Sorry! Goodbye...

Sorry! Goodbye...

Pertama dan yang paling utama

Viona, seorang wanita yang akan hampir mendekati kata Selesai dalam studinya. Dia berjuang dalam skripsinya agar tak banyak coretan dalam revisi skripsi.

Dia tetap berjuang agar sang Ibu yang sakit-sakitan bisa melihatnya meraih gelar S1 nya sebagai seorang guru. Cita-cita yang ditumbuhkan almarhum Sang Ayah dalam hatinya sedari kecil.

Ibu Viona tinggal di kampungnya. Sementara Viona berada jauh dengan jarak sekitar 4 jam yang harus di tempuh untuk bisa sampai di tempatnya berjuang menuntut ilmu.

Viona memiliki seorang kekasih yang sangat mencintainya. Farel, yah dialah kekasih Viona. Kekasih yang sangat over protective dengan Viona. Bahkan, Viona tak pernah ikut organisasi intra maupun ekstra yang ada di kampusnya. Padahal baru sekitar 6 bulan mereka memulai hubungan tersebut.

Kedua orangtua Farel adalah seorang Aparatur Sipil Negara, mereka juga bisa dibilang orang terpandang dengan bisnis usaha dalam bidang pertanian. Yang berbeda dengan orangtua dari mama Farel yang merupakan pengusaha tambang batubara.

............................

"Viona, kita harus segera menikah. Mama dan Papaku akan segera pergi ke rumahmu untuk melamarmu." Jelas Farel

"Rel, kamu kan tahu. Aku sedang sibuk-sibuknya dengan akhir studi. Apa hal itu tidak akan menghambat pernikahan kita?" Jawab Viona

"Tidak, aku hanya ingin segera bersamamu. Tanpa rasa hawatir saat berpisah. Karna aku yakin, saat kita sudah menikah tak akan ada lelaki buaya di luar sana yang berani mendekatimu." Jelas Farel kembali

Yah, Viona memang gadis muda yang cerdas, ditambah dengan wajahnya yang manis dan cantik. Membuat laki-laki lain bahkan teman prianya ingin mendapatkan hatinya. Namun, Viona tetap menjaga hatinya untuk kekasihnya yang akan menikahinya. Farel.

Tiba-tiba, ponsel Viona berdering.

"Ya, ada apa?" Tanya Viona melalui ponselnya

Farel pun menatap Viona dengan keadaan bingung. Dan tiba-tiba dengan sigap Farel menangkap tubuh Viona yang tak seimbang.

"Ada apa Viona?" Tanya Farel

"Ibuku" jawab Viona kemudian ia tak sadarkan diri.

.................

Farel dan Viona hampir sampai di kediaman ibu Viona setelah melalui sekitar 4 jam perjalanan yang meletihkan hati jiwa dan raganya.

Dengan mata yang sembab ia dengan langkah yang gontai turun dari mobil yang sudah tiba di depan rumahnya.

Rumah yang penuh kenangan Ibunya yang menjemput kepulangan Viona saat Viona berlibur di rumah kesayangannya. Pintu rumah yang selalu menjadi tempat Ibu Viona bersandar menunggu Viona naik ke tangga kecil rumahnya untuk mencium telapak tangan ibunya. Viona melihat Ibunya dengan senyum yang selalu menjadi obat kegalauan hatinya saat merindukan Ayahnya setelah Ayahnya tiada.

"Mari masuk Viona!" Nenek tersenyum dengan wajah yang dibekasi air mata.

Viona menguatkan hati dan langkahnya di ikuti Farel di belakangnya. Tiba-tiba ia berhenti di depan pintu rumahnya. Air matanya kembali tertahan di pelupuk matanya.

"Di sini di pintu ini. Harusnya ibu menjemputku dengan senyumnya. Di pintu ini biasa ku raih jemari Ibu, ku cium telapak tangan Ibu." Batin Viona

"Masuk nak, Ibu sedang menunggumu" Titah Sang Nenek kembali

Viona mengucapkan salam yang di jawab oleh banyak orang yang berada di rumah Ibunya.

Langkah Viona terhenti, saat seseorang yang ia harapkan menantinya di depan pintu rumahnya kini tertidur dengan di tutupi kain putih di sekujur tubuhnya.

Tubuh itu tak lagi menyambutnya dengan senyuman yang sangat ia harapkan. Tubuh itu berada di sekitaran orang yang sedang membacakan ayat-ayat yang bisa memberikan ketenangan pada Ibunya untuk kembali pada Yang Kuasa.

Dengan perlahan, Viona melangkahkan kakinya mendekati tubuh yang mulai dingin dan kaku tertutup oleh kain putih itu.

Dia duduk, dan dengan perlahan membuka kain putih yang menutupi wajah yang sangat ia rindukan....

"Ibu, Ibuku !!!" Panggil Viona dalam batinnya.

"Benarkah Ibu akan pergi? Benarkah ini ibuku? Apa benar aku ditakdirkan untuk menjadi yatim piatu? Ini sungguh berat untukku Ibu." tambah viona dalam tangisnya

...............

"Separuh jiwaku yang tersisa kini benar-benar telah tiada. Mutiaraku Yang Hilang. Ku ikhlaskan kepergianmu Ibu, biar ku tengadahkan jemariku sembari berdoa pada Tuhan, semoga engkau tenang di sisi-Nya. Semoga Tuhan tak memberikanmu sakit lagi di sana. Ibuku, Mutiaraku Yang Hilang. Jika selepas hari ini, esok, lusa, atau di hari lain kau lihat aku menangis, aku tersakiti dan menderita, tolonglah ibu. Bawa aku bersamamu! Namun, jika luka di hari nanti adalah jalan untukku menemukan kembali Mutiaraku Yang Hilang, semoga engkau dan Ayah meridhoi setiap langkahku." sepenggal doa Viona

Selepas Viona memanjatkan doa untuk Ibunya, dipeluknya nisan sang Ibu dengan erat, seolah ia tahu bahwa Ibunya sedang berada disampingnya memeluknya jua.

"Viona, ayo! Kita pulang ke rumah Ibu, biarkan Ibu beristirahat dengan tenang." Seru Sang Nenek

"Nek, berjanjilah untuk tetap sehat dan temani Viona hingga Viona benar-benar mengerti apa arti hidup ini. Jangan tinggalkan Viona dalam keadaan bimbang dan belum mengerti apa tujuan hidup sebenarnya. Selama ini, semangat hidup Viona tertuju pada Ibu. Kini, Ibu pulang. Ibu lebih dulu pulang. Aku mohon Nek untuk tetap sehat dan temani aku."Ucap Viona

Sang Nenek memeluk erat cucu kesayangannya.

"Biar Tuhan yang akan memberikan jawaban dari setiap doa dan harapanmu Viona. Jangan hawatirkan sesuatu yang belum terjadi. Hadapi hari ini. Hidupmu hari ini adalah takdir. Namun melangkah kedepan adalah pilihan. Maka, selesaikanlah apa yang di harapkan Ibumu. Buat Ibu bangga denganmu sayang." Nasihat nenek untuk Viona

3 bulan kemudian.

Hari yang dinantikan Viona pun tiba. Dan sidang skripsinya pun berjalan dengan lancar dihadiahi pujian serta nilai memuaskan dari dosen pembimbing dan pengujinya.

Vionapun keluar ruangan sidang dengan wajah bahagia, namun di sudut matanya ada linangan air mata yang tertahan kemudian menetes.

"Ibu, hari ini 1 langkah ku selesaikan dengan baik. Semua berkat doamu Ibu." Batin Viona

"Banyak selamat sayang, semoga ilmu mu berkah untuk semua!" Ucap Farel

"Terimakasih Farel, terima kasih sudah menemaniku hingga hari ini." Kata Viona

"Hari ini, Mama dan Papa akan ke rumah Ibu. Sekarang, kita pulang, berkemas dan bergegas. Mereka menunggu kita." Tambah Farel

4 jam perjalan yang di lalui, tibalah Viona dan Farel di rumah almarhum Ibu Viona.

"Nenek, Viona pulang!" Dengan wajah yang gembira Viona memasuki rumah.

Tanpa sepengetahuan Viona, ruangan tamu sudah di hias oleh Nenek serta Mama Papa dari Farel. Mereka merayakan bersama keberhasilan Viona, sekaligus membahas tentang pernikahan Viona dan Farel 3 minggu ke depan yang memang sudah di rencanakan sejak sebelum Ibu Viona meninggal.

"Viona, maukah kau menikah denganku?" Tanya Farel di depan keluarga Viona serta Mama Papanya.

"Apakah kau akan menyayangiku setulus hatimu?" Tanya Viona

Pertanyaan Farel dibalas dengan Pertanyaan kembali oleh Viona.

"Yah, alasan apa yang ku miliki sehingga aku harus menyakitimu? Aku akan menjadi suami yang bertanggung jawab untukmu Viona." Jawab Farel

"Baiklah, semoga Tuhan serta Ayah Ibuku merestui kita". Timpal Viona

Acara pernikahanpun telah digelar dengan cukup sederhana.

Mengingat belum lama kematian Ibu Viona. Viona tidak ingin menimbulkan cerita buruk di hadapan tetangga jika harus mengadakan resepsi yang mewah.

Di hari pernikahan Farel, kakak perempuan Farel "Fani" pun datang untuk memberikan restu kepada adik serta iparnya Viona.

Fani sudah menikah dengan seorang pengusaha di daerah mereka. Suami Fani "Bram" memiliki beberapa cabang Cafe yang sangat dikenal.

"Banyak selamat Farel dan Viona, semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia serta segera di karuniai bayi kecil dalam rahimmu Viona. Dan untukmu Farel, semoga bisnismu semakin berkembang yah" Ucap Fani sambil memegang tangan Viona dan Farel

"Aamiin. Makasih banyak ka Fani. semoga Tuhan ijabah doa yang baik." ucap Viona

Farel tidak bekerja seperti Papa Mamanya, namun Farel lebih memilih mengikuti kakeknya mengolah perusahaan Tambang Batu Bara milik kakeknya.

*Ternyata yah readers, Papa Mamanya Farel dulunya tidak mendapatkan restu dari kakeknya. Kakek Farel bernama Jamal, ayah dari mamanya Farel. (Begitu ceritanya. hehehehe)

sebelum menikah, Papa Mamanya Farel memang sudah bekerja sebagai ASN di Kantor Daerah. Nah, dari situlah timbul benih cinta antara Papa Mamanya Farel. Hingga akhirnya Mamanya Farel "Tante Bunga" memilih meninggalkan rumah dan menikahi Papanya Farel "Om Taufik.

yah, begitulah singkat cerita tentang Mama dan Papanya Farel

Setelah acara resepsi berakhir, Farel mengajak Viona berbulan madu di salah satu hotel yang sudah di pesan terlebih dahulu oleh Farel.

sesampainya di kamar hotel...

Viona kagum dengan dekorasi kamar hotel tersebut, hiasan kelopak bunga mawar di tempat tidur, yang jelas tanpa duri yah hehehehe

Saat Farel akan menarik tangan Viona, Viona menahan tangannya.

"Rel, aku mandi dulu yah. Bau acem nih." Ucap Viona disertai canda untuk suaminya yang baru saja halal bersamanya

"Boleh aku ikut?" Goda Farel

"Ah, enggak ah. Mana bisa kamu ikut aku!" Viona pun berlari meninggalkan Farel yang sudah mulai berangan-angan

"Lama sekali sih Viona." gerutu Farel yang sedang duduk di sofa..

-bersambung

hi readers...

untuk kisah Viona dan Farel, baru saja akan di mulai kisah yang sebenarnya dalam episode berikut.

mohon krisan yang membangun yah 🙏🤩

Terpopuler

Comments

Little Peony

Little Peony

Halooo Thor salam kenal dari Crushed by CEO dan Shadow ya

2021-08-07

2

Emma The@

Emma The@

Salam cinta dari Cinta CEO untuk Gadis Butik...Semangat terus up nya kak...

2021-07-20

0

akubukankamu

akubukankamu

menyimak

2021-07-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!