Bab 17 : Rasa bersalah

" ... " Andini terdiam sembari berbaring di atas ranjangnya. Dalam diam dan sunyinya malam, andi merenungkan diri sembari mengingat saat saat dimana Hansen Pratama membantunya menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan David Hermanto. Dia mengingat betapa hebat dan lihainya Hansen saat mengatasi situasi kritis yang dia alami. Setelah mengingat jasa jasa Hansen akan dirinya, Andini kembali merenungkan apa yang telah dia lakukan terhadap suaminya itu. Sembari mengingat wajah putus asa Hansen dia pun kembali termenung, 'Apakah aku sudah keterlaluan?'

 

keesokan harinya, setelah mandi untuk membersihkan diri, Andini segera pergi menuju kamar Hansen dengan ragu ragu. Setelah mengetuk pintu kamarnya andini menarik napas begitu dalam dan berkata, "Bo ... bolehkah aku masuk?"

" ... " Andini terdiam diluar pintu sembari menunggu jawaban Hansen. Sayangnya selama lebih dari sepuluh menit dia menunggu, tak ada respon sedikitpun dari dalam kamar Hansen. 'Apakah dia telah pergi bekerja?' Andini hendak membuka pintu kamar Hansen untuk memastikan, namun Amelia Wisnu memanggilnya dari belakang dengan berkata, "Apakah kakak mencari pria tak berguna itu?"

"Dia sudah pergi sejak pagi."

"Ah, begitu ya ... ," Andini segera mengurungkan niatnya untuk membuka pintu kamar Hansen.

"Ngomong ngomong kenapa kakak berinisiatif ke kamarnya di waktu sepagi ini?" tanya Amelia Wisnu heran.

"Bu ... bukan apa apa, aku hanya ingin membicarakan beberapa hal pribadi dengannya, hehe," Andini menutupi niatnya untuk meminta maaf karena tak ingin harga dirinya jatuh dihadapan Amelia Wisnu. Gengsinya yang tinggi membuatnya ingin mengubur pemikirannya untuk dirinya sendiri.

"Kenapa kau berkeringat dan nampak panik begitu?"

"Apakah kakak mencoba menyembunyikan rahasia dariku lagi?" tanya Amelia Wisnu heran.

"Ti ... tidak ada rahasia kok!" Andini nampak tegang dan berkeringat.

" Hmmm ," Amelia Wisnu merasa curiga.

"Lu ... lupakan soal itu!"

"Seharusnya aku yang bertanya disini!" Andini berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Bertanya soal apa?" tanya Amelia Wisnu heran.

"Kenapa kau meninggalkanku begitu saja kemarin malam," Andini memasang tampang kesal dan penuh emosi.

Sadar akan kesalahannya, Amelia Wisnu segera merubah ekspresi herannya menjadi ekspresi panik. Strategi Andini untuk mengganti topik pembicaraanpun sukses besar.

" I ... itu ... ,"

" Sebenarnya aku telah berjanji untuk berkencan dengan pacarku kemarin, tapi aku melupakannya karena terlalu bersemangat akan urusan kakak. Yah kakak kan tahu kalau aku sangat membenci pria tak berguna itu, bagaimana mungkin aku melepaskan kesempatan untuk memisahkan kalian,"

"Andai saja pacarku tak mengancam akan memutuskanku, aku pasti akan terus disana dan memberi pria yang tak tahu malu itu pelajaran!" Amelia Wisnu mengepal kedua lengannya dengan kesal.

"Pria yang tak tahu malu?"

"Apakah yang kau maksud Hansen?" tanya Andini Heran.

"Memangnya siapa lagi?"

"Lihatlah lenganku ini, bekas luka akibat dorongan kasar darinya pun masih membekas dengan jelas," Amelia Wisnu menunjukkan luka lebam di lengan kanannya.

"Jadi kau tahu kalau Hansen ada disana dan membiarkannya lolos begitu saja?"

"Bukannya membayar orang untuk menahannya, kau malah membiarkan dia masuk dan mengacaukan rencana kita?" Andini nampak kesal sembari mengepalkan kedua tangannya. Berjalan mendekati Amelia Wisnu hingga menakuti dirinya.

"A ... aku bisa jelaskan itu kak ... ,"

"Sungguh aku tak bermaksud mengacaukan rencananya, hanya saja situasinya begitu mendesak bagiku. Lagipula bukankah bagus bagi kakak jika Hansen mengetahui kencan kalian?"

"Pria tak berguna itu pasti akan mulai berpikir akan ketidaklayakannya dan tak menutup kemungkinan dia juga akan terpikirkan untuk mundur dari hubungan ini,"

"Yah itu pun jika dia sadar diri dan paham apa itu langit," Amelia Wisnu berjalan mundur sembari menghina Hansen untuk mengalihkan emosi Andini. Sayangnya hal tersebut tak berhasil, Andini terus berjalan mendekat dengan penuh emosi dan langsung menampar wajah Amelia Wisnu yang terus menghina Hansen.

Plakk!!! telapak tangan Andini membekas di wajah Amelia Wisnu.

'A ... apa yang ... ?'

"Kenapa kakak menamparku?" tanya Amelia Wisnu dengan terbelalak. Dia begitu terkejut akan tindakan Andini yang berada diluar dugaannya.

"Berhentilah menghina Hansen, walau bagaimana pun dia masih kakak iparmu!" Andini tak dapat mengontrol emosinya saat itu.

"Ka ... kakak ipar?"

"Jadi kakak menamparku demi pria itu?" Amelia Wisnu nampak terkejut dan begitu syok.

"A ... aku tak bermaksud untuk menamparmu, sungguh ... !" Andini nampak gemetar setelah menyadari tindakannya.

"Ini adalah pertama kalinya kakak menamparku, dan itu hanya demi membela pria payah itu. Ja ... jangan bilang kalau kakak sudah mulai menyukainya," Amelia nampak sedikit berkaca kaca seakan mau menangis.

"I ... itu tidak benar!"

"Aku hanya menyukai Herry Wijaya, dan kau tahu benar akan hal itu kan?" tanya Andini sembari mencoba meyakinkan Adiknya.

"Meski aku ingin mempercayai kakak, namun entah mengapa hati ini merasa sangat ragu."

"Sebelum perasaan kakak menjadi sulit untuk dikendalikan, hubungan palsu ini harus segera diakhiri!"

"Ya ... ini harus segera diakhiri!" Amelia Wisnu memegang bekas tamparan Andini dengan mata yang berkaca kaca. Hatinya terasa begitu hancur saat itu, karena merasa bahwa kakak tersayangnya sudah mulai tidak menyayanginya lagi.

 " ... " Andini tak bisa melakukan apa apa, selain mencoba mendekat dan mengobati luka adiknya. Sayangnya Amelia Wisnu tak membiarkan hal tersebut. Dengan air mata yang mulai menetes di wajahnya, dia terus melangkah mundur dan berkata, "Aku tahu kalau kakak sudah berniat untuk menceraikannya kemarin malam, tapi sayangnya pria itu menolak untuk bercerai hingga merobek surat cerai yang kakak berikan."

"Sebelum pikiran kakak untuk bercerai menghilang, aku berjanji akan memikirkan cara untuk membuat pria itu berinisiatif menceraikan kakak. Aku berjanji!" Amelia Wisnu membalikkan badannya lalu pergi meninggalkan Andini dengan tangis di wajahnya.

Andini ingin mengejar Amelia Wisnu untuk menghiburnya, namun karena memiliki sebuah janji untuk meeting dengan seorang klien, dia pun membatalkan niatnya. 'Maafkan aku adikku,' Andini hanya terpikirkan akan tamparan yang dia lepaskan, dia mengabaikan semua ucapan Amelia Wisnu karena mengira bahwa sisa dari ucapannya hanya terucap karena emosi belaka.

Kring kring!!! Andini mengangkat ponselnya dan mendapati bahwa telepon tersebut berasal dari kliennya. Tanpa menunda jawaban, dia pun langsung berkata, "Aku akan segera kesana,"

 

Terpopuler

Comments

Agustina Mose

Agustina Mose

sudah pasti Hansen akan menika dengan andini

2022-10-06

0

Imam Sutoto Suro

Imam Sutoto Suro

very good job thor lanjut

2022-08-24

0

Nasa

Nasa

Hahaha...suka or benci dgn han....ummmp

2022-05-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kejadian yang tak direncanakan
2 Bab 2 : Situasi yang mendesak
3 Bab 3 : Melamar sebuah pekerjaan
4 Bab 4 : Terjebak di lubang yang sama
5 Bab 5 : Rencana Andini
6 Bab 6 : Menghancurkan David dan semua bawahannya
7 Bab 7 : Kembali ke rumah
8 Bab 8 : Hari pertama bekerja
9 Bab 9 : Pembelaan Hansen
10 Bab 10 : Harga dari melawan seorang bos besar
11 Bab 11 : Timbul sedikit rasa
12 Bab 12 : Di tendang dari lingkaran penjaga keamanan
13 Bab 13 : Hansen dan pekerjaan barunya
14 Bab 14 : Tertangkap basah
15 Bab 15 : Keputusan besar Andini
16 Bab 16 : Hati yang hancur
17 Bab 17 : Rasa bersalah
18 Bab 18 : Terjebak
19 Bab 19 : Salah sangka
20 Bab 20 : Singa yang terbangun
21 Bab 21 : Pria yang misterius
22 Bab 22 : Emosi Hansen
23 Bab 23 : Dendam lama
24 Bab 24 : Kembali ke markas
25 Bab 25 : Menghadap Jenderal Besar
26 Bab 26 : Keadaan militer sejak kepergian Hansen
27 Bab 27 : Kegundahan Jenderal Fahar
28 Bab 28 : Menemui Zaskia
29 Bab 29 : Gerakan Scorpion
30 Bab 30 : Amelia Wisnu yang tersadar
31 Bab 31 : Kedekatan Hansen dan Amelia
32 Bab 32 : Dion Raharja
33 Bab 33 : Hansen dan masa lalunya
34 Bab 34 : Pencarian kawan lama
35 Bab 35 : Menghadap pemimpin kelompok Scorpion
36 Bab 36 : Gerakan kelompok peniru
37 Bab 37 : Serangan di gedung putih
38 Bab 38 : Ambil alih
39 Bab 39 : Wajah asli sang peniru
40 Chapter 40 : Pertemuan di istana merdeka
41 Chapter 41 : Deklarasi Hansen
42 Chapter 42 : Misteri kematian palsu
43 Chapter 43 : Kabar dari sang Jenderal
44 Chapter 44 : Rencana Number
45 Chapter 45 : Kebenaran yang telah lama tersembunyi
46 Chapter 46 : Emosi yang tak terbendung
47 Chapter 47 : Shelter
48 Chapter 48 : Shelter 2
49 Chapter 49 : Shelter 3
50 Chapter 50 : Kabar berita
51 Chapter 51 : Kesalah pahaman Andini
52 Chapter 52 : Kepala keluarga Wisnu
53 Chapter 53 : Kedatangan Mr W
54 Chapter 54 : Di balik kacamata Mr W
55 Chapter 55 : Pertemuan keluarga
56 Chapter 56 : Perdebatan di jamuan makan siang
57 Chapter 57 : Bicara empat mata dengan Mr W
58 Chapter 58 : Kembalinya Hacking Eagle
59 Chapter 59 : Tantangan dari pemilik lencana perak
60 Chapter 60 : Theo vs Andrew Julian
61 Chapter 61 : Teknologi rahasia Number
62 Chapter 62 : kejahilan yang berakhir petaka
63 Chapter 63 : Zaskia Arista
64 Chapter 64 : Andini Wisnu dan Herry Wijaya
65 Chapter 65 : Kesalahan langkah Amelia Wisnu
66 Chapter 66 : Murka Mr W
67 Chapter 67 : Mengungkap masa lalu
68 Chapter 68 : Kemalangan Zaskia
69 Chapter 69 : Adi Wijaya dan masa lalunya
70 Chapter 70 : Nasib Weapon Eagle
71 Chapter 71 : Kedatangan Theo
72 Chapter 72 : Kedekatan Theo dan Mr W
73 Chapter 73 : Menuju Battle Holder resmi pertama Hansen
74 Chapter 74 : Duduk dan bersiap
75 Chapter 75: Hansen Vs Marsekal Leo
76 Chapter 76 : Hansen Vs Marsekal Leo part 2
77 Chapter 77 : Pertemuan yang tak direncanakan
78 Chapter 78 : Perburuan Demon Eagle
79 Chapter 79 : Keputusan Demon Eagle
80 Chapter 80 : Musuh bebuyutan Law Breaker
81 Chapter 81 : Menemui Mr W
82 Chapter 82 : Penculikan besar besaran
83 Chapter 83 : Berbicara empat mata dengan Mr W
84 Chpater 84 : Masa Lalu Number One
85 Chapter 85 : Jebakan untuk Andini dan Hansen
86 Chapter 86 : Mengejar Andini
87 Chapter 87 : Penyergapan Weapon Eagle
88 Chapter 88 : Hansen vs Weapon Eagle
89 Chapter 89 : Musuh tersembunyi
90 Chapter 90 : Menyelamatkan Andini
91 Chapter 91 : Emosi yang meluap
92 chapter 92 : Puncak emosi Mr W
93 chapter 93 : Hubungan masa lalu
94 chapter 94 - nasib savior eagle
95 chapter 95 : Perang yang tak terhindarkan
96 Chapter 96 : Rasa bersalah Hansen
97 Chapter 97 : Pertarungan maut Mr W vs Adi Wijaya
98 Chapter 98 : Pertarungan maut Mr W vs Adi Wijaya part 2
99 Chapter 99 : Akhir dari perang angkatan laut vs angkatan udara
100 Chapter 100 : Koridor
101 Chapter 101 : Ilmuan gila
102 Chapter 102 : Kejadian setelah berakhirnya perang antara angkatan laut dan udara
103 Chapter 103 : Dampak setelah peperangan
104 Chapter 104 : Operasi lanjutan
105 Chapter 105 : Hasil operasi
106 Chapter 106 : Perseteruan
107 Chapter 107 : Dominasi Number
108 Chapter 108 : Identitas
109 Chapter 109 : Sampai di Shelter
110 Chapter 110 : Kondisi Cindy Pratama
111 Chapter 111 : Keputusan Hansen
112 Chapter 112 : Campur tangan pihak lain
113 Chapter 113 : Pertarungan yang tak terhindarkan
114 Chapter 114 : Pertarungan yang tak terhindarkan part 2
115 Chapter 115 : Hampir terungkap
116 Chapter 116 : Pertarungan yang tak terhindarkan bagian 3
117 Mohon maaf tidak update beberapa hari ini
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1 : Kejadian yang tak direncanakan
2
Bab 2 : Situasi yang mendesak
3
Bab 3 : Melamar sebuah pekerjaan
4
Bab 4 : Terjebak di lubang yang sama
5
Bab 5 : Rencana Andini
6
Bab 6 : Menghancurkan David dan semua bawahannya
7
Bab 7 : Kembali ke rumah
8
Bab 8 : Hari pertama bekerja
9
Bab 9 : Pembelaan Hansen
10
Bab 10 : Harga dari melawan seorang bos besar
11
Bab 11 : Timbul sedikit rasa
12
Bab 12 : Di tendang dari lingkaran penjaga keamanan
13
Bab 13 : Hansen dan pekerjaan barunya
14
Bab 14 : Tertangkap basah
15
Bab 15 : Keputusan besar Andini
16
Bab 16 : Hati yang hancur
17
Bab 17 : Rasa bersalah
18
Bab 18 : Terjebak
19
Bab 19 : Salah sangka
20
Bab 20 : Singa yang terbangun
21
Bab 21 : Pria yang misterius
22
Bab 22 : Emosi Hansen
23
Bab 23 : Dendam lama
24
Bab 24 : Kembali ke markas
25
Bab 25 : Menghadap Jenderal Besar
26
Bab 26 : Keadaan militer sejak kepergian Hansen
27
Bab 27 : Kegundahan Jenderal Fahar
28
Bab 28 : Menemui Zaskia
29
Bab 29 : Gerakan Scorpion
30
Bab 30 : Amelia Wisnu yang tersadar
31
Bab 31 : Kedekatan Hansen dan Amelia
32
Bab 32 : Dion Raharja
33
Bab 33 : Hansen dan masa lalunya
34
Bab 34 : Pencarian kawan lama
35
Bab 35 : Menghadap pemimpin kelompok Scorpion
36
Bab 36 : Gerakan kelompok peniru
37
Bab 37 : Serangan di gedung putih
38
Bab 38 : Ambil alih
39
Bab 39 : Wajah asli sang peniru
40
Chapter 40 : Pertemuan di istana merdeka
41
Chapter 41 : Deklarasi Hansen
42
Chapter 42 : Misteri kematian palsu
43
Chapter 43 : Kabar dari sang Jenderal
44
Chapter 44 : Rencana Number
45
Chapter 45 : Kebenaran yang telah lama tersembunyi
46
Chapter 46 : Emosi yang tak terbendung
47
Chapter 47 : Shelter
48
Chapter 48 : Shelter 2
49
Chapter 49 : Shelter 3
50
Chapter 50 : Kabar berita
51
Chapter 51 : Kesalah pahaman Andini
52
Chapter 52 : Kepala keluarga Wisnu
53
Chapter 53 : Kedatangan Mr W
54
Chapter 54 : Di balik kacamata Mr W
55
Chapter 55 : Pertemuan keluarga
56
Chapter 56 : Perdebatan di jamuan makan siang
57
Chapter 57 : Bicara empat mata dengan Mr W
58
Chapter 58 : Kembalinya Hacking Eagle
59
Chapter 59 : Tantangan dari pemilik lencana perak
60
Chapter 60 : Theo vs Andrew Julian
61
Chapter 61 : Teknologi rahasia Number
62
Chapter 62 : kejahilan yang berakhir petaka
63
Chapter 63 : Zaskia Arista
64
Chapter 64 : Andini Wisnu dan Herry Wijaya
65
Chapter 65 : Kesalahan langkah Amelia Wisnu
66
Chapter 66 : Murka Mr W
67
Chapter 67 : Mengungkap masa lalu
68
Chapter 68 : Kemalangan Zaskia
69
Chapter 69 : Adi Wijaya dan masa lalunya
70
Chapter 70 : Nasib Weapon Eagle
71
Chapter 71 : Kedatangan Theo
72
Chapter 72 : Kedekatan Theo dan Mr W
73
Chapter 73 : Menuju Battle Holder resmi pertama Hansen
74
Chapter 74 : Duduk dan bersiap
75
Chapter 75: Hansen Vs Marsekal Leo
76
Chapter 76 : Hansen Vs Marsekal Leo part 2
77
Chapter 77 : Pertemuan yang tak direncanakan
78
Chapter 78 : Perburuan Demon Eagle
79
Chapter 79 : Keputusan Demon Eagle
80
Chapter 80 : Musuh bebuyutan Law Breaker
81
Chapter 81 : Menemui Mr W
82
Chapter 82 : Penculikan besar besaran
83
Chapter 83 : Berbicara empat mata dengan Mr W
84
Chpater 84 : Masa Lalu Number One
85
Chapter 85 : Jebakan untuk Andini dan Hansen
86
Chapter 86 : Mengejar Andini
87
Chapter 87 : Penyergapan Weapon Eagle
88
Chapter 88 : Hansen vs Weapon Eagle
89
Chapter 89 : Musuh tersembunyi
90
Chapter 90 : Menyelamatkan Andini
91
Chapter 91 : Emosi yang meluap
92
chapter 92 : Puncak emosi Mr W
93
chapter 93 : Hubungan masa lalu
94
chapter 94 - nasib savior eagle
95
chapter 95 : Perang yang tak terhindarkan
96
Chapter 96 : Rasa bersalah Hansen
97
Chapter 97 : Pertarungan maut Mr W vs Adi Wijaya
98
Chapter 98 : Pertarungan maut Mr W vs Adi Wijaya part 2
99
Chapter 99 : Akhir dari perang angkatan laut vs angkatan udara
100
Chapter 100 : Koridor
101
Chapter 101 : Ilmuan gila
102
Chapter 102 : Kejadian setelah berakhirnya perang antara angkatan laut dan udara
103
Chapter 103 : Dampak setelah peperangan
104
Chapter 104 : Operasi lanjutan
105
Chapter 105 : Hasil operasi
106
Chapter 106 : Perseteruan
107
Chapter 107 : Dominasi Number
108
Chapter 108 : Identitas
109
Chapter 109 : Sampai di Shelter
110
Chapter 110 : Kondisi Cindy Pratama
111
Chapter 111 : Keputusan Hansen
112
Chapter 112 : Campur tangan pihak lain
113
Chapter 113 : Pertarungan yang tak terhindarkan
114
Chapter 114 : Pertarungan yang tak terhindarkan part 2
115
Chapter 115 : Hampir terungkap
116
Chapter 116 : Pertarungan yang tak terhindarkan bagian 3
117
Mohon maaf tidak update beberapa hari ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!