Baju Ketat dan Dua Pria Tampan

"Kok, kamu betah, sih, kerja kayak gini bertahun-tahun? Nggak ada enaknya sama sekali tau kerja kayak gini!" dari tadi aku marah-marah tidak jelas. Lidya yang mendengar celotehanku hanya menggelengkan kepala dan tertawa terbahak.

"Ya, makanya itu aku milih kerja cerdas di ranjang daripada kerja keras kayak gini. Kamu kerja kayak gini puluhan tahun juga tetep aja nggak bakalan bisa kaya," kata Lidya santai sambil menginput rekap keuangan di komputer.

Ada benarnya juga perkataan Lidya, tidur dengan Sugar Daddy semalam saja sama halnya sepuluh kali gajiku menjadi SPG. Aku menggelengkan kepalaku, mengusir bisikan setan laknat barusan yang terbesit di otakku. Aku masih waras, aku tidak akan melakukan hal hina seperti itu bagaimanapun kondisinya. Baiklah, memang dulu aku pernah tidur one night stand dengan Om-om senang demi sebuah handphone keluaran terbaru tetepi itu adalah masa lalu! Itu terjadi ketika aku masih menjadi bocah ingusan kelas tiga SMA. Aku tidak akan mengulangi hal konyol itu lagi. Bahkan aku merasa kenapa dulu aku sekonyol itu!

"An, aku kasih tahu, ya. Tapi ini rahasia kita berdua," kata Lidya dengan wajah yang sangat serius. Aku mengangguk dan menyimak apa yang hendak Lidya katakan.

"Bisa, sih, dapet duit tambahan secara cepet. Tapi..."

"Tapia apa? Ngepet, gitu?" Lidya tertawa melihatku sebegitu penasarannya. Terlebih jawaban asalku dengan nada sewot tadi.

"Kadang bisa jadi, An, ada pelanggan genit yang hobinya goda-godain SPG. Ini emang beneran terjadi, sih, walaupun kadang-kadang, loh, ya. Mau SPG mobil ataupun SPG baju sekalipun biasanya tetep nantinya pasti ada yang ngegodain kita. Ada yang cuma digombalin, ada yang dimintain nomor telepon, ada juga yang diajak tidur."

Aku memutar bola mataku medengar penjelasan yang terakhir.

"SPG itu gajinya dikit. Banyaknya, ya, dari kayak itu atau dari bonus kalau ada event. Tapi nggak semuanya kayak gitu, sih. Nggak bisa dipukul rata. Kalau kita-kitanya nolak, ya, pelanggan nggak mungkin maksa. Tapi, ya, gimana lagi. Semua orang butuh duit. Di lapangan itu ibaratnya cara halal atau haram demi makan, ya, semuanya jadi halal."

Aku hanya terdiam, aku memang pernah mendengar berita simpang siur tentang hal tersebut. Walaupun tidak pernah melihat kejadiannya secara langsung, sih.

"Kamu pernah?" tanyaku ke Lidya.

"Cuma sekali, kok," kata Lidya sambil menyengir dan menaikkan jari telunjuknya. Aku memelototinya.

"Dasar gila, ih. Kena HIV baru tau rasa."

Lidya tertawa lepas mendengar perkataanku. Sambil menunggu pelanggan datang aku menggosok-gosok kaca etalase ini. Baru sebulan bekerja rasanya aku sudah frustasi dan ingin mati saja. Kemarin ketika aku membuka amplop cokelat yang berisi gaji pertamaku, aku benar-benar syok karena nominalnya terjun jauh dari kata UMR.

Ini benar-benar bukan pekerjaan yang aku inginkan. Lidya memegang bagian kasir, sedangkan aku di bagian depan. Strategi marketing katanya, rasanya diriku ini seperti dijadikan tumbal penglaris toko seperti di sinetron yang biasa Mama tonton di malam hari. Azab SPG seksi.

Ditambah lagi terkadang ada ibu-ibu yang hobinya nyinyir mengatakan seperti ini kepadaku, "Ih, Mbaknya cantik-cantik, kok, mau, sih, jadi SPG.? Jadi model aja, atuh, Mbak. Badan Mbaknya, kan, bagus. Langsing singset gitu."

Aku hanya bisa tersenyum meringis ketika mendengarnya, dia ini sedang menghinaku atau memujiku, sih, sebenarnya?

Tapi tetap saja walaupun aku dianugrahi kecantikan sejak lahir. Rasanya kecantikanku ini benar-benar tidak berguna sama sekali. Kecuali jika aku bekerja menjadi sekretaris di kantor besar dengan rok sepan yang ketat hingga memerlihatkan bokong seksiku kemudian si CEO jatuh cinta kepadaku seperti cerita di novel roman picisan yang terlalu banyak halusinasi dari penulisnya. Itu baru namanya kecantikan yang berguna.

"Gimana bisa ngelebihin target bulanan kalau caranya kayak gini. Emang tiap hari orang bakalan beli kacamata?!" kataku masih mengerutu sambil menggosok dengan kuat kaca etalase ini supaya memancarkan cahaya ilahi. Lidya tertawa terbahak mendengarnya.

"Sabar, dong. Orang sabar disayang Tuhan."

Aku mengangguk walaupun masih cemberut. Aku menengok ke arah kiri dan ke kanan, mencuri-curi waktu untuk membuka ponselku—sebenarnya kami dilarang bermain handphone ketika bekerja. Bahkan kami juga dilarang makan ataupun memesan makanan dari luar juga. Dasar kompeni memang!

Senyumku terukir ketika membaca pesan masuk dari Mama. Entah mengapa sekarang Mama sangat perhatian kepadaku. Mama rutin mengirimiku pesan dan selalu mengkhawatirkanku setiap waktu, terlebih lagi ketika aku masuk sif malam. Contohnya seperti yang saat ini terjadi, Mama mengatakan agar aku tidak telat makan.

Anha

Ya, ampun, Ma.

Anha udah gede tahu, Ma.

Masak, sih, makan aja pakai diingetin segala. Mama jangan nungguin Anha, pulang, loh, ya. Takutnya nanti kalau Anha pulang telat.

Love you, Mama.

Ketika aku sedang asyik mengirimi pesan dan ketawa-ketiwi, tiba-tiba aku tersentak—hampir menjatuhkan ponselku saking kagetnya.

"Jadi gini kerjaan kamu? Kamu itu saya gaji bukan buat main-main. Ngerti?" kata lelaki di depanku sambil menatapku tajam. Nada bicaranya memang setabil, tetapi auranya sangat dingin dan menusuk.

Aku langsung memasukkan ponselku ke dalam saku rokku. Lidya menghampiriku dari belakang, menyikut lenganku pelan kemudian berbisik kepadaku,

"Dia owner, yang punya tempat ini. Namanya Pak Ikram. Gila kamu!"

Aku menelan ludah. Mana aku tahu kalau dia owner di tempat ini, karena selama sebulan bekerja aku hanya tahu tentang Pak Indra saja—ketua cabang yang menginterview dan yang meng-handle kami semua.

"Um... maaf, Pak. Tadi saya..." kataku hendak mengeles. Lelaki itu menyilangkan kedua tangannya. Entah akunya yang bodoh atau bagaimana sampai gerogi seperti ini.

"Kamu bosen kerja di sini? Mau dipecat aja atau gimana?"

Aku mengigit bibir bawahku tambah ketakutan.

"Udahlah, Bro. Dimaafin aja," kata teman di sebelahnya yang sedang menopang dagunya dengan lengan kanannya sambil mengamati diriku—dan tentunya mengamati bagian atas tubuhku karena potongan baju seragamku yang rendah. Aku menunduk pura-pura malu.

"Are you seriously pakai seragam kayak gini? Kayaknya saya nggak pernah, deh, nyuruh karyawan saya pakai seragam seketat itu. Bukannya waktu masuk ada aturan tentang ukuran baju, ya?"

Aku mati kutu mendengarnya. Aku memang mengecilkan seragamku. Mengecilkan bagian atasanku sampai press body dan membuat rok kerjaku yang awalnya selutut menjadi lima senti di atas lututku. Ya... karena menurutku baju kerja di sini sangat tidak ber-mode sama sekali jika tidak kukecilkan.

"Come on, nggak usah berlebihan kayak gitu. Si manis ini jadi ketakutan tau. Iyakan?" kata temannya yang sepertinya agak genit itu. Aku masih saja menunduk.

"Lagian saya suka, kok, kamu pakai baju kayak gini. Saya suka lihat yang bening-bening kayak kamu."

Aku dan Pak Ikram menatap orang tersebut bersamaan.

"Minta nomormu, dong," kata lelaki itu.

Lalu...

Terpopuler

Comments

Yanthi Sri meliana

Yanthi Sri meliana

temen'y ikram centil ih

2021-06-22

0

Dilah Mutezz

Dilah Mutezz

ouh jdii d snii awakl perkenalan ikram n anhna yg jdi suami nya anhna

2021-06-12

0

Heni Husna

Heni Husna

lanjut tjor gk ush d masukin dlm hati, comen yg gx tau diri , masih untung ada author yg mau nlis novell gratis , orang tinggal baca gratis lgi😆

2021-05-21

0

lihat semua
Episodes
1 Cast - Visual Tokoh di Novel After Marriage
2 Malam Pertama
3 Barter
4 Kecantikan yang Memabukkan
5 Dicampakkan Ketika Sudah Dinikmati
6 Dibuang
7 Badboy vs Perawan Solehah
8 Mama
9 Kedatangan Tante Ririn
10 Ketahuan
11 Patah
12 Rindu Mama
13 Ego dan Kenangan Masa Kecil
14 Wisuda
15 Dia Peduli
16 Cinta yang Tak Dapat Diungkapkan
17 Hubungan Membaik
18 SugarBaby SugarDaddy
19 Baju Ketat dan Dua Pria Tampan
20 TERROR!
21 Satu Mobil Bersamamu
22 Mangsa Menggiurkan
23 Pangeran Penolong
24 Dia Kekasihku
25 Mulai Terpikat Pesonamu
26 Jantung Yang Berdetak Untukmu
27 Lamaran 1
28 Lamaran 2
29 Semakin Hangat
30 Ciuman Terpanas
31 Menjelang Pernikahan
32 Tidak Jujur
33 Sesak
34 Tetap Menikah
35 Pernikahan 1
36 Pernikahan 2
37 Hari Pernikahan
38 Malam Pertama
39 Kecewa
40 Badai Terlalu Dini
41 Maafkan Aku
42 Pigura
43 Drama Apa Lagi?
44 Dan Janganlah Pergi
45 Percakapan Hangat
46 Perjanjian Empat Bulan
47 Mencoba yang Terbaik
48 Mencoba Memulai Dari Awal
49 Menggodamu
50 Menginginkan Buah Hati
51 Desakan
52 Momongan
53 Mencoba Memperbaiki Hubungan
54 Kembali Dekat
55 Kecupan di Pipi
56 Hamil
57 Mama Erin Melunak
58 Ke Dokter Kandungan
59 Negatif
60 Ayo Kita Coba Lagi
61 Kolam Renang
62 Makan Malam Romantis
63 Ingin Liburan
64 Detak Jantung
65 Embusan Kabar Buruk
66 Hancur Berkeping Keping
67 Cincin
68 Pamit
69 Pergi
70 Mencarimu
71 Menceritakan Semuanya
72 Keputusan Untuk Bercerai
73 Khawatir
74 Dewi
75 Ambil Saja Kalau Kau Mau
76 Kisah Cinta Mai dan Mas Doni
77 Gosip
78 Cemburu
79 Meledak
80 Pulang ke Rumah Mama
81 Menceritakan kepada Mama
82 Kedatangan Ikram dan Mama Erin ke Rumah
83 Percakapan Terakhir
84 Pilih Dewi atau Aku?
85 Dewi Hamil?
86 Jangan Luluh
87 Tetap Ingin Bercerai
88 Cerai
89 Akhir Cerita Cinta Kita*
90 Bocah!
91 Toko Kue
92 Calon Suami yang Baru
93 Ajakan Makan Malam
94 Makan Malam Dengan Calon Mertua
95 Ingin Pulang Saja
96 Tidak Mau Dijodoh Jodohkan
97 Bocah Itu Lagi!
98 Tengil
99 Tidak Terima
100 Keadilan
101 Sama Sama Bocah!
102 Diperebutkan
103 Hasan
104 Percakapan Kecil
105 Diantar Pulang
106 Kunjungan
107 Sean Lagi Sean Lagi
108 Pulang Bareng, Yuk?
109 Hampir Ciuman
110 Satu Perusahaan
111 Cemburu
112 Perlakuan Manis
113 Pilih Hasan atau Sean?
114 Danau dan Kenangan Sedih
115 Cemburu Buta
116 RIVAL
117 Ragu Denganmu
118 Bella
119 Gosip
120 Bella lagi
121 Sebal
122 Perlakuan Manis
123 Kejelasan
124 Curiga
125 Introgasi
126 Bingung
127 Bingung (2)
128 Tidak Suka!
129 Keinginan Untuk Menikah Lagi
130 Merasa Tidak Pantas Saja
131 Si Bocah Tengil
132 Dilamar Sean!*
133 Gemas
134 Ke Ruangan Pak Hans
135 Bertemu Pak Ha**
136 Kencan?
137 Kencan Sama Sean, ya? Mau?
138 Singapura
139 Dikerjai
140 Kafe 1
141 Kafe 2
142 Kafe 3
143 Pesan Rindu
144 Pesan Kecewa
145 Anak Jeng Asih
146 Cincin
147 Janda Kembang
148 Butik
149 Ciuman Pertama Sean*
150 Dua Bon Cabe
151 Es Krim
152 Makan Berdua Dengan Sean
153 Jaga Perasaan
154 PANTAI
155 Perpisahan
156 Ada Hasan di Rumah!
157 Di Ruang Tamu Bertiga*
158 Bertengkar Terus*
159 Hasan Marah
160 Anha Kesal
161 Drama
162 Ajakan Keluar Hasan
163 Salah Paham (1)
164 Salah Paham (2)
165 Di Apartement Hasan
166 Manis Juga
167 Salah Paham (3)
168 Menyelesaikan Kesalahpahaman
169 Panas
170 Khilaf
171 Maukah Kau Menikah Denganku?
172 Diterima atau Ditolak?
173 Membayangkan
174 Cupang di Leher
175 Diintrogasi
176 Harus Jujur
177 Kangen
178 Bucin
179 Chatingan Sama Sean
180 Sisil dan Dimas
181 Rencana Terselubung Sisil
182 Bekal dari Bella atau Makan Siang dengan Anha?
183 Tangisan Palsu
184 Lamaran Diterima
185 Aku Janda
186 Penerimaan
187 Shoping
188 Ikram
189 Ikram (2)
190 Diabaikan
191 Obsesi
192 Jajan
193 Hasan Cemburu
194 Dipercepat Saja Pernikahannya
195 Mencurigakan
196 Belanja Bahan Masakan
197 Memeluk dari Belakang
198 Alasanmu Bercerai Dulu
199 Papa Hasan Tidak Setuju
200 Rencana Sisil & Lidya (2)
201 Sun - Cium Pipi
202 HangOut
203 Bergosip Ria
204 Mendebarkan
205 Maaf Tidak Bisa
206 Syarat Nomor Tiga
207 Informasi
208 Tidak Boleh Menikah Dengan Orang Lain
209 Gagal
210 Sebagai Kekasih yang Tak Dianggap
211 Pilihan
212 Acara Makan Malam
213 Tidak Mungkin
214 Jabat Tangan 1
215 Jabat Tangan 2
216 Tidak Punya Malu Sama Sekali!
217 Dewi Kesal
218 Takdir Sebercanda Itu (1)
219 Takdir Sebercanda Itu (2)
220 Ingin Jujur
221 Ingin Jujur (2)
222 Ingin Jujur (3)
223 Ingin Jujur (4)
224 Takdir Sebercanda Itu (3)
225 Takdir Sebercanda Itu (4)
226 Mempermalukan Diri Sendiri
227 Di Kamar Mandi
228 Nasib Dewi
229 Dia Lagi
230 Dia Lagi (2)
231 Dia Lagi (3)
232 Dia Lagi (4)
233 Menagih Janji
234 Mengelak
235 Kenalkan Aku ke Kedua Orang Tuamu
236 Ingin Cepat Cepat Menikah Saja
237 Bersiap
238 Ke Mall Sebentar
239 Meminta Restu
240 Tidak Direstui
241 Berjuang
242 Anak Jeng Asih
243 Anak Jeng Asih
244 Anak Jeng Asih
245 Anak Jeng Asih
246 Anak Jeng Asih
247 Anak Jeng Asih
248 Anak Jeng Asih
249 Diikuti
250 Kunci
251 Isi dalam Ruangan
252 Kenyataan
253 Bertengkar Hebat
254 Mandul
255 Satu Minggu Sebelum Pernikahan
256 Ternyata Saling Kenal?
257 Rasa yang tak Semestinya
258 Angga
Episodes

Updated 258 Episodes

1
Cast - Visual Tokoh di Novel After Marriage
2
Malam Pertama
3
Barter
4
Kecantikan yang Memabukkan
5
Dicampakkan Ketika Sudah Dinikmati
6
Dibuang
7
Badboy vs Perawan Solehah
8
Mama
9
Kedatangan Tante Ririn
10
Ketahuan
11
Patah
12
Rindu Mama
13
Ego dan Kenangan Masa Kecil
14
Wisuda
15
Dia Peduli
16
Cinta yang Tak Dapat Diungkapkan
17
Hubungan Membaik
18
SugarBaby SugarDaddy
19
Baju Ketat dan Dua Pria Tampan
20
TERROR!
21
Satu Mobil Bersamamu
22
Mangsa Menggiurkan
23
Pangeran Penolong
24
Dia Kekasihku
25
Mulai Terpikat Pesonamu
26
Jantung Yang Berdetak Untukmu
27
Lamaran 1
28
Lamaran 2
29
Semakin Hangat
30
Ciuman Terpanas
31
Menjelang Pernikahan
32
Tidak Jujur
33
Sesak
34
Tetap Menikah
35
Pernikahan 1
36
Pernikahan 2
37
Hari Pernikahan
38
Malam Pertama
39
Kecewa
40
Badai Terlalu Dini
41
Maafkan Aku
42
Pigura
43
Drama Apa Lagi?
44
Dan Janganlah Pergi
45
Percakapan Hangat
46
Perjanjian Empat Bulan
47
Mencoba yang Terbaik
48
Mencoba Memulai Dari Awal
49
Menggodamu
50
Menginginkan Buah Hati
51
Desakan
52
Momongan
53
Mencoba Memperbaiki Hubungan
54
Kembali Dekat
55
Kecupan di Pipi
56
Hamil
57
Mama Erin Melunak
58
Ke Dokter Kandungan
59
Negatif
60
Ayo Kita Coba Lagi
61
Kolam Renang
62
Makan Malam Romantis
63
Ingin Liburan
64
Detak Jantung
65
Embusan Kabar Buruk
66
Hancur Berkeping Keping
67
Cincin
68
Pamit
69
Pergi
70
Mencarimu
71
Menceritakan Semuanya
72
Keputusan Untuk Bercerai
73
Khawatir
74
Dewi
75
Ambil Saja Kalau Kau Mau
76
Kisah Cinta Mai dan Mas Doni
77
Gosip
78
Cemburu
79
Meledak
80
Pulang ke Rumah Mama
81
Menceritakan kepada Mama
82
Kedatangan Ikram dan Mama Erin ke Rumah
83
Percakapan Terakhir
84
Pilih Dewi atau Aku?
85
Dewi Hamil?
86
Jangan Luluh
87
Tetap Ingin Bercerai
88
Cerai
89
Akhir Cerita Cinta Kita*
90
Bocah!
91
Toko Kue
92
Calon Suami yang Baru
93
Ajakan Makan Malam
94
Makan Malam Dengan Calon Mertua
95
Ingin Pulang Saja
96
Tidak Mau Dijodoh Jodohkan
97
Bocah Itu Lagi!
98
Tengil
99
Tidak Terima
100
Keadilan
101
Sama Sama Bocah!
102
Diperebutkan
103
Hasan
104
Percakapan Kecil
105
Diantar Pulang
106
Kunjungan
107
Sean Lagi Sean Lagi
108
Pulang Bareng, Yuk?
109
Hampir Ciuman
110
Satu Perusahaan
111
Cemburu
112
Perlakuan Manis
113
Pilih Hasan atau Sean?
114
Danau dan Kenangan Sedih
115
Cemburu Buta
116
RIVAL
117
Ragu Denganmu
118
Bella
119
Gosip
120
Bella lagi
121
Sebal
122
Perlakuan Manis
123
Kejelasan
124
Curiga
125
Introgasi
126
Bingung
127
Bingung (2)
128
Tidak Suka!
129
Keinginan Untuk Menikah Lagi
130
Merasa Tidak Pantas Saja
131
Si Bocah Tengil
132
Dilamar Sean!*
133
Gemas
134
Ke Ruangan Pak Hans
135
Bertemu Pak Ha**
136
Kencan?
137
Kencan Sama Sean, ya? Mau?
138
Singapura
139
Dikerjai
140
Kafe 1
141
Kafe 2
142
Kafe 3
143
Pesan Rindu
144
Pesan Kecewa
145
Anak Jeng Asih
146
Cincin
147
Janda Kembang
148
Butik
149
Ciuman Pertama Sean*
150
Dua Bon Cabe
151
Es Krim
152
Makan Berdua Dengan Sean
153
Jaga Perasaan
154
PANTAI
155
Perpisahan
156
Ada Hasan di Rumah!
157
Di Ruang Tamu Bertiga*
158
Bertengkar Terus*
159
Hasan Marah
160
Anha Kesal
161
Drama
162
Ajakan Keluar Hasan
163
Salah Paham (1)
164
Salah Paham (2)
165
Di Apartement Hasan
166
Manis Juga
167
Salah Paham (3)
168
Menyelesaikan Kesalahpahaman
169
Panas
170
Khilaf
171
Maukah Kau Menikah Denganku?
172
Diterima atau Ditolak?
173
Membayangkan
174
Cupang di Leher
175
Diintrogasi
176
Harus Jujur
177
Kangen
178
Bucin
179
Chatingan Sama Sean
180
Sisil dan Dimas
181
Rencana Terselubung Sisil
182
Bekal dari Bella atau Makan Siang dengan Anha?
183
Tangisan Palsu
184
Lamaran Diterima
185
Aku Janda
186
Penerimaan
187
Shoping
188
Ikram
189
Ikram (2)
190
Diabaikan
191
Obsesi
192
Jajan
193
Hasan Cemburu
194
Dipercepat Saja Pernikahannya
195
Mencurigakan
196
Belanja Bahan Masakan
197
Memeluk dari Belakang
198
Alasanmu Bercerai Dulu
199
Papa Hasan Tidak Setuju
200
Rencana Sisil & Lidya (2)
201
Sun - Cium Pipi
202
HangOut
203
Bergosip Ria
204
Mendebarkan
205
Maaf Tidak Bisa
206
Syarat Nomor Tiga
207
Informasi
208
Tidak Boleh Menikah Dengan Orang Lain
209
Gagal
210
Sebagai Kekasih yang Tak Dianggap
211
Pilihan
212
Acara Makan Malam
213
Tidak Mungkin
214
Jabat Tangan 1
215
Jabat Tangan 2
216
Tidak Punya Malu Sama Sekali!
217
Dewi Kesal
218
Takdir Sebercanda Itu (1)
219
Takdir Sebercanda Itu (2)
220
Ingin Jujur
221
Ingin Jujur (2)
222
Ingin Jujur (3)
223
Ingin Jujur (4)
224
Takdir Sebercanda Itu (3)
225
Takdir Sebercanda Itu (4)
226
Mempermalukan Diri Sendiri
227
Di Kamar Mandi
228
Nasib Dewi
229
Dia Lagi
230
Dia Lagi (2)
231
Dia Lagi (3)
232
Dia Lagi (4)
233
Menagih Janji
234
Mengelak
235
Kenalkan Aku ke Kedua Orang Tuamu
236
Ingin Cepat Cepat Menikah Saja
237
Bersiap
238
Ke Mall Sebentar
239
Meminta Restu
240
Tidak Direstui
241
Berjuang
242
Anak Jeng Asih
243
Anak Jeng Asih
244
Anak Jeng Asih
245
Anak Jeng Asih
246
Anak Jeng Asih
247
Anak Jeng Asih
248
Anak Jeng Asih
249
Diikuti
250
Kunci
251
Isi dalam Ruangan
252
Kenyataan
253
Bertengkar Hebat
254
Mandul
255
Satu Minggu Sebelum Pernikahan
256
Ternyata Saling Kenal?
257
Rasa yang tak Semestinya
258
Angga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!