"Ini beneran alamat butiknya?" tanya Nada, saat sudah sampai didepan salah satu butik ternama di ibukota yang lumayan terkenal.
Ando menggidikan bahu acuh, "bentar gue telpon papa dulu." tangannya bergerak menekan layar pintar miliknya, namun ia urungkan saat seseorang yang dikenalnya datang menghampiri.
"Eh anak-anak mama udah pada nyampe?, maaf ya, barusan mama kedalam abis lihat-lihat dulu."
Nada meringis, lalu kemudian tangannya terulur untuk meraih tangan Mama Indri dan menciumnya, membuat mama Indri tersenyum dan mengusap lembut kepala calon menantunya.
"Nggak apa-apa tante, kita juga baru sampe," ucap Nada sedikit canggung.
"Jangan tante dong, panggil mama aja, biar sama kaya Ando, iyakan Ando?" ia melirik Ando yang tiba-tiba wajahnya berubah masam.
"Nada ini cantik sekali ya, secantik namanya" Ucap mama Indri dengan senyum tulusnya. "Anak mama beruntung sekali mendapatkan kamu nak,!" lanjutnya.
"Ah tant, maksud saya mama terlalu berlebihan."
"Mama serius lho ini, yaudah sekarang kita masuk, kalian harus coba baju pengantin pilihan mama."menarik tangan Nada Agar segera mengikuti langkahnya.
"Ando juga ayo,!" ucap mama.
Ando mengikuti langkah keduanya tanpa mengeluarkan satu patah katapun.
"Ayo kita lewat sini,!" ujar mama yang diikuti keduanya, menuju sebuah ruangan khusus.
"Nah ini dia, gaunnya cantik-cantik kan? Gaunnya ada 5, sengaja mama pilihkan tapi Nada boleh pilih yang manapun yang Nada suka, maunya sih mama itu bikin desain sendiri buat calon menantu mama, tapi ya mau bagaimana lagi waktunya udah mepet, tinggal 3 hari lagi kan,?" ucapnya panjang lebar.
"Sebenarnya nggak harus mewah ma, ini kan hanya acara akad yang dihadiri beberapa orang-orang tertentu aja."
"Hanya baju Nak, nggak apa-apa kan? mama pengen yang terbaik buat kalian."
"Nih buat Ando coba juga ya.!" menyerahkan tuxedo berwarna putih.
"Emmz Nada coba yang ini ya ma!" Nada tak tega jika menolak keinginan calon mertuanya yang terlihat memohon, lalu mengambil salah satu gaun putih dengan model tangannya yang panjang menggelembung, dengan dihiasi bordir kecil ditengahnya, dengan tempelan kerlap-kerlip dibagian perutnya.
Ando dan Nada beranjak ke ruang ganti masing-masing.
Ando terlebih dahulu keluar, dengan mengenakan tuxedo putih yang terlihat pas di tubuhnya yang tinggi.
Mama indri tersenyum menatapnya dengan penuh rasa haru, jika saja saat ini Antara ia dan Ando tidak terhalang pembatas rasa canggung, mungkin Mama Indri akan memeluknya dengan penuh suka cita.
Tidak lama kemudian Nada keluar dengan menggunakan gaun indah berwarna putih yang juga pas ditubuh mungilnya.
"Kalian benar-benar pasangan serasi cocok banget, banget, banget.!" ucap mama indri sembari mengacungkan dua jempol kearah keduanya.
Nada menangkap kilasan mata Ando, yang tak berhenti menatapnya, lalu memalingkan muka saat ia balas menatapnya.
.....
Setelah selesai ketiganya berjalan beriringan menuju tempat parkir.
"Kita makan dulu yu, kalian pasti belum pada makan kan? disekitar sini ada Cafe deh kayaknya, kita mampir ya,?" ucap mama Indri antusias.
"Nggak bisa, kita masih ada urusan lain." ucap Ando ketus, sembari menarik tangan Nada untuk mengikutinya kearah motor miliknya.
"Maaf ya ma, lain kali kita makan bareng nya." ucap Nada tak enak hati.
"Iya nak, mama ngerti. kalian hati-hati ya dijalan!" Lalu mama indri beranjak pergi menuju Cafe disebrang jalan.
Sementara Nada menatap punggung mama indri dengan tatapan Nanar.
"Lepas!" ucap Nada ketus.
"Sorry" ujar Ando dengan suara lirih.
" Lo bisa nggak sih, bersikap sopan sedikit layaknya seorang anak terhadap nyokapnya.!" bentak Nada penuh emosi.
"Sorry Nad, untuk yang ini gue butuh waktu."
"Ayo naik!" ucap Ando saat melihat Nada bergeming ditempatnya dengan wajah ditekuk.
"Iya,!"
10 menit perjalanan, Ando membelokan motornya menuju sebuah Cafe, dengan interior kayu jati dan beberapa bonsai kecil disetiap pojok Cafe, menambah kesan Nyaman dan sejuk.
Karena masih merasa kesal, Nada berjalan mendahului Ando yang sedang memarkirkan motornya disamping Cafe.
Ia berjalan pelan memperhatikan sekitaran Cafe, dan saat kakinya hendak melangkah masuk kedalam Cafe, kilasan matanya menangkap sebuah tulisan besar berwarna hitam mengkilat. Arsenio Cafe.
"Ayo masuk, kok malah bengong disini." ucap Ando tiba-tiba membuyarkan lamunannya.
Ando menuntunnya kesebuah meja paling pojok tepat di depan Aquarium yang berisi ikan hias berwarna-warni.
Setelah menggeser kursi dan mempersilahkan Nada untuk duduk, Ando menyodorkan buku Menu dihadapannya.
"Mau pesan apa?" tanya Ando.
"Pasta creamy mozarella sama vanila latte." jawabnya Asal.
"Ok!" kemudian Ando memanggil salah satu pelayan wanita untuk mengambilkan pesanan ia dan Nada.
Sementara Nada masih berfikir keras tentang apa yang dilihatnya didepan Cafe, satu kata yang terasa familiar baginya.
Bersamaan dengan datangnya makanan yang dipesannya, fikirannya mengingat dengan jelas satu kata tersebut.
"Alby orlando arsenio" ucap Nada tiba-tiba, membuat kening Ando berkerut bingung.
"Maksudnya?"
"Arsenio Cafe" lanjut Nada.
"Lo benar!" ucap Ando seakan mengerti dengan maksud Nada.
"Jadi benar Cafe ini milik Elo?" tanya Nada meyakinkan. "Sejak kapan?" lanjutnya Antusias.
"Dua tahun setelah bengkel gue mulai beroprasi.?"
"Bokap lo tahu nggak sih?"
"Nggak, Bokap taunya gue keluyuran tiap hari bareng temen-temen gue, karena emang sering pulang sampe larut malam."
"Kenapa nggak lo kasih tau yang sebenarnya aja?" sembari mengunyah makanannya.
"Gue bakalan kasih tau setelah gue sukses!" ucapnya, menggeser piring kotor yang isinya telah tandas.
Ando menunduk dalam, mengingat kembali semua masa-masa pahit di masalalu nya.
"Gue pengen jadi orang yang sukses di usia muda, Agar kelak istri dan Anak gue selalu tercukupi, tidak kurang Suatu Apapun!"
Ia meraih tangan Nada ragu-ragu, takut sang pemilik menolak atau bahkan memakinya.
Namun, saat melihat Nada tak bereaksi iapun menggenggam lembut tangan sehalus kulit bayi tersebut dengan penuh perasaan.
"Nad, gue tahu mungkin gue bukan tipe cowok idaman elo, yang lebih dewasa, lebih mapan, lebih segala-galanya. bahkan ikatan kita terjadi dengan cara tak biasa, tapi gue harap selamanya elo selalu disamping gue, menerima segala kekurangan dan keterbatasan gue dalam segala hal."
"Lo mau kan temenin gue dari Nol?" lanjutnya, sembari mencium punggung tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
HR_junior
duh Ando si brondong yg mikirin masa depan ya
2024-06-11
0
Elly Julia
mulai seru nih
2024-02-26
0
Lina Maulina Bintang Libra
untung calon mertua nya baik terutama mama nya
2022-12-19
0