Ray memejamkan matanya ketika kami sudah selesai berhubungan biologis.
Aku memeluk Ray dan membelai punggungnya yang basah akan keringat. Pikiranku melayang mengingat masa lalu itu.
Aku teringat Angga--Lelaki yang mengambil keperawananku waktu aku kelas satu SMA dulu.
Aku masih mengingat semuanya dengan jelas. Kejadian itu bermula ketika aku sedang berada di dalam kelas kosong setelah pulang sekolah. Saat itu aku tidak langsung pulang karena aku sedang ada ekstrakulikuler paskibra.
Angga adalah kakak kelasku yang berbeda dua tahun dariku. Dulu dia sangat tampan dan menjadi idola para siswi di sekolah.
Tipe badboy yang membuat semua murid perempuan menjerit mengaguminya. Tentu saja aku bangga bisa mememilkinya kala itu.
Sore itu hanya beberapa siswa yang masih berada di sekolahan. Antaranya anak-anak pramuka dan anak paskibra yang berlatih di aula sekolahan.
Guru-guru juga sudah pulang--jarang sekali guru naik ke lantai dua untuk melakukan pemeriksaan, kecuali di hari tertentu dalam beberapa bulan belakangan.
Beberapa kakak kelas yang pacaran di lantai dua sedang memadu kasih, bercanda atau sebagiannya, bahkan berani berciuman di depan kelas kosong.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah empat sore kala itu, aku tidak ambil pusing karena Mamaku juga tidak ada di rumah, jadi aku bebas mau pulang jam berapa saja.
Waktu itu Angga menarik tanganku, mengajakku masuk ke dalam kelas kosong. Lalu Angga menutup pintu kelas. Awalnya aku kaget dan berpikir kenapa dia harus menutup pintu segala?
Tetapi saat itu aku hanya diam saja. Angga membantuku untuk duduk di atas meja. Dia mencumbuku. Saat itu aku malu dan menolaknya secara halus.
"Aku janji, kok, bakalan tanggung jawab," kata Angga berbisik hangat di telingaku membuat sekujur tubuhku meremang, kata-kata itu meluncur dengan lembut dan terdengar seolah penuh tanggung jawab namun itu semua semu.
"Nggak papa, Sayang."
Aku masih menggeleng kuat karena takut.
"Aku takut," kataku pelan sambil menggeleng.
"Ayolah, An. Nggak usah munafik. Temenku juga banyak, kok, yang udah gituan. Lagian kalau kamu hamil aku pasti bakalan tanggung jawab. Nanti aku bakalan keluarin di luar. Pacaran kalau ciuman, doang, mana enak, An."
"Tapi..."
"Kamu cinta, kan, sama aku?" tanyanya sambil mengusap lembut pipiku. Aku yang masih amat muda kala itu hanya mengangguk polos.
"Aku cinta sama kamu, aku bakalan tanggung jawab, Sayang," bisik Angga di telingaku.
Situ aku merasa benteng pertahananku roboh, aku membiarkan Angga melepaskan seragamku.
Dan benar kata orang, **** itu suatu hasrat alami di setiap individu. Kau tidak perlu video porno ataupun cerita seksual untuk belajar hal tersebut karena setanlah yang akan membimbingmu secara langsung.
Dan di hari itu, di saat semua murid sudah pulang ke rumah mereka masing-masing, bangku-bangku kosong dan desahan kami menjadi saksi bisu kelakuan bejat kami berdua.
Saat itu aku tidak berpikir panjang dan hanya menginginkan merengkuh kenikmatan surgawi dengan Angga. Toh, benar kata Angga, kan? Zaman sekarang sudah banyak wanita yang tidak perawan lagi.
Bahkan teman SMP-ku waktu dulu juga ada yang hamil di luar nikah padahal dua minggu lagi ujian nasional akan dilangsungkan. Inilah bukti nyata dari **** itu tidak butuh bimbingan sama sekali, langsung dibimbing oleh para setan.
Para lelaki hidung belang mengatakan gadis perawan itu seperti dinosaurus. Sudah punah katanya. Tentu saja perawan punah, bukannya mereka yang memerawaninya?
Tapi aku merasa menyesal...
Meskipun aku tidak hamil. Tetapi Angga seolah-olah hilang ditelan bumi setelah puas menikmati tubuhku.
Angga pergi ke Bali setelah pengumuman kelulusannya tanpa berpamitan kepadaku apalagi menemuiku untuk yang terakhir kalinya.
Dia memutuskan hubungan kami secara sepihak. Setelah dia pergi ke Bali, nomornya benar-benar tidak pernah bisa kuhubungi lagi.
Dan aku menyesal memberikan mahkotaku kepadanya.
Dengan susah payah aku menggulingkan tubuh Ray yang dari tadi menindihku. Dia terlihat kelelahan dan memejamkan mata setelah pergulatan panas kami.
"Sayang, pinjam ATM-mu, ya? Mau beli sepatu," rayuku sambil membelai punggung telanjangnya. Apa ini yang tadi kumaksud dengan barter ****?
"Hmm," jawab Ray dengan singkat dengan mata yang masih terpejam.
Aku tersenyum mendengarnya, itu tanda dia menyetujui membelikanku sepatu. Lelaki akan memberikanmu apa pun bahkan barang yang sangat mahal sekalipun ketika kau sudah selesai memuaskannya.
Aku mengambil celana jeans-nya yang berada di lantai. Mengambil dompet di saku belakangnya dan mengambil kartu ATM berwarna biru. Tentu saja aku hapal pin-nya karena aku sering menggunakannya.
Kemudian aku mencium pipinya dengan lembut sebelum aku meninggalkannya karena sore ini aku ada kelas.
Setelah aku membeli sepatu incaranku, aku menaiki taksi menuju kampus. Supir taksi yang kutumpangi tampak memperhatikan belahan dadaku karena aku mengenakan baju V-neck dengan potongan rendah memperlihatkan dadaku yang cukup besar dan leher putihku yang jenjang ketika aku membungkuk memberikan uang taksi melalui jendela mobil.
Aku hanya mengabaikan tatapan itu. Bukannya aku memiliki kelainan eksibisionisme, hanya saja tatapan seperti itu sudah sering kuterima dan aku biasa saja. Toh, mereka hanya sekadar melihat, bukan? tidak sampai memerkosaku juga.
Begitu pula ketika aku berjalan melewati segerombolan mahasiswa di koridor kampus. Mereka gencar memberiku siulan dan menggodaku.
Aku seperti kijang emas yang melintasi gerombolan serigala yang sedang kelaparan. Tatapan mereka seolah menelanjangiku dan ingin menerkamku di ranjang.
Lagi-lagi, aku tidak memedulikan mereka.
"Cantik banget, sih, An," komentar salah satu dari mereka.
"Seksi. Pacaran, yuk," tambah yang lainnya.
"Anha mana mau sama kita-kita. Dia maunya sama yang tajir," keluh salah satudari mereka sebelum aku berbelok memasuki kelasku.
Tentu saja aku tidak sudi dengan mereka. Siapa juga yang mau berpacaran dengan pria mesum yang miskin dan tidak punya apa-apa. Apa untungnya juga untukku?
Aku memasuki kelas kemudian duduk di kursiku. Kelas benar-benar berlangsung sangat membosankan.
Dosen membagi kertas berisi tugas kelompok akhir bulan yang berisi daftar dari beberapa orang yang telah terbagi menjadi enam kelompok. Lalu dosen tersebut pergi begitu saja setelah meninggalkan tugas untuk kami.
"Mai, Adi, Fina, Laura..." gumamku pelan membaca nama kelompokku yang sebagian tidak aku kenali karena aku memang anti sosial dan susah bergaul--lebih tepatnya aku malas bergaul dengan mereka semua.
Hanya Mai dengan baju kebesaran ala emak-emaknya dan Adi yang kukenal. Tapi aku paling tidak suka dengan Mai karena dia itu gadis kolot rantauan dari desa yang kuliah di kota ini, alasan aku tidak menyukainya karena menurutku dia terlalu agamis.
Tipe manusia sok suci.
Ponselku berbunyi tanda ada pesan masuk. Itu pesan Ray. Pesannya sangat singkat, dia menyuruhku untuk ke kamar mandi. Aku mengerutkan keningku ketika membaca pesannya.
Ke kamar mandi? Untuk apa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 258 Episodes
Comments
Rosmery Napitu
terlalu naif jd cewe modern ya begini... sampe gk punya harga diri
2021-09-02
0
Faradilla
berarti aku termasuk golongan dinosaurus dong 😂😂😂 perawan sampe akhir buat suami tercinta aja.. semua tergantung orangnya dan didikannya juga dari rumah.. kami 4 beradik perempuan semua dari SMP sudah diwanti-wanti sama bokap buat jangan pacaran sebelum tamat sekolah dan wajib menjaga keperawanan hanya buat suami.. kalo ngelanggar.. bakalan digundulin terus diberentiin dari sekolah.. dan diusir dari rumah.. sapa yg gak serem hayooo... Nerima telpon dari temen cowok aja kena ganyang dulu 😂😂😂
2021-07-09
0
Itu AKU
amit amit banyak banget yg tidur sama ini cewek
2021-07-06
0