa resto yang dia kelola sendiri. Untuk kegiatan sehari-hari, saya tidak terlalu tau karena kami berdua sama-sama sibuk."
"Apa anda mengenal teman-teman atau orang-orang yang sering berinteraksi dengan nyonya Yeslin?"
"Saya tidak tau siapa saja teman-teman Yeslin, saya hanya tau Yeslin suka berkumpul di salah satu resto miliknya."
"Apa ada seseorang yang mungkin anda curigai?" tanya Deinard dengan tatapan menyelidik.
Karena pertanyaan yang sudah mulai tidak dapat terkontrol, Willard mencoba menghentikan tanya jawab itu.
Dia berpura-pura kembali mengalami sesak nafas dan dengan sangat terpaksa Deinard harus menyudahi tanya jawab itu.
"Maaf tuan, sepertinya tuan Willard tidak bisa menemani anda lebih lama." ucap kepala pelayan itu pada Deinard.
Deinard menghela nafas "Ok, kalau begitu jaga tuan kalian. Rawat dia sampai pulih, karena aku akan kembali lagi." ucap Deinard sambil berlalu pergi.
Setelah mendapat laporan dari kepala pelayan bahwa Deinard telah pergi. Willard menghubungi seseorang dan bicara sesuatu yang serius.
Sedangkan Deinard yang sedang dalam perjalanan, dia merasa bosan. Jadi dia memutuskan untuk menghubungi istrinya dan mengatakan kalau dia akan menjemputnya di rumah sakit.
15 menit kemudian Deinard tiba di rumah sakit dan langsung menuju ke ruangan milik istrinya. Dia berhenti di depan pintu yang bertuliskan Alexis Room.
Deinard masuk setelah mengetuk pintu dan mendapat izin dari istrinya.
"Hai honey." Deinard mencium bibir Jenni sekilas.
"Kau tidak kembali ke kantor?" tanya Jenni.
"Tidak, aku bosan dengan suasana disana. Jadi aku memilih untuk menjemputmu saja." Deinard memeluk Jenni yang tengah merapihkan mejanya.
"Kamu manja sekali ya hari ini."
"Apa tidak boleh?"
"Tentu saja boleh."
"Bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan!, kita jemput Rocky di sekolah."
Deinard memberikan ide.
"Ide bagus."
"Aku juga ingin menemui Roby, aku akan memintanya mengambil cuti untuk esok hari. Jadi hari ini kita akan menjemput anak-anak dan besok kita akan pergi jalan-jalan." Deinard menciumi pipi Jenni dari belakang.
Jenni membalik tubuhnya ke hadapan Deinard.
"Aku senang kamu menyempatkan waktu untuk bersama kami, sudah lama sekali kita tidak memiliki Quality time. Aku mencintaimu Dein." ucap Jenni dengan senyum tulus.
"Aku juga mencintaimu dan anak-anak." jawab Deinard.
"Kalau begitu ayo berangkat." Jenni menggandeng lengan Deinard dan berjalan menuju ke tempat parkir.
Sebelum tiba di sekolah Rocky, Jenni menghubungi Roby dan mengatakan tujuannya tadi. Roby sangat antusias atas apa yang di rencanakan oleh orang tuanya.
Setelah menjemput Rocky, mereka melanjutkan perjalanan menuju Oxford university untuk menjemput Roby. Tapi di tengah jalan, mobil yang dikendarai oleh Deinard di pepet oleh 2 mobil tak dikenal.
Mereka juga mulai menembaki mobil Deinard, sontak saja Deinard langsung melajukan mobilnya lebih cepat dan menghindari mereka. Karena sekarang ini Deinard tengah mengajak istri juga anaknya, dan Deinard tidak mau membahayakan keluarganya jika harus melawan mereka, walaupun sebenarnya Deinard masih sanggup.
Kejar mengejar pun tak terelakkan, Deinard mengeluarkan pistol yang berada di bawah dashboard.
"Rocky, bersembunyi di bawah." ucapnya pada Rocky.
"Sayang hubungi Gerald, suruh dia lacak keberadaan kita dan minta dia kirimkan bantuan." Deinard menyerahkan ponselnya pada Jenni.
Jenni mengikuti instruksi dari Deinard dan berusaha untuk tetap tenang.
Tembak menembak terus terjadi, Deinard masih terus berusaha menghindari hujaman peluru yang ditujukan pada mobilnya.
Sedangkan Roby yang sudah menunggu selama 6 jam merasa aneh, padahal biasanya ayahnya paling akan memakan waktu 5 jam. Roby berinisiatif menghubungi ibunya dan setelah beberapa lama baru ada jawaban dari sana.
"Hallo mom."
"Sayang, sepertinya kami tidak bisa menjemputmu." jawab Jenni dengan terengah-engah.
"Ada apa mom?" Roby mulai khawatir.
"Dengar sayang, kau harus jaga diri baik-baik. Kami semua menyayangimu."
"Mom, sebenarnya ada apa?"
"We love you son."
"Mom, kalian dimana?. Cepat katakan kalian dimana?, aku akan menjemput kalian."
"No son." ucapnya terputus-putus.
"Mom!, jika kau tidak mengatakannya aku akan membencimu mom." teriak Roby frustasi.
"Mommy bahagia dibenci oleh mu."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Next
👏👏👏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Tara
Ini tentang keluarga Robby yach 🤔pantes kok Kaya tidak nyambung. OK. Lanjut🤭
2021-06-28
2