Zayden menelpon seseorang menggunakan ponsel pribadinya. Panggilan pertama langsung diangkat dengan cepat. Tentu saja atasannya yang menelpon. Siapa yang berani tidak mengangkatnya apa lagi membuatnya menunggu di angkat.
"Halo, selamat malam tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?" Ucap dari orang seberang sana.
"Siapkan satu butik besar. Berikan beberapa konsep bangunannya padaku besok." Perintah Zayden langsung.
"Baik tuan muda." Sahutnya mengerti.
Dirasa sudah cukup. Zayden langsung mematikan telponnya dan melanjutkan pekerjaannya yang bisa di selesaikan di rumah. Sehingga besok tidak terlalu menumpuk.
Setelah selesai dengan urusan pekerjaannya. Zayden berjalan keluar ruang kerja dan menuju kembali masuk ke kamarnya. Tidak sengaja bertemu dengan ibunya yang sedang melewati di depan pintu kerjanya.
"Zay." Amelia menatap Zayden dari bawah sampai atas. Tidak kuasa menahan tangisnya. Melihat anak pertamanya sudah tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang pekerja keras. Menjadi pria tampan yang menjadi idaman semua wanita. Tidak tahu sampai kapan lagi umurnya akan bisa melihat anaknya terus tumbuh.
Zayden memeluk Amelia. Mengusap punggung ibunya. Menenangkannya dalam dekapannya.
"Sudahlah mom, jangan menangis." Zayden berucap pelan sambil tetap menenangkan sang ibu dalam pelukannya.
Aku tidak bisa melihat wanita menangis. Apalagi melihat mommy menangis.
Amelia melepaskan pelukan Zayden dan menatap lekat anaknya.
"Ah, maaf. Mommy hanya merasa tidak nyangka. Anak pertama mommy sudah bekerja menggantikan daddy di perusahaan daddy. Anak kedua mommy menjadi presdir di perusahaan kakek sekaligus sedang meraih gelar magisternya. Anak ketiga menjadi sekretaris di perusahaan daddynya juga. Mommy merasa kagum dan bangga dengan kalian semua." Amelia mengusap air matanya keluar dari sudut matanya.
"Sudah malam nak, tidurlah. Istirahat. Kamu kan masih harus bekerja lagi besok pagi." Amelia menepuk bahu Zayden beberapa kali. Dan meninggalkannya yang masih diam mematung melihat ibunya lanjut berjalan ke arah kamarnya dengan ayahnya.
Tetaplah berada di dunia ini, mom. Sampai aku menikah dan memberikan cucu yang lucu untuk kalian.
Zayden melanjutkan langkahnya lagi menuju kamarnya. Membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Memejamkan matanya perlahan.
Keesokan paginya. Zayden sudah bangun seperti biasa lagi Tidak kesiangan seperti kemarin. Saat akan sarapan. Lagi-lagi Amelia menjadi ketagihan dengan mie ayam yang dibuat dan dijual oleh Elvana.
Merutuki dirinya sendiri. Zayden merasa kali ini hidupnya telah sial. Selalu saja bertemu dengan wanita itu. Walaupun tidak sedang dibutuhkan ataupun dibutuhkan. Tak peduli dengan wanita itu. Zayden tetap memakan sarapannya. Nasi goreng khusus untuknya di pagi hari. Seperti biasa kebiasaannya saat sarapan. Di sertai air putih dan juga buah apel.
Kembali siap untuk berangkat kerja bersama Chelsea. Hari yang kemarin hampir terjadi sama persis dengan hari ini. Gerobak penjual mie ayam itu di taruh tepat di depan mobil Zayden. Tidak ingin berargumen. Langsung masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibuka oleh sopir pribadinya. Chelsea pun juga mengikuti kakaknya tanpa banyak bicara.
"Tumben gak protes tuh presdir." Gumam penjual mie ayam itu yang bernama Elvana. Saat sudah kembali dari dalam rumah utama ke gerobaknya. Melihat mobil Zayden sudah melaju keluar gerbang rumah utama.
Di mobil seperti biasa Zayden sibuk dengan tabletnya. Bertanya kepada Chelsea akan jadwalnya hari ini. Tidaklah terlalu padat. Jadi, ia bisa meluangkan waktunya untuk memeriksa konsep bangunan butik yang akan segera diproses dalam waktu dekat.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Shasha Ye
Semangatt zayy mommy amelia sudah bangga denganmu
2022-06-01
0
Anonymous
ceritany bagus lanjut
2022-04-29
1
Mbah Edhok
belum ngeh ...🤔🤔🤔
2021-08-29
0