"Pegangan yang kuat, biar selamet.! masa calon pengantinnya jatoh dari motor, kan nggak lucu." Ando berkata sambil tergelak.
Dan seperti biasa Nada akan mencubit pinggangnya, saat calon suaminya tersebut mulai bercanda.
Setelah menikmati makanannya di Arsenio Cafe kini keduanya memutuskan untuk pulang, karena hari mulai Agak sore.
Kali ini Nada berpegangan kuat pada Ando, layaknya sedang memeluk dari belakang. ia menyenderkan kepalanya di punggung kekar milik Ando yang baginya terasa hangat dan nyaman.
"Ando?"
Hening,
Hening,
"Ando lo ngerasa nggak sih, Mama Indri itu kaya menyimpan kerinduan yang besar banget gitu buat lo sama Om jordy, tapi dia belum berani ngungkapin sekarang.!"
"Ihs, Ando lo denger Nggak sih, apa yang gue omongin!" menepuk pelan punggungnya, karena Ando tak kunjung menjawab.
"Hmmmz!"
"Nyebelin banget sih." gerutu Nada dengan suara lirih, Namun masih terdengar jelas oleh Ando.
Sebelah tangan Ando menggenggam tangan Nada yang berada di pinggangnya, membuat si pemilik tangan tersebut merasa ada Aliran listrik yang menyengat kedalam tubuhnya.
"Gue seneng banget, Akhirnya lo nyebut Nama gue berulang kali tanpa gue minta." ucapnya sembari mengulum senyum.
"Ihs paan sih, gak nyambung banget!" Menyembunyikan wajah malu-malunya di punggung Ando, bisa ia pastikan bahwa saat ini wajahnya pasti sudah berubah memerah seperti kepiting rebus.
Ini bukan pertama kalinya ia mendapat pujian dan gombalan dari seorang laki-laki, terlebih dari Anak yang masih menyandang setatus SMA.
Ia menggelengkan kepala kuat-kuat, mengusir perasaan Aneh yang kini mulai tumbuh dalam hatinya.
"Emmz lo kenapa sih, ngobrol sama bang Fajar menggunakan kata lo gue, bukannya bang Fajar itu lebih dewasa, kayaknya umurnya jauh di Atas lo deh.!" mencoba mengalihkan fikiran Anehnya, dengan bertanya sesuatu yang menurutnya sedikit masuk Akal.
" Oh itu, dia sendiri yang minta. biar lebih Akrab katanya, kok jadi Nanya-nanya soal bang Fajar?" tanya Ando dengan kening berkerut.
"Ya nggak sih, penasaran aja gitu."
yang dibalas dengan Anggukan kepala oleh Ando.
"Terus kalau om Jordy kenapa jadi jualan mainan, bukannya kata papa, om Jordy itu salah satu mahasiswa yang pinter dan terpopuler pada jamannya ya." ujar Nada sedikit tak enak bertanya seperti itu, tapi rasa penasarannya enggan untuk pergi.
"Keluarga papa sebenarnya emang bukan keluarga yang berada, papa bisa melanjutkan di SMA hingga kuliah karena bantuan beasiswa, setelah sarjana papa diterima bekerja disebuah perusahaan besar, Hingga 2 tahun lamanya Tapi_" ucapannya menggantung.
"Tapi kenapa?" ucap Nada semakin penasaran.
Ando menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya.
"Dulu papa termasuk karyawan yang sangat rajin dan jarang sekali melakukan kesalahan, dia juga ramah terhadap semua orang diperusahaan, dan berkat kerajinan dan kecerdasannya, nggak jarang papa sering dapat bonus dari Atasannya, tapi ternyata itu nggak bertahan lama."
"Ada salah satu teman papa yang sangat tidak menyukainya, hingga suatu waktu papa difitnah menggelapkan ratusan juta dana perusahaan."
"Memang setelah di periksa lebih dalam, papa dinyatakan tidak bersalah, tapi dia enggan untuk kembali keperusahaan itu,!" lanjut Ando.
Nada diam membisu tak lagi bertanya, ia merasa sedih dengan masalalu keluarga Ando yang begitu rumit.
"Udah nyampe nih, kok boncengin lo nggak kerasa cape ya,? seneng malah." ucap Ando membuka helm yang melekat di kepalanya sembari mengulum senyum.
"Paan sih, gue masuk dulu. pulang gih udah sore.!" usirnya.
"Bukannya diajak masuk kok malah di usir sih dek tamunya," ucap mama sarah tiba-tiba sembari tersenyum menatap keduanya.
"Ayo nak Ando masuk, jangan dengerin Apa kata Nada, dia emang begitu Anaknya."
"Iya ma," tersenyum penuh kemenangan kearah Nada, yang dibalas dengan cibiran oleh Nya.
"Oh iya dek, tadi si Raffa datang kesini, minjem buku kamu yang bersampul biru, Ah bukan buku sih ya, Novel kalau nggak salah."
"Ihs tu anak kebiasaan deh," gerutunya sembari berjalan memimpin langkahnya menuju kamar.
"Raffa itu adik sepupunya Nada, dia sering banget datang kesini, biasalah seneng banget ngerecokin kakaknya, soalnya hampir seumuran.!" ucap mama sembari menarik tangan Ando untuk duduk di meja makan.
"Gitu ya ma," tersenyum simpul kearah mama.
"Iya, mama jelasin begini biar Nak Ando nggak salah paham!" sembari menyodorkan segelas Air putih pada Ando.
"Makasih ma," meneguk airnya hingga tandas.
"Udah pada makan belum tadi?" tanya mama sembari membuka kulkas.
"Udah kok ma!"
Ando memperhatikan mama Sarah yang mengeluarkan kotak putih bertuliskan Nada bakerry and cake.
"Nih cobain ya, ini itu salah satu Cake pavorite pelanggan di toko Mama."
Ando mengulurkan tangan meraih piring yang berisi Cake dengan lelehan coklat yang lumer, serta bertabur kismis dan kacang Almound.
"Gimana rasanya?" tanya mama, saat Ando mulai memakan cake di tangannya.
"Enak ma, enak banget asli lumer banget, mama jago masak ya," Ucap Ando dengan mulut penuh.
"Lumayanlah, Nada juga udah jago lho bikin Cake yang satu ini, emang pavorite dia juga sih."
Ando manggut-manggut sembari tersenyum menanggapi.
"Sebenarnya toko Nada bakerry and cake. ini Nada yang minta bikinin, jadinya Nama tokonya juga disematkan nama dia." Ucap mama tersenyum.
fikirannya menerawang jauh mengingat saat Nada merengek setiap hari memintanya segera membuat toko Atas namanya.
Jangan lupa like, coment, dan vote ya, biar authornya tambah semangat Up nya.
Salam cinta dari author, trimakasih😊😊😊😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Alur ceritanya bagus thor...👍👍👍👍
2022-06-25
0
Ney Maniez
👍
2022-06-18
0
hary adi
lanjut boss
2022-02-25
1