Patah

Aku kembali memakai bajuku. Setelah aku sudah mengenakan pakaian yang lengkap, aku menggandeng tangan Adi dan membawanya untuk segera keluar dari rumahku sebelum suasana semakin kacau. Aku menerobos Mama tanpa berdosa sama sekali.

"Anha! Mama lagi ngomong sama kamu, An!"

Mama masih berteriak namun aku tetap mengabaikan Mama. Adi masih tampak cemas dan ketakutan.

"Kamu sekarang pulang dulu, Di. Aku nggak mau tetangga sampai tahu keributan ini. Please, buruan pulang."

Aku mendorong Adi setengah mengusirnya. Mama dan Tante Ririn datang dari arah belakangku. Aku bernapas lega karena Adi sudah men-stater motornya dan meninggalkan rumahku.

"Anha! Jelasin ini semua ke Mama dan apa maksud semua ini! Kamu gila, ya!"

Mama menarik lenganku kembali, aku meringis kesakitan.

"Sakit, Ma."

Aku meringis kesakitan. Tante Ririn datang dari arah belakang mencoba mengendalikan Mama yang sudah dikuasai amarah.

"Kamu bener-bener gila, ya! Berani-beraninya kamu tidur sama cowok kayak gitu! Mau jadi apa kamu, Hah! Jawab Mama, Anha!" teriak Mama.

"Mbak udah, Mbak. Kita bisa omongin ini baik-baik dulu, Mbak."

Tante Ririn memegang tangan Mama dan mencoba melepaskan cengkeraman tangan Mama yang berada di lenganku. Aku hanya bisa menunduk dan mulai menangis, aku tidak berani menatap mata Mama, tatapanku hanya tertuju ke arah ubin ruang tamuku.

"Anha. Jelasin ini semua ke Mama dan Tante. Kenapa kamu ngelakuin ini semua, Sayang?" tanya Tante Ririn dengan nada pelan. Aku hanya menggeleng dan masih menangis. Aku mulai memberanikan diri menatap Mama yang juga menangis terisak sambil memegangi dadanya karena napasnya mulai tidak teratur.

Aku mengusap air mataku kasar walaupun aku tahu itu semua percuma karena rasanya air mataku tidak bisa berhenti mengalir.

"Kenapa? Kenapa, Ma? Kenapa Mama baru peduli sama aku dan tanya kenapa aku ngelakuin itu semua setelah sekian tahun? Kenapa Mama baru peduli sama aku setelah aku rusak?" tangan kananku memegang pergelangan tangan Mama dan dengan kasar aku melepaskan tangan Mama yang tadinya memegangi lengan kiriku. Mama dan Tante Ririn terdiam tidak percaya dengan apa yang tadi sempat kuucapkan.

"Mama nggak perlu kayak gitu, Ma. Mama nggak kayak Mama yang biasa aku kenal."

Bibir Mama bergetar dan membentuk garis lurus dan aku tahu Mama sangat marah karena ucapanku barusan.

"Anak ini bener-bener!"

Sebelum Mama menampar ataupun menarik lenganku kembali. Tante Ririn sudah memegangi tubuh Mama dari samping dan mencoba menahan gerakan Mama yang hendak menamparku.

"Kamu Mama didik, Mama sekolahin, Mama kuliahin, semua kebutuhan kamu Mama cukupi. Mama kerja siang malem buat kamu, cuma buat kamu! Tapi kenapa kamu jadi anak kayak gini Anha!"

Mama menangis meraung. Nada suaranya terdengar sangat pilu.

Aku tersenyum getir mendengarnya. Kapan Mama mengerti bahwa aku hanya menginginkan Mama lebih memedulikanku sedikit saja, bukan seberapa banyak materi yang bisa Mama berikan kepadaku. Kenapa Mama hanya peduli ketika aku sudah rusak.

"Mama salah. Anha ngedapetin uang dari pacar-pacar Anha. Dari cowok yang nidurin An—" belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Mama menamparku sangat keras. Aku hanya terdiam dan tidak dapat berkata apapun, dan hanya bisa menangis sambil menahan pipiku yang rasanya sangat panas karena tamparan Mama yang keras itu.

Padahal seumur hidupku Mama tidak pernah menamparku ataupun memukulku.

"Kamu bener-bener—" Mama tidak dapat lagi melanjutkan perkataanya.

"Mama salah! Anha nggak butuh uang! Anha nggak butuh biaya kuliah, Ma! Anha nggak butuh uang seratus ribu yang selalu Mama tindihin di bawah gelas! Anha cuma butuh perhatian Mama! Ini semua salah Mama! Cuma Papa yang ngertiin Anha dan sialannya Papa udah nggak ada lagi!"

Aku berteriak, entah mengapa setelah bertahun-tahun aku baru bisa mengatakannya kepada Mama tentang itu semua. Lalu kemudian aku berlari menuju kamarku menerobos Mama dan Tante Ririn yang masih diam mematung.

"Mending aku nggak usah punya Mama sekalian! Buat apa punya Mama tapi Mama nggak pernah ada buat aku!"

Itulah kata terakhir ketika aku membanting pintu kamarku, tak lupa aku juga mengunci pintu kamarku agar tidak ada yang bisa memasuki kamarku. Terdengar teriakan Tante Ririn memanggil namaku dengan nada keras, mungkin marah atas apa yang barusan kuucapkan.

Aku tidak peduli.

Kemudian aku naik ke tempat tidurku. Aku membenci Mama, aku merasa hanya Papalah yang peduli denganku. Aku menangis, memeluk gulingku erat, kemudian membekap kupingku dengan guling ini agar aku tidak mendengar suara isak tangis Mama dari luar kamarku.

Tapi nihil, kupingku masih bisa menangkap isak tangisan Mama yang sejujurnya rasanya begitu pilu seperti mengiris jantungku.

"Mbak, udah Mbak. Jangan nangis lagi," kata Tante Ririn yang tertangkap kupingku sayup-sayup dari luar, yang kuyakini saat ini Tante sedang mencoba menenangkan Mama.

"Aku gagal, Rin. Aku gagal jadi orang tua. Aku gagal, Rin..." Aku menggigit bibirku dan menenggelamkan kepalaku di gulingku.

Aku benci Mama!

"Nggak gitu, Mbak. Mbak tenangin diri dulu. Kita bisa selesaiin ini semua tapi Mbak harus tenang."

Setelah itu aku tidak mendengar lagi percakapan mereka, tapi aku masih bisa mendengar isakan Mama yang sama dengan keadaanku saat ini.

Beberapa menit aku menangis sampai aku merasakan kepalaku mulai pusing, aku menghapus air mataku dan menyeka ingusku dengan lengan bajuku.

Hingga akhirnya aku kelelahan karena menangis dan jatuh tertidur.

***

Aku berdecak karena merasakan ada seseorang yang menyenggolku dan merangsek di sampingku. Aku mencoba membuka mataku yang sembab karena menangis semalaman. Kini rasanya tubuhku bertambah sesak karena aku tidur tengkurap dan ada yang menindihku dari atas.

"Wake Up, Kakakkk..."

Aku mengembuskan napas, aku tahu itu sigembul Diego yang sedang **** tubuhku yang tengkurap.

"Kak Anha. Bangun, dong. Kebo, uh!" Diego menggesekkan pipinya di punggungku. Seingatku semalam aku mengunci pintu kamarku, lalu kenapa Diego bisa masuk?

Ah, tentu saja monster kecil ini bisa masuk. Tante Ririn pasti punya kunci cadangan kamarku. Dan tentu saja Tante menyuruh Diego membangunkanku karena dia tahu Diego adik kesayanganku dan aku tidak bisa memarahinya sama sekali.

Kini Diego berpindah ke arah depanku. Anak kecil itu tersenyum sangat manis memperlihatkan gigi putih kecilnya yang berderet rapi. Sungguh hatiku meleleh melihat anak kecil tersenyum semanis itu sampai refleks aku juga ikut tersenyum.

"Kak Anha tadi malem dimalahin Tante, ya? Cup-cup, pasti Kak Anha nakal, ya?" kata Diego sambil menepuk pelan punggungku. Aku mencium pipi tembamnya.

Setidaknya... ada satu orang... yang mencintaiku di dunia ini.

"Diego juga pernah dimalahin, Mommy, loh," kata Diego dengan wajah sedih, tapi terlihat begitu lucu.

"Oh, ya?"

Terpopuler

Comments

mia guspiami

mia guspiami

ga usah menghujat ini jd pelajaran untuk kita semua bahwa anak broken home itu bisa seperti ini,kadang anak broken home berbeda-beda cara menyapikanya,jujur saya dulu anak broken home saya benci yang nama laki laki apalagi laki dan pyboy..tp seiring waktu dan kedewasaan. saya sadar saya salah,hingga sekarang saya punya dua orang @nak jangan seperti saya nasibnya

2021-09-24

0

Umi Salamah

Umi Salamah

itulah kalau tdk beragama...astagfirulloh

2021-07-14

0

Itu AKU

Itu AKU

aku anak petani,emak bapak sering kesawah habis subuh.kadang kalau lagi panen suka di titipin ke tetangga karna harus brngkt malam.waktu sma aku sekolah ke kota,pisah sama ortu.pas lulus langsung merantau.dari kecil aku juga jarang komunikasi sama ortu.pinter pinter kita bisa jaga diri,banyakin teman,banyakin wawasan,main yg jauh tapi jangan sampai lupa tidak pulang.biar ga bego kaya Anha,begonya ga ketulungan

2021-07-06

0

lihat semua
Episodes
1 Cast - Visual Tokoh di Novel After Marriage
2 Malam Pertama
3 Barter
4 Kecantikan yang Memabukkan
5 Dicampakkan Ketika Sudah Dinikmati
6 Dibuang
7 Badboy vs Perawan Solehah
8 Mama
9 Kedatangan Tante Ririn
10 Ketahuan
11 Patah
12 Rindu Mama
13 Ego dan Kenangan Masa Kecil
14 Wisuda
15 Dia Peduli
16 Cinta yang Tak Dapat Diungkapkan
17 Hubungan Membaik
18 SugarBaby SugarDaddy
19 Baju Ketat dan Dua Pria Tampan
20 TERROR!
21 Satu Mobil Bersamamu
22 Mangsa Menggiurkan
23 Pangeran Penolong
24 Dia Kekasihku
25 Mulai Terpikat Pesonamu
26 Jantung Yang Berdetak Untukmu
27 Lamaran 1
28 Lamaran 2
29 Semakin Hangat
30 Ciuman Terpanas
31 Menjelang Pernikahan
32 Tidak Jujur
33 Sesak
34 Tetap Menikah
35 Pernikahan 1
36 Pernikahan 2
37 Hari Pernikahan
38 Malam Pertama
39 Kecewa
40 Badai Terlalu Dini
41 Maafkan Aku
42 Pigura
43 Drama Apa Lagi?
44 Dan Janganlah Pergi
45 Percakapan Hangat
46 Perjanjian Empat Bulan
47 Mencoba yang Terbaik
48 Mencoba Memulai Dari Awal
49 Menggodamu
50 Menginginkan Buah Hati
51 Desakan
52 Momongan
53 Mencoba Memperbaiki Hubungan
54 Kembali Dekat
55 Kecupan di Pipi
56 Hamil
57 Mama Erin Melunak
58 Ke Dokter Kandungan
59 Negatif
60 Ayo Kita Coba Lagi
61 Kolam Renang
62 Makan Malam Romantis
63 Ingin Liburan
64 Detak Jantung
65 Embusan Kabar Buruk
66 Hancur Berkeping Keping
67 Cincin
68 Pamit
69 Pergi
70 Mencarimu
71 Menceritakan Semuanya
72 Keputusan Untuk Bercerai
73 Khawatir
74 Dewi
75 Ambil Saja Kalau Kau Mau
76 Kisah Cinta Mai dan Mas Doni
77 Gosip
78 Cemburu
79 Meledak
80 Pulang ke Rumah Mama
81 Menceritakan kepada Mama
82 Kedatangan Ikram dan Mama Erin ke Rumah
83 Percakapan Terakhir
84 Pilih Dewi atau Aku?
85 Dewi Hamil?
86 Jangan Luluh
87 Tetap Ingin Bercerai
88 Cerai
89 Akhir Cerita Cinta Kita*
90 Bocah!
91 Toko Kue
92 Calon Suami yang Baru
93 Ajakan Makan Malam
94 Makan Malam Dengan Calon Mertua
95 Ingin Pulang Saja
96 Tidak Mau Dijodoh Jodohkan
97 Bocah Itu Lagi!
98 Tengil
99 Tidak Terima
100 Keadilan
101 Sama Sama Bocah!
102 Diperebutkan
103 Hasan
104 Percakapan Kecil
105 Diantar Pulang
106 Kunjungan
107 Sean Lagi Sean Lagi
108 Pulang Bareng, Yuk?
109 Hampir Ciuman
110 Satu Perusahaan
111 Cemburu
112 Perlakuan Manis
113 Pilih Hasan atau Sean?
114 Danau dan Kenangan Sedih
115 Cemburu Buta
116 RIVAL
117 Ragu Denganmu
118 Bella
119 Gosip
120 Bella lagi
121 Sebal
122 Perlakuan Manis
123 Kejelasan
124 Curiga
125 Introgasi
126 Bingung
127 Bingung (2)
128 Tidak Suka!
129 Keinginan Untuk Menikah Lagi
130 Merasa Tidak Pantas Saja
131 Si Bocah Tengil
132 Dilamar Sean!*
133 Gemas
134 Ke Ruangan Pak Hans
135 Bertemu Pak Ha**
136 Kencan?
137 Kencan Sama Sean, ya? Mau?
138 Singapura
139 Dikerjai
140 Kafe 1
141 Kafe 2
142 Kafe 3
143 Pesan Rindu
144 Pesan Kecewa
145 Anak Jeng Asih
146 Cincin
147 Janda Kembang
148 Butik
149 Ciuman Pertama Sean*
150 Dua Bon Cabe
151 Es Krim
152 Makan Berdua Dengan Sean
153 Jaga Perasaan
154 PANTAI
155 Perpisahan
156 Ada Hasan di Rumah!
157 Di Ruang Tamu Bertiga*
158 Bertengkar Terus*
159 Hasan Marah
160 Anha Kesal
161 Drama
162 Ajakan Keluar Hasan
163 Salah Paham (1)
164 Salah Paham (2)
165 Di Apartement Hasan
166 Manis Juga
167 Salah Paham (3)
168 Menyelesaikan Kesalahpahaman
169 Panas
170 Khilaf
171 Maukah Kau Menikah Denganku?
172 Diterima atau Ditolak?
173 Membayangkan
174 Cupang di Leher
175 Diintrogasi
176 Harus Jujur
177 Kangen
178 Bucin
179 Chatingan Sama Sean
180 Sisil dan Dimas
181 Rencana Terselubung Sisil
182 Bekal dari Bella atau Makan Siang dengan Anha?
183 Tangisan Palsu
184 Lamaran Diterima
185 Aku Janda
186 Penerimaan
187 Shoping
188 Ikram
189 Ikram (2)
190 Diabaikan
191 Obsesi
192 Jajan
193 Hasan Cemburu
194 Dipercepat Saja Pernikahannya
195 Mencurigakan
196 Belanja Bahan Masakan
197 Memeluk dari Belakang
198 Alasanmu Bercerai Dulu
199 Papa Hasan Tidak Setuju
200 Rencana Sisil & Lidya (2)
201 Sun - Cium Pipi
202 HangOut
203 Bergosip Ria
204 Mendebarkan
205 Maaf Tidak Bisa
206 Syarat Nomor Tiga
207 Informasi
208 Tidak Boleh Menikah Dengan Orang Lain
209 Gagal
210 Sebagai Kekasih yang Tak Dianggap
211 Pilihan
212 Acara Makan Malam
213 Tidak Mungkin
214 Jabat Tangan 1
215 Jabat Tangan 2
216 Tidak Punya Malu Sama Sekali!
217 Dewi Kesal
218 Takdir Sebercanda Itu (1)
219 Takdir Sebercanda Itu (2)
220 Ingin Jujur
221 Ingin Jujur (2)
222 Ingin Jujur (3)
223 Ingin Jujur (4)
224 Takdir Sebercanda Itu (3)
225 Takdir Sebercanda Itu (4)
226 Mempermalukan Diri Sendiri
227 Di Kamar Mandi
228 Nasib Dewi
229 Dia Lagi
230 Dia Lagi (2)
231 Dia Lagi (3)
232 Dia Lagi (4)
233 Menagih Janji
234 Mengelak
235 Kenalkan Aku ke Kedua Orang Tuamu
236 Ingin Cepat Cepat Menikah Saja
237 Bersiap
238 Ke Mall Sebentar
239 Meminta Restu
240 Tidak Direstui
241 Berjuang
242 Anak Jeng Asih
243 Anak Jeng Asih
244 Anak Jeng Asih
245 Anak Jeng Asih
246 Anak Jeng Asih
247 Anak Jeng Asih
248 Anak Jeng Asih
249 Diikuti
250 Kunci
251 Isi dalam Ruangan
252 Kenyataan
253 Bertengkar Hebat
254 Mandul
255 Satu Minggu Sebelum Pernikahan
256 Ternyata Saling Kenal?
257 Rasa yang tak Semestinya
258 Angga
Episodes

Updated 258 Episodes

1
Cast - Visual Tokoh di Novel After Marriage
2
Malam Pertama
3
Barter
4
Kecantikan yang Memabukkan
5
Dicampakkan Ketika Sudah Dinikmati
6
Dibuang
7
Badboy vs Perawan Solehah
8
Mama
9
Kedatangan Tante Ririn
10
Ketahuan
11
Patah
12
Rindu Mama
13
Ego dan Kenangan Masa Kecil
14
Wisuda
15
Dia Peduli
16
Cinta yang Tak Dapat Diungkapkan
17
Hubungan Membaik
18
SugarBaby SugarDaddy
19
Baju Ketat dan Dua Pria Tampan
20
TERROR!
21
Satu Mobil Bersamamu
22
Mangsa Menggiurkan
23
Pangeran Penolong
24
Dia Kekasihku
25
Mulai Terpikat Pesonamu
26
Jantung Yang Berdetak Untukmu
27
Lamaran 1
28
Lamaran 2
29
Semakin Hangat
30
Ciuman Terpanas
31
Menjelang Pernikahan
32
Tidak Jujur
33
Sesak
34
Tetap Menikah
35
Pernikahan 1
36
Pernikahan 2
37
Hari Pernikahan
38
Malam Pertama
39
Kecewa
40
Badai Terlalu Dini
41
Maafkan Aku
42
Pigura
43
Drama Apa Lagi?
44
Dan Janganlah Pergi
45
Percakapan Hangat
46
Perjanjian Empat Bulan
47
Mencoba yang Terbaik
48
Mencoba Memulai Dari Awal
49
Menggodamu
50
Menginginkan Buah Hati
51
Desakan
52
Momongan
53
Mencoba Memperbaiki Hubungan
54
Kembali Dekat
55
Kecupan di Pipi
56
Hamil
57
Mama Erin Melunak
58
Ke Dokter Kandungan
59
Negatif
60
Ayo Kita Coba Lagi
61
Kolam Renang
62
Makan Malam Romantis
63
Ingin Liburan
64
Detak Jantung
65
Embusan Kabar Buruk
66
Hancur Berkeping Keping
67
Cincin
68
Pamit
69
Pergi
70
Mencarimu
71
Menceritakan Semuanya
72
Keputusan Untuk Bercerai
73
Khawatir
74
Dewi
75
Ambil Saja Kalau Kau Mau
76
Kisah Cinta Mai dan Mas Doni
77
Gosip
78
Cemburu
79
Meledak
80
Pulang ke Rumah Mama
81
Menceritakan kepada Mama
82
Kedatangan Ikram dan Mama Erin ke Rumah
83
Percakapan Terakhir
84
Pilih Dewi atau Aku?
85
Dewi Hamil?
86
Jangan Luluh
87
Tetap Ingin Bercerai
88
Cerai
89
Akhir Cerita Cinta Kita*
90
Bocah!
91
Toko Kue
92
Calon Suami yang Baru
93
Ajakan Makan Malam
94
Makan Malam Dengan Calon Mertua
95
Ingin Pulang Saja
96
Tidak Mau Dijodoh Jodohkan
97
Bocah Itu Lagi!
98
Tengil
99
Tidak Terima
100
Keadilan
101
Sama Sama Bocah!
102
Diperebutkan
103
Hasan
104
Percakapan Kecil
105
Diantar Pulang
106
Kunjungan
107
Sean Lagi Sean Lagi
108
Pulang Bareng, Yuk?
109
Hampir Ciuman
110
Satu Perusahaan
111
Cemburu
112
Perlakuan Manis
113
Pilih Hasan atau Sean?
114
Danau dan Kenangan Sedih
115
Cemburu Buta
116
RIVAL
117
Ragu Denganmu
118
Bella
119
Gosip
120
Bella lagi
121
Sebal
122
Perlakuan Manis
123
Kejelasan
124
Curiga
125
Introgasi
126
Bingung
127
Bingung (2)
128
Tidak Suka!
129
Keinginan Untuk Menikah Lagi
130
Merasa Tidak Pantas Saja
131
Si Bocah Tengil
132
Dilamar Sean!*
133
Gemas
134
Ke Ruangan Pak Hans
135
Bertemu Pak Ha**
136
Kencan?
137
Kencan Sama Sean, ya? Mau?
138
Singapura
139
Dikerjai
140
Kafe 1
141
Kafe 2
142
Kafe 3
143
Pesan Rindu
144
Pesan Kecewa
145
Anak Jeng Asih
146
Cincin
147
Janda Kembang
148
Butik
149
Ciuman Pertama Sean*
150
Dua Bon Cabe
151
Es Krim
152
Makan Berdua Dengan Sean
153
Jaga Perasaan
154
PANTAI
155
Perpisahan
156
Ada Hasan di Rumah!
157
Di Ruang Tamu Bertiga*
158
Bertengkar Terus*
159
Hasan Marah
160
Anha Kesal
161
Drama
162
Ajakan Keluar Hasan
163
Salah Paham (1)
164
Salah Paham (2)
165
Di Apartement Hasan
166
Manis Juga
167
Salah Paham (3)
168
Menyelesaikan Kesalahpahaman
169
Panas
170
Khilaf
171
Maukah Kau Menikah Denganku?
172
Diterima atau Ditolak?
173
Membayangkan
174
Cupang di Leher
175
Diintrogasi
176
Harus Jujur
177
Kangen
178
Bucin
179
Chatingan Sama Sean
180
Sisil dan Dimas
181
Rencana Terselubung Sisil
182
Bekal dari Bella atau Makan Siang dengan Anha?
183
Tangisan Palsu
184
Lamaran Diterima
185
Aku Janda
186
Penerimaan
187
Shoping
188
Ikram
189
Ikram (2)
190
Diabaikan
191
Obsesi
192
Jajan
193
Hasan Cemburu
194
Dipercepat Saja Pernikahannya
195
Mencurigakan
196
Belanja Bahan Masakan
197
Memeluk dari Belakang
198
Alasanmu Bercerai Dulu
199
Papa Hasan Tidak Setuju
200
Rencana Sisil & Lidya (2)
201
Sun - Cium Pipi
202
HangOut
203
Bergosip Ria
204
Mendebarkan
205
Maaf Tidak Bisa
206
Syarat Nomor Tiga
207
Informasi
208
Tidak Boleh Menikah Dengan Orang Lain
209
Gagal
210
Sebagai Kekasih yang Tak Dianggap
211
Pilihan
212
Acara Makan Malam
213
Tidak Mungkin
214
Jabat Tangan 1
215
Jabat Tangan 2
216
Tidak Punya Malu Sama Sekali!
217
Dewi Kesal
218
Takdir Sebercanda Itu (1)
219
Takdir Sebercanda Itu (2)
220
Ingin Jujur
221
Ingin Jujur (2)
222
Ingin Jujur (3)
223
Ingin Jujur (4)
224
Takdir Sebercanda Itu (3)
225
Takdir Sebercanda Itu (4)
226
Mempermalukan Diri Sendiri
227
Di Kamar Mandi
228
Nasib Dewi
229
Dia Lagi
230
Dia Lagi (2)
231
Dia Lagi (3)
232
Dia Lagi (4)
233
Menagih Janji
234
Mengelak
235
Kenalkan Aku ke Kedua Orang Tuamu
236
Ingin Cepat Cepat Menikah Saja
237
Bersiap
238
Ke Mall Sebentar
239
Meminta Restu
240
Tidak Direstui
241
Berjuang
242
Anak Jeng Asih
243
Anak Jeng Asih
244
Anak Jeng Asih
245
Anak Jeng Asih
246
Anak Jeng Asih
247
Anak Jeng Asih
248
Anak Jeng Asih
249
Diikuti
250
Kunci
251
Isi dalam Ruangan
252
Kenyataan
253
Bertengkar Hebat
254
Mandul
255
Satu Minggu Sebelum Pernikahan
256
Ternyata Saling Kenal?
257
Rasa yang tak Semestinya
258
Angga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!