Bab 5
Sebenarnya dia enggan menerima tawaran Marco yang ingin menemaninya ke super market untuk membeli keperluan yang ia butuhkan tapi ia bingung bagaimana harus menolak niat baik Marco.
“Kau harus segera kembali ke kantor,“ kata Linda dengan hati-hati.
“Aku bebas mengatur jadwalku sendiri, kau lupa aku adalah pemilik dari perusahaan?“ sahut Marco sambil tersenyum.
“Tapi …,“ Linda benar-benar tidak enak hati menerima bantuan Marco.
“Sudah, ayo kita pergi.“
Linda hanya menghembuskan napas sambil mengingatkan Marco.
“Jangan mengeluh bila nantinya kau lelah menemaniku!“ katanya sebelum Marco menyesali tawarannya.
“Tidak akan. Tenang saja!“ sahut Marco sambil tertawa dan membukakan pintu mobil untuk Linda.
Linda berharap, Marco mengeluh dan meninggalkannya saat ia berbelanja tapi ia merasa sangat kecewa ketika harapannya tidak terkabul.
Marco selalu setia mendorong kereta dorongnya dan menyarankan beberapa barang untuk ia beli, bukan hanya itu saja, Marco juga yang membayar semua pengeluaran pribadinya tanpa mau ditolak!
Mengingat ia tidak membawa banyak pakaian maka ia memutuskan untuk mampir dan melihat-lihat disalah satu toko yang menarik perhatiannya.
“Linda!“ panggil Rafael ketika melihat Linda.
Linda menoleh dan tersenyum saat melihat Rafael menghampirinya.
“Sedang apa?“ tanya Rafael tidak percaya bisa bertemu dengan Linda.
“Melihat-lihat. Aku harus membeli beberapa pakaian.“
“Aku temani!“ sahut Rafael sambil mengandeng tangan Linda.
Sebelum sempat Linda menjelaskan, Marco muncul dan menghampirinya.
“Dia?“ tanya Rafael dengan ragu.
Marco menatap dingin seorang pria yang tampak sangat akrab dengan Linda dan seingatnya, berdasarkan foto yang dikirimkan Linda kepadanya, pria ini bukanlah suaminya!
“Dia Marco, investorku dan Marco kenalkan ini Rafael, sahabat baikku. Kebetulan dia juga sedang mengurus bisnisnya disini.“
Linda melihat ada keengganan yang tampak jelas dimasing-masing wajah mereka ketika ia memperkenalkan mereka. Linda tidak mengerti, apa yg sebenarnya terjadi?
“Baiklah kalau begitu, sebaiknya aku masuk dulu dan melihat-lihat,“ katanya karena bingung untuk memecahkan kekakuan suasana diantara mereka.
Rupanya Rafael dan Marco sama-sama mengikutinya.
Linda dibuat pusing karena mereka terus menerus berada disisinya dan tidak membiarkannya bebas memilih. Linda merasa risih karenanya, apalagi ketika melihat sorot mata para karyawan toko yang jelas-jelas mengamatinya diam-diam.
“Bisakah kalian duduk dulu sementara aku memilih?“ putus Linda pada akhirnya.
Linda merasa lega karena terbebas dari mereka dan mulai memilih-milih pakaian kemudian mencobanya.
Dari delapan pakaian yang dipilihnya, ia merasa tiga diantaranya sangat cocok melekat ditubuhnya.
Ia merasa puas memandangi bayangannya di kaca cermin.
“Linda, keluarlah agar aku bisa melihatmu,“ kata Rafael dari depan.
Linda merasa bingung dengan semua keramahan Rafael kepadanya yang menurutnya sangat berlebihan dan tidak seperti biasanya!?
Tapi ia keluar juga dan memperlihatkan pakaian barunya.
“Bagaimana?“ tanyanya dengan enggan.
Ia tahu pakaian yang dicobanya itu sudah sempurna menurutnya.
“Sempurna!“ kata Rafael.
“Jelek!“ kata Marco tanpa diminta.
Linda melihat secara bergantian kearah mereka dan merasa bingung menimbang pendapat yang berbeda dari keduanya.
Mau tidak mau, dia jadi mempertimbangkan pendapat pribadinya.
“Apa benar jelek?“ tanyanya pada Marco.
“Tidak cocok.“
“Apa maksudmu?! Linda, jangan dengarkan dia, gaun itu sempurna untukmu!“ sahut Rafael meyakinkan.
Linda menghela napas.
“Sudah, sudah! Biar kuputuskan sendiri saja. Kalian malah membuatku bingung karenanya,“ katanya sambil menutup tirai kembali.
Akhirnya Linda membeli empat potong sack dress yang bisa digunakannya untuk berpergian.
Linda bingung saat akan membayar, kasir mengatakan semua pakaian yang dibelinya telah dibayar Rafael.
Linda melirik Rafael sambil mengucapkan terima kasih.
Rafael senang karena Linda tidak merasa sungkan dengan perbuatannya dan dia juga lebih senang karena bisa mendului Marco.
“Kita makan malam diluar yah, malam ini?“
Maksud hati hendak mengiyakan ajakan Rafael tapi begitu melihat tatapan Marco, Linda merasa tidak enak untuk langsung menjawab permintaan Rafael.
“Aku akan meneleponmu, oke?“
Rafael melirik Marco yang jelas-jelas menahan senyumannya.
“Kalian akan pulang bersama?“
“Hari ini, Marco mengantarku dan aku sudah mendapatkan rumah tinggal selama berada disini. Kau mau mampir?“
Marco langsung melotot menatap Linda.
Linda merasa tidak enak dan tidak tahu harus berbuat apa. Rafael adalah sahabatnya! Sangat aneh rasanya bila ia tidak mengundangnya datang melihat rumah barunya?!
Meskipun Rafael tahu, Linda merasa bingung harus berbuat apa tapi ia langsung mengambil kesempatan yang ditawarkan Linda kepadanya.
“Tentu, aku ingin melihat tempat tinggalmu. Tenang saja selama Daniel belum disini, aku yang akan menjagamu!“ kata Rafael sambil memeluk Linda.
Linda merasa terharu dan balas memeluk Rafael dengan perasaan bahagia memiliki sahabat seperti Rafael.
“Kau tidak keberatan ‘kan Marco?“ tanya Linda untuk mendapatkan dukungan dan menghilangkan rasa bersalahnya.
“Tentu kenapa tidak? Tapi kurasa Rafael tidak bisa lama-lama berkunjung karena kita harus segera bertemu dengan ayahku malam ini.“
“Malam ini?“ tanya Linda bingung.
“Kau akan bertemu dengan ayahnya?“ tanya Rafael memastikan dan merasa penasaran, kenapa Linda dipertemukan dengan ayahnya Marco.
“ Yah, baru saja dia mengajakku bertemu malam ini, jadi kuputuskan saja membawamu malam ini. Jarang-jarang dia menyiapkan waktu khusus untukku. Dan ini adalah kesempatan yang bagus untuk memperkenalkanmu padanya.“
“Linda? Untuk apa kau menemui ayahnya?!“ tanya Rafael dengan tidak sabaran.
“Ada urusan bisnis yang harus aku ajukan padanya.“
“Linda!“
“Raf, ini pertemuan bisnis tidak lebih, lagipula apa yang bisa terjadi? Aku ‘kan sudah menikah bukannya akan dinikahi!“
“Aku merasa tidak yakin dengan hal ini.“
“Ayo kita bergegas, nanti kita bisa terlambat,“ potong Marco sambil menyembunyikan senyum kemenangannya.
“Kalau begitu lain waktu aku akan meneleponmu lagi, Raf dan kalau kau masih disini, kuharap kita bisa pergi keluar sesekali.“
Linda memeluk dan mencium pipi Rafael dengan hangat.
Marco merasa tidak senang melihat Linda memeluk dan mencium Rafael tanpa rasa sungkan.
Marco tidak bisa menahan diri lagi setelah mereka masuk kedalam mobil.
“Apa kau biasa memeluk dan mencium sahabatmu seperti itu?!“
“Dengan Rafael? Sudah biasa, dia adalah sahabat baikku!“ jawab Linda tanpa merasa bersalah sambil tersenyum bahagia.
“Apa suamimu tahu mengenai hubungan kalian?“ tanya Marco dingin.
Linda tidak tahu mengapa Marco mengintrogasinya seperti ini tapi ia memutuskan untuk menjawab pertanyaan Marco.
“Suamiku, aku dan Rafael sudah bersahabat lama, jauh sebelum kami berdua menikah. Bisa dibilang Rafael sudah seperti keluargaku sendiri!“
“Bagaimana dengannya sendiri?“
“Rafael? Tentu saja dia sudah menganggapku sebagai saudaranya sendiri!“
“Kau yakin sekali.“
“Tentu saja aku yakin. Rafael itu orang yang sangat baik dan menyenangkan. Kau tahu kalau bukan karena dia, aku tidak akan bisa ada disini sekarang ini!“
“Apa maksudmu?“
Linda tersenyum simpul.
“Sudahlah, tidak perlu kubahas, apalagi denganmu. Jam berapa kita akan menemui ayahmu?“
“Jam berapa saja boleh.“
“Tapi tadi katanya …“
“Lebih baik kita datang lebih awal ‘kan!? Apa kau lebih suka datang terlambat?“
“Tentu saja tidak!“
“Untuk menghemat waktu, aku akan mandi dirumahmu.“
Kening Linda mengerut, “Baiklah,“ katanya pada akhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Download
Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Comments