Bab 19

"aaaa..." Jerit Aqilla spontan.

Tubuh Aqilla dengan cepat ditanggap oleh orang tersebut, kalau tidak ia akan terhempas ke lantai.

" Aahh, terima kasih tuan. Maa ..." Aqilla terkejut ketika melihat wajah orang yang telah menolongnya.

" Kamu tidak apa-apa?".

Pria tersebut adalah Akhtar, ia juga baru saja selesai dari kamar mandi. Disaat berjalan keluar, tiba-tiba punggungnya merasakan ada yang menabraknya.

" Tu tu tu...an. " Aqilla langsung menghempaskan tangan Akhtar, raut wajah Aqill langsung berubah ketakutan.

" Aqilla!!". Akhtar pun juga kaget, melihat wanita yang ia tolong adalah Aqilla.

" Aaa..aa terima kasih " Aqilla langsung berlari menjauhi Akhtar dengan tetesan airmata. Ia merasa trauma bertemu Akhtar, akibat dari peristiwa lalu.

" Tunggu, hei..." Melihat Aqilla yang berlari, Akhtar segera mengejar Aqilla.

" Me mey, kita pulang sekarang ya. Ayok, cepetan Mey." Aqilla sedikit memaksa Mey untuk segera keluar dari sana.

" Ada apa Qilla? Tunggu dulu." Mey merasa heran dengan sikap Aqilla.

Belum sempat Aqilla menjelaskan, tangannya ditarik oleh Akhtar yang sebelumnya telah mengejarnya.

Mey pun sangat terkejut, melihat kehadiran Akhtar disini.

" Lepaskan tuan, lepas." Aqilla memberontak, mencoba untuk melepaskn tangannya dari genggaman Akhtar.

Jason melihat ke arah sumber suara, ia melihat bosnya sedang menggenggam tangan seorang wanita. Namun tak kalah mengejut, Jason melihat wanita yang sedang beradu mulut dengan bosnya itu adalah Aqilla.

" Tuan !!!." Jason mendekat.

" Jas, kau urus temannya Aqilla ini. " Titah Akhtar pada Jason. Dan dijawab oleh Jason dengan Anggukkan.

" Tuan, lepaskan tuan. Sakit, tangan saya sakit. Tolong, tolong jangan siksa saya. Saya mohon tuan, jangan siksa saya. Ampun tuan, tolong lepaskan saya." Aqilla terus mencoba untuk melepaskan tangan Akhtar.

Semua perhatian orang-orang yang berada didalam restoran tersebut, tertuju pada Akhtar dan Aqilla. Bukannya menghentikan tindakannya, namun Akhtar semakin kuat menarik tangan Aqilla untuk ikut dengannya.

" Lepaskan tuan, tolong lepaskan. Jangan lakukan lagi tuan, saya mohon. Lepaskan saya." Aqilla sudah berderaian airmata dan tubuhnya terseret dilantai.

Akhtar melihat Aqilla sudah berada di atas lantai, tanpa ragu ia menggendong tubuh Aqilla dan berjalan menuju mobilnya. Aqilla terus memberontak agar dilepaskan, namun tenaga Akhtar lebih kuat daripadanya. Saat berada didalam mobil, ketakutan Aqilla semakin menjadi. Dengan kecepatan maximum, Akhtar mengendarai mobilnya hingga sampai dirumahnya.

" Tuan, jangan. Tolong lepaskan!". Aqilla menarik-narik tangannya agar terlepas.

Akhtar masih diam dan terus menarik tangan Aqilla, hinga mereka berdua masuk kedalam rumah milik Akhtar. Melihat ruamah tersebut, membuat Aqilla menjadi gemetar sangat kuat. Tubuhnya merosot ke lantai dan bayangan di saat ia menerima perlakuan yang tidak menggenakan dari Akhtar, kembali hadir. Ia merasakan sakit kepala yang sangat hebat dan detak jantungnya sangat cepat, nafas Aqilla sudah sangat sesak.

" Aqilla ." Akhtar memeluk tubuh Aqilla.

" To to long le lepaskan. Jangan pu pukul saya. " Mata Aqilla semakin berat.

" Aqilla, bangun. Jangan tidur Aqilla, saya mohon bangun. Maafkan saya, maafkan saya !"Akhtar menjadi panik.

Akhtar menggambil ponsel yang berada di saku jasnya, dengan segera menghubungi Evan.

" Kerumah gue SEKARANG!!! sepuluh menit, kalau tidak. Habis kau!!!." Dengan nada tinggi Akhtar menelfon Evan.

" Aissh, nasib nasib punya saudara mafia kayak gini. Ups, keceplosan gue." Evan langsung menggambil kunci motornya, kalau pergi dengan menggunakan mobil, sepuluh menit bisa membuat nyawanya melayang oleh Akhtar.

Akhtar memegang tangan Aqilla dan menggusapnya perlahan, menatap wajah wanita yang sudah membayanginya disetiap waktu.

" Maafkan saya, kamu kayak gini karena saya. Maaf, maaf." Tak terasa ada buliran air yang keluar dari sudut mata Akhtar, dengan cepat pula ia menghapusnya.