Chelsea dengan segera dibawa ke rumah sakit. Digendong oleh Rendra. Sebagai ayah tentu saja merasa khawatir ada apa dengan anaknya.
Saat itulah Chelsea diberitahu oleh dokter kalau dirinya bisa saja terkena Hipotensi secara tiba-tiba. Jika, pola kehidupannya tidak diatur.
Rendra yang menemukan kertas-kertas di atas meja belajar dalam kamar Chelsea. Saat mengantarkan Chelsea pulang kembali ke rumah dan membopongnya untuk masuk ke dalam kamar.
"Apa ini?" Tanya Rendra sambil memperlihatkan kertas-kertas berisikan rancangan Chelsea.
"Itu kertas hasil rancangan pakaian ku, dad." Jawab Chelsea lirih karena masih merasa tubuhnya terlalu lemas.
"Kamu tahu apa ini, Elsie!" Bentak Rendra kepada anaknya tanpa sadar. Tanpa sadar juga merobek kertas hasil rancangan Chelsea di hadapan Chelsea. Tentu saja siapa yang tidak sedih jika hasil rancangan yang sudah dibuatnya dengan susah payah harus dimusnahkan begitu saja. Chelsea mengeluarkan air matanya saat kertas hasil rancangan yang dibuat saat malam dimana ia kehilangan kesadarannya itu sudah menjadi sebuah sobekan kertas yang lusuh.
"Daddy, ke, kenapa di so, sobek?" Chelsea terbata karena tak kuasa menahan tangisnya. Menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Kenapa?! Kamu tanya kenapa! Karena, kertas ini malam itu kamu jadi pingsan. Bahkan apa kamu tahu. Kamu itu pingsan di malam hari. Sampai pagi tidak ada yang menolongmu karena tidak ada yang tahu kalau kamu pingsan. Bagaimana jika kamu merancang ide bodohmu itu di tempat lain. Lalu, kamu tidak tidur sampai tengah malam. Tekanan darah mu menurun. Lalu, pingsan. Siapa yang akan menolongmu, hah?!" Suara Rendra yang tinggi mampu membuat tangisan Chelsea tambah semakin jadi.
Rendra yang sudah tidak ingin marah-marah lagi. Karena ia khawatir anaknya akan benci kepada ayahnya sendiri. Akhirnya, memutuskan untuk keluar dari kamar Chelsea. Dibantingnya pintu kamar Chelsea. Chelsea menatap pintu yang baru saja tertutup dengan tatapan sendu.
"Maafkan aku."
"Maafkan aku daddy."
"Maafkan aku mommy."
"Maafkan aku yang sudah membuat kalian khawatir padaku."
"Aku janji tidak akan meneruskan mimpi ku demi kalian."
Gumaman lirih Chelsea di sela isak tangisnya. Sejak hari itu Chelsea menguatkan dirinya untuk tidak lagi memikirkan perihal mimpinya. Karena, itu mampu membuat dadanya terasa sesak.
"Elsie." Seseorang tengah mengguncang tubuh Chelsea.
"Eh, kakak. Maaf." Chelsea yang tersadar dari lamunannya. Sadar kalau ia masih berdiri di depan pintu yang masih dipegang handlenya. Sehingga, pintu ruangan itu masih terbuka selama Chelsea masih berada dalam lamunannya.
"Kenapa? Apa ada yang sakit? Atau merasa pusing? Apa, kenapa?" Tanya Zayden khawatir sambil memegang bahu Chelsea dan mengusap wajah adiknya lembut.
"Tidak kak, aku tidak apa-apa." Ucap Chelsea sambil menundukkan kepalanya hormat kepada Kakaknya. Karena, melihat staf lain yang tengah melewati mereka. Zayden mengangguk membalas Chelsea. Chelsea pun berjalan kembali ke ruangannya.
Elsie, berfikirlah. Kamu masih muda. Gapailah cita-citamu selagi masih ada kesempatan. Aku akan membantumu. Jika, diharuskan tanpa sepengetahuanmu. Tetap akan ku lakukan. Aku tidak mau adikku tertekan karena hanya masalah impian.
Zayden kembali duduk di kursi presdir. Membaca beberapa laporan hari ini. Setelah membaca ada undangan pengangkatan pemimpin baru di partner perusahaannya yang mengharuskan dirinya datang sore ini. Mau tidak mau ia harus menyiapkan dirinya kembali untuk keluar kantor. Tentunya juga bersama Chelsea.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Shasha Ye
Tidak ada batasan untuk memiliki cita cita...
2022-06-01
0
Anonymous
👍👍👌
2022-04-29
1
Asih Setyowati
biasanya anak cewek seorang ceo perusahaan akan manja dan kemauannya keras tp kok ini celsi rapuh bgt
2022-01-02
0