Didepan pintu kamar hotel no.17 seorang laki-laki muda sedang mengendap-endap dengan leher bergerak kekiri dan kekanan, seperti layaknya seorang pencuri.
Ia mencoba menggerakan handle yang menggantung kokoh disebuah pintu kamar no.17 tersebut.
Ntah karna kecerobohan sang penghuni kamar, atau memang kali ini keberuntungan sedang berpihak padanya. pintu tersebut terbuka seiring dengan tangannya yang bergerak membuka handle.
Ia terpaku memandangi gadis yang sedang terlelap tenang diatas ranjang, seulas senyum terbit dari bibirnya.
Perlahan ia melangkah dan sedikit membungkukan badannya memandangi wajah seorang gadis cantik yang sudah dua hari ini membuatnya penasaran. Ent**ah kenapa?
Setelah puas memandangi wajah gadis yang memiliki Nama dengan panggilan Nada tersebut, akhirnya Ando ikut merebahkan tubuhnya tepat di sampingnya.
Sementara diluar seorang pria paruh baya yang baru saja turun dari mobil menghampiri resepsionis hotel dengan sedikit tergesa.
"Permisi mbak, saya mau mencari putri saya yang bernama Denada sena gantari. kira-kira ada di kamar nomer berapa ya.?" cerocosnya.
"Sebentar ya pak, saya cek dulu."
"Baik silahkan."
"Putri Bapak ada dilantai dua Pak, di kamar nomer 17.
"Baik, terimakasih mbak."
"Sama-sama bapak." ucapnya ramah.
Papa Abidzar berjalan melewati beberapa kamar, menapaki satu persatu anak tangga, matanya Awas meneliti setiap nomer yang tertera di daun pintu.
Ck..!
Ia berdecak, sembari bergumam dalam hati.
bisa-bisanya putrinya menginap ditempat seperti ini.
Hotel yang jauh dari keramaian, yang bahkan bangunan ini terlihat seperti sudah sangat tua bagi papa Abidzar, Namun isinya memang seperti masih terawat dengan baik.
Samar-samar dari kejauhan ia melihat pintu dengan Nomor yang dicarinya, dengan cepat iapun segera menghampiri pintu yang dimaksudkannya tersebut.
Tok..tok..tok..
Tiga kali ketukan, hening..
Papa abidzar pun memutuskan membuka handlenya.
Saat pintu terbuka, seketika badannya membeku dengan kedua mata yang lurus kedepan.
Dan di menit kemudian, badannya luruh terkulai lemas, Lalu terduduk diatas lantai.
Ia menunduk seiring dengan air matanya yang mulai berjatuhan.
Tidak!
Ini hanya mimpi!
Putriku tidak seperti itu.
Ia terus menggelengkan kepala, meyakinkan diri sendiri, bahwa semua ini tidak nyata adanya.
Nada menggeliat pelan, dan terdiam sesaat. merasakan tangannya yang berat dan hangat, dengan hati berdebar. pelan-pelan ia membuka mata dan mengerjap beberapa kali.
Matanya melebar seketika, mendapati sosok yang 2 hari ini sering dilihatnya, sedang memeluk erat tubuhnya.
Cepat-cepat ia menepis kasar tangan yang memeluk tubuhnya.
Dan saat ia hendak mendudukan tubuhnya, tiba-tiba ia merasa dunianya runtuh seketika, melihat sang papa menyandarkan tubuh lemahnya dipintu, dengan airmata yang hampir mengering di kedua pipinya.
"papa,?" ucapnya lirih, dengan suara tercekat.
Nada melompat dari arah ranjang berhambur memeluk sang papa.
Papa Abidzar menatap wajah putrinya lekat-lekat, lalu kemudian tangannya terulur membelai pipinya.
Setelah terdiam beberapa saat ia menarik tangannya kembali, dan menundukan kepalanya, menatap nanar pada keramik putih dengan corak Agak kecoklatan yang sedang didudukinya.
"Papa, sudah gagal mendidik anak perempuan papa satu-satunya." mengusap sisa air dari sudut matanya.
"Pa," berkata dengan suara lirih, diiringi dengan suara tangisnya yang mulai pecah.
Ando yang masih tertidur pulas ikut terbangun mendengar suara isak tangis yang terasa dekat di indra pendengarannya.
Ia berusaha duduk mengucek kedua bola matanya yang masih terasa rapat dan berat, dan saat kesadarannya sudah terkumpul sempurna ia merasa bingung dengan dua orang yang sedang berpelukan sambil menangis dihadapannya.
Ia menghampiri keduanya, sembari menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
"Nad,"
Mendengar Namanya dipanggil, ia mengendurkan pelukan dari sang papa, lalu berdiri sambil mengusap kasar airmatanya.
"Lo, ngapain ada dikamar gue, kenapa bisa masuk kekamar gue.?" teriaknya dengan jari menunjuk-nunjuk kearah wajah Ando.
"Gu..gue, cuma iseng." ia meringis entah harus bagaimana menjelaskannya, karena niat awalnya hanya ingin mengerjai Nada, untuk meruntuhkan kadar kejudesan terhadap dirinya.
"Iseng lo bilang,?" ia mendecih tak suka.
"Iya, gue minta maaf,"
"Gampang banget ya lo bikang maaf, enggak semudah itu, lo lihat papa gue!"
tunjuknya kearah sang papa.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
HR_junior
woo Ando kurng ajar ya dasar bocah
2024-06-10
0
💕febhy ajah💕
wah aldo aldo siap2 tuh hadapin nada dan papanya
2022-10-13
0
Eika
Iseng yang sedikit nekat
2022-06-23
0