Keesokan harinya, langkah demi langkah ia susuri jalanan dengan senyuman indah sambil membawa keranjang yang berisi bunga-bunga yang indah. Gadis masih saja memberikan bunga-bunga itu secara cuma-cuma pada orang-orang yang dia jumpai di jalan.
Gadis melihat seorang nenek yang sudah tua, duduk sembari berjualan kerupuk di pinggir jalan. Beruntung sekali, banyak orang yang membeli kerupuk nenek tua itu, mungkin orang yang membelinya itu merasa kasihan atau mungkin karena kerupuk nenek tua itu memang begitu enak. Gadis pun mendekati nenek tua itu dengan langkah penuh semangat.
"Bunga nek, ini untuk nenek, terimalah ini gratis untuk nenek," Gadis memberikan dua tangkai bunga mawar merah pada nenek tua itu.
"Kenapa kau memberinya gratis, Nak?" tanya nenek sembari mengambil bunga mawar dari tangan Gadis lalu menciumi bunga itu.
"Agar nenek lebih bersemangat berjualan kerupuknya," jawab Gadis dengan lembut.
"Terima kasih ya, Nak semoga kau selalu bahagia," ucap nenek mendo'akan.
"Terima kasih juga atas do'anya, Nek. Semangat ya Nek!" Gadis tersenyum sambil memberi semangat pada nenek dengan genggaman tangannya sendiri yang diangkatnya ke atas.
Gadis duduk sejenak di pinggiran jalan sembari merenggangkan otot-ototnya yang sedari tadi berjalan kaki sambil memangku keranjang yang berisi bunga.
"Mama ... papa ... Gadis merindukan kalian, setelah kalian pergi meninggalkan Gadis, kak Dev selalu melakukan perbuatannya di luar batas. Rumah kita sekarang seperti club malam, banyak wanita-wanita penghibur yang diajak kakak ke rumah. Gadis tidak nyaman di rumah itu lagi. Gadis ingin kak Dev yang dulu, yang baik, perhatian dan sayang sama Gadis," ucap Gadis pilu.
Gadis bangkit dan melanjutkan perjalanannya entah ke mana lagi. Gadis benar-benar bingung saat ini, semenjak setahun yang lalu papa angkatnya meninggal karna serangan jantung disusul mama angkatnya yang meninggal 3 bulan yang lalu karena diabetes. Gadis hanya ingin menenangkan dirinya sendiri agar hatinya tenang saat pulang kerumah dan bertemu dengan kakak angkatnya, Devan.
*******
Devan Mahendra adalah pria tampan dengan usianya 25 tahun yang memiliki tubuh tinggi 185 cm. Devan atau yang disapa Dev merupakan CEO di perusahaan ternama di Jakarta. Memiliki perusahaan otomotif yang bernama Mahen Group peninggalan sang papanya. Devan merupakan kakak angkat dari Gadis bellova. Devan begitu sangat menyayanginya.
Dulu Devan adalah pria yang baik tetapi setelah orang tuanya meninggal, Devan mulai berperilaku seperti pria nakal penjajah wanita. Devan orang yang paling berkuasa. Sifatnya yang sekarang mulai disegani dan ditakuti oleh para pegawainya di kantor.
"Andy bagaimana situasi di rumah? Apa Gadis ada di sana?" Berdiri menatap ke arah bangunan dari jendela yang bersampingan dengan kantor perusahaannya sambil memasukan kedua tangannya ke kantong celana di samping kanan dan kiri.
"Nona Gadis masih melakukan aksinya dengan memberi gratis bunga-bunga di jalanan, Tuan," jawab Andy sang sekretaris kepercayaan Devan.
"Cih ... dia masih saja melakukan aksi sosialnya seperti itu, apa aku hancurkan saja bunga-bunga di taman biar Gadis tidak berkeliaran di jalanan seperti gembel?" Membalikan badannya kemudian berjalan dan menduduki kursi kebesarannya.
"Bunga-bunga itu adalah peninggalan nyonya, apalagi non Gadis juga sangat menyukainya. Kalau bunga-bunga itu dihancurkan pasti non Gadis akan sedih. Bunga-bunga di taman itu mengingatkan non Gadis pada nyonya besar, Tuan. Makanya non Gadis memberikan bunga-bunga itu sebagai rasa hormatnya pada nyonya," kata Andy menjelaskan agar tuannya tidak bertindak ceroboh.
"Aku tidak suka dia selalu membantah perkataanku. Dan kau, kenapa begitu perhatian pada Gadis? Apa kau menyukainya?" Devan melirik Andy tidak suka.
"Aku peringatkan ... jangan pernah kau menyukainya apalagi mencintainya, mengerti?" pinta Devan pada Andy yang sedang menunduk patuh.
"Saya bertindak sesuai naluri, Tuan. Saya hanya menyayanginya sebagai adik dan tidak lebih."
"Bagus! Terus awasi Gadis, jangan sampai ada orang yang menyentuhnya apalagi menyakitinya," perintah Devan yang tidak boleh dibantah.
"Saya sudah menyuruh anak buah saya agar selalu mengikuti nona Gadis, Tuan."
"Ya, beri tahu aku jika gadis sudah pulang ke rumah. Aku akan bicara padanya."
"Apa Tuan akan memarahinya?"
"Itu urusanku, Andy. Gadis sudah dewasa, mana mungkin aku memarahinya. Kau mencemaskan Gadis?" tanya Devan sambil menatap Andy dengan pandangan tidak suka.
"Saya hanya bertanya saja, Tuan," jawab Andy khawatir.
*******
Di kantornya, Elan sedang mengadakan rapat tahunan bersama para karyawan, karena dia begitu jarang berada di perusahaan cabang Jakarta. Elan selalu fokus pada perusahaannya di Italia. Perusahaannya di Jakarta, Elan tugaskan pada orang kepercayaannya juga John sebagai asistennya.
Pikiran Elan begitu tak karuan, selintas dia terpikir oleh perempuan yang memberinya bunga mawar di lampu merah. Wajah perempuan itu selalu mengingatkan Elan pada seseorang yang dia sayangi. Karena tidak begitu fokus dengan jalannya rapat, akhirnya Elan meninggalkan ruang rapat menuju ruang kerjanya disusul dengan John di belakangnya.
"Kenapa tiba-tiba Tuan meninggalkan rapat? Ada apa, Tuan?" tanya John khawatir.
"Saya ingin kamu cari perempuan yang saya temui kemarin di lampu merah saat dia memberikan saya bunga mawar!" pinta Elan sembari menyandarkan kepalanya di kursi kerjanya.
"Ada apa dengan perempuan itu, Tuan?" tanya John lagi.
"Dia mengingatkan saya pada Bunga yang meninggal 2 tahun lalu, bukankah waktu itu kau juga ikut ke pemakaman?" jelas Elan kemudian bertanya.
"Oh, iya Tuan. Tapi kenapa anda mencari perempuan itu?" tanya John penasaran.
"Saya merindukan Bunga dari wajah perempuan itu," jawab Elan sembari membayangkan wajah orang yang dirindukannya.
"Tapi mereka berdua itu berbeda, Tuan," seru John.
"Bisa tidak kau jangan banyak bertanya? Turuti saja perintah saya dan tidak usah membantah!" Elan menegakkan kepalanya dan memandang John dengan tatapan tajam.
"Ba...baiklah Tuan," gugup John sedikit gemetar.
"Tunggu apalagi, cepat bergerak!" titah Elan kembali.
"Sekarang, Tuan? Tapi saya tidak tahu wajahnya seperti apa, Tuan."
"Sial...!" Elan menghela nafasnya.
"Ini foto Bunga. Perempuan yang kemarin saya temui seperti ini wajahnya," Elan mengambil ponsel lalu mencari foto Bunga dan memperlihatkannya pada John.
"Tapi ... wajah yang mirip seperti ini banyak, Tuan. Lagi pula saya kemarin tidak melihat perempuan yang Tuan maksud," sangkal John bersuara gemetar.
"Perempuan kemarin itu pakai hijab," jelas Elan kesal.
"Perempuan yang pakai hijab banyak, Tuan," sangkal John tidak kapok.
"Hei, cari saja yang wajahnya mirip Bunga. Kau ini payah sekali sih. Sudahlah ... biar saya saja yang cari dia!" Elan akhirnya menyerah berbicara pada asistennya itu.
"Semoga cepat bertemu dengan perempuan itu,Tuan," John begitu lega.
"Saya mencari perempuan itu ya dengan kamu, John!"
"Oh, i...iya pasti saya akan bantu, Tuan," John sontak menegang lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya sudah, keluarlah...! Tunggu perintah dari saya selanjutnya," titah Elan dengan menekuk wajahnya.
John mengangguk dan berbalik melangkah keluar ruang kerja Elan.
"Huh ... sifatnya masih saja seperti itu dari dulu, sabar...sabar...," batin John menggelengkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Mak Aqil
siapa bunga APA adik atau kekasih nya
2023-06-03
0
Dianita Indra
lanjut
2022-03-25
0
pink lee
👍😁
2021-11-29
0