Kabar yang baik

Walau dengan susah payah akhirnya mereka sampai juga di jalan besar, jalan yang suka di lalui oleh angkutan umum.

"Ya Allah... Aaarggh... Aduuuh..." Bunga meringis menahan sakit yang makin menjadi.

Keinginannya untuk buang air kecil makin mendesaknya.

Namun air seni yang diharapkan keluar itu, tak menetes sama sekali, apalagi menggelontor seperti biasanya.

Terasa bagaikan ada yang menghalanginya. Namun, entah apa?

Bagaikan ada sumbatan yang sangat kuat di sana.

" Yang kuat ya sayang, Sebentar lagi angkutan umum pasti lewat, sabar ya sayang." Angga mengusap keringat dingin yang membanjiri wajahnya Bunga.

Bunga hanya meringis tak berkomentar apa-apa.

Sakit yang menderanya membuat dia malas bicara.

Yang di harapkannya sa'at itu hanyalah angkutan umum yang segera tiba, dan membawanya ke rumah sakit, agar dia segera terbebas dari semua Penderitaan yang tengah dia rasakan sa'at itu.

Setelah kira-kira setengah jam kemudian, angkutan umum yang di tunggu-tunggu pun akhirnya datang juga.

Ada sedikit bahagia terpancar di wajah mereka.

" Alhamdulillah ya Allah..." Ucap keduanya lirih.

" Ayo sayang...!" Angga membantu isterinya untuk masuk ke kendaraan tersebut.

Namun, terlihat begitu susahnya Bunga untuk mengangkat kakinya.

" Sebentar Bang sopir, Isteriku sedang sakit." Ucap Angga.

" Sebentar ya semuanya... " Ucapnya lagi kepada seluruh penumpang yang ada di kendaraan itu.

" Sakit apa mbak?.." Tanya salah seorang penumpang.

" Dia enggak bisa buang air kecil." Jawab Angga lagi.

" Mari saya tolong." Sopir menawarkan bantuannya.

Dengan di bantu sopir dan seorang penumpang, akhirnya Bunga bisa mengangkat kakinya dan masuk ke dalam mobil angkutan umum itu.

" Te... Terima... Kasih... Se... Se... Semuanya..." Ucap Bunga dengan terputus-putus.

Matanya sayu dengan wajah yang pucat pasi dan tubuhnya yang lemah tak berdaya, dia terkulai di dada Suaminya.

" Iya sama-sama mbak, segera sembuh ya!" Ucap seluruh penumpang mendo'aka nya.

" Terimakasih banyak atas do'a dan bantuannya." Angga yang membantu menjawabnya. Karena Bunga sudah tak kuat lagi nampaknya.

" Aaaaaaw.... Sakiiiit..." Bunga menjerit lirih, ketika ban mobil menapaki jalan yang berlobang.

" Ma'af Mbak ma'af! Jalannya pada jelek, jadi susah untuk di pilih." Ujar sopir baik hati itu.

" Enggak perlu minta ma'af Bang, ini bukan salah Abang." Angga berucap.

Di usapnya tetesan air mata isterinya dengan penuh kasih sayang.

" Pelanin aja Bang kendaraannya, kasihan si Nengnya kesakitan." Ucap seorang Ibu-ibu paruh baya.

" Iya Bang pelanin aja..." Sahut yang lainnya juga.

" Kalau jalannya pelan, nanti semuanya jadi terlambat, bagaimana?" Angga merasa tidak enak hati.

" Enggak apa-apa... Kami kasihan melihatnya sangat menderita begitu." Jawab mereka serempak.

Membuat Angga dan Bunga terharu.

Tak terasa tetesan bening itu menetes di pipinya.

" Terimakasih atas kebaikan semuanya, kami telah berhutang budi pada kalian semua." Ucap Angga lirih.

" Tidak usah dipikirkan, kita sesama manusia harus saling membantu." Ucap seorang pria yang duduk di samping Angga.

" Iya, iya betul itu." Sahut yang lainnya pula.

" Berhenti di sini ya Bang!" Abang sopir memberhentikan laju kendaraannya.

" Iya Bang... Alhamdulillah sudah sampai." Ucap Angga.

"Ayo sayang, kita sudah sampai."

Ucapnya pada Isterinya.

Tanpa di minta lagi, Abang sopir dan penumpang angkutan itu, membantu menolong Bunga yang tengah kesulitan untuk keluar dari dalam kendaraan itu.

Dengan sigapnya, Satpam Rumah Sakit itu segera menghampirinya dengan membawa kursi roda di tangannya.

" Terimakasih semuanya." Ucap Angga, setelah Bunga duduk di kursi roda.

Dengan cekatan pula, Pak Satpam itu mendorongnya untuk di bawa masuk ke ruang periksa.

"Sama-sama... Cepat sembuh ya mbak..." Para penumpang angkutan umum itu mendo'akan kesembuhan untuk Bunga, yang membuat Angga begitu terharu.

"Ternyata masih ada orang-orang yang baik di sekitar kita, ini semua bantuan dariMu ya Allah

Terimakasih." Gumam Angga sambil bergegas menyusul isterinya ke ruang periksa.

" Bagaimana Isteri saya, dokter?"

Tanya Angga tidak sabar.

"Sepertinya ada yang menyumbat pada lobang saluran kencingnya. Dengan di pasangin kateter pasti air seninya akan keluar dengan lancar. Bapak harap tenang ya." Kata dokter ramah.

" Baik dokter, saya ingin isteri saya segera sembuh." Sahutnya.

"Ibu... Bersedia kan kalau kami pakaikan kateter?..." Perawat bertanya dulu pada Bunga, Sebelum dia memakaikan alat itu.

" Iya... Yang... Pen... Ting... Saya sembuh." Ucap Bunga terbata-bata.

" Pasti sembuh, ibu tenang ya... Enggak sakit kok." Ujar perawat cantik itu, sambil tersenyum dia memasangkan alat itu.

" Aaaaaw.... Sakit...  Suster." Bunga menjerit.

" Cuma sebentar Buu, kalau sudah terpasang dengan benar, nanti air seninya Ibu akan keluar dengan lancar. Tahan ya Bu ya..."

Ucapnya lagi, sabar.

Dengan tetesan airmata, Bunga mencoba untuk menahan segala rasa sakit yang dia derita sa'at itu.

Beberapa detik kemudian, air seninya Bunga nampak mengalir deras melalui selang kecil, dan untuk kemudian di tampung di sebuah ember yang di letakkan di samping tempat tidur pasien.

Tidak menunggu lama, hanya hitungan menit saja, ember plastik warna hitam itu sudah hampir penuh oleh air seninya Bunga.

Segera perawat itu menggantikannya dengan ember yang baru.

Dan... Tak lama kemudian ember barupun sudah mulai terisi lagi.

Setelah ember yang kedua isinya

Sudah setengahnya, barulah air seni yang keluar itu mulai berhenti.

Kini hanya tinggal tetesan demi tetesan yang keluar dari selang kateter itu.

Wajah Bunga kini mulai berseri lagi, kecemasan sudah hilang dari wajahnya.

" Bagaimana Buu?... Sudah merasa lega sekarang?..." dokter spesialis kandungan yang ganteng itu bertanya dengan ramahnya.

" Alhamdulillah dokter saya merasa lega sekarang." Bunga menjawab dengan lancar, tidak terlihat meringis kesakitan lagi.

" Penyakitnya apa ya dokter?..." Angga menanyakan tentang penyakitnya, dia merasa penasaran.

"Kalau biasanya ini kencing batu, karena butiran- butiran yang biasanya menyumbat dan menghalangi jalan keluarnya air seni. Tapi... Biasanya kalau seorang pasien menderita penyakit kencing batu, air seninya suka keruh, warnanya sedikit kecoklatan. Kalau air seninya Ibu Bunga, jernih tidak keruh. Ini yang membuat saya merasa agak heran." Tutur dokter, sedikit merasa keheranan.

"Lalu?... Saya kenapa dokter?..." Tanya Bunga ingin tahu Penyakit apa yang telah di deritanya.

"Baiklah, saya periksa dulu ya Buu. Suster tolong di lepaskan saja kateternya." Perintah dokter kepada Suster Sebelum dia memeriksakannya.

Tak lama kemudian, wajah dokter yang ganteng itu tersenyum manis, seperti menemukan sesuatu yang menggembirakan.

" Selamat ya Ibu, Bapak. Kalian Sebentar lagi akan punya seorang bayi mungil." Ujarnya sambil mengulurkan tangannya hendak berjabatan tangan nampaknya.

Angga dan Bunga saling tatap- tatapan antara percaya dan tidak.

" Benarkah itu dokter?..." Agak bergetar suara bunga karena terdorong perasaan bahagia.

" Iya Ibu... Sekali lagi selamat ya... Ibu jaga kandungan Ibu  dengan baik, semoga kejadian yang seperti tadi tidak terulang lagi." Sang Perawat cantik itupun menimpali.

" Nah... Sekarang Ibu boleh pulang, ini saya kasih resep vitamin untuk menjaga janin yang ada di rahim Ibu." Ujar dokter lagi sembari nenyodorkan sehelai kertas resep kepada Angga.

" Terimakasih dokter, suster kami permisi." Ucap keduanya.

" Silahkan silahkan... Hati-hati ya Bu Pak. Tolong di jaga kandungnya." Suster mengingatkan.

Angga dan Bungapun berlalu dari Rumah Sakit itu, setelahnya mereka menebus resep dari Apotik yang ada di Rumah Sakit itu.

Mereka berlalu dengan wajah yang berseri-seri karena diliputi perasaan yang sangat bahagia.

Terutama Bunga, yang telah sekian lama menantikan kehadiran sang buah hati.

Terpopuler

Comments

pxtrq_

pxtrq_

memang sih, kalau buang air terus ga keluar tuh kek rasanya aneh bangat😂

2021-10-05

0

anggita

anggita

mau dapat bayi.,

2021-06-21

0

Dhina ♑

Dhina ♑

Alhamdulillah....kalau ada kabar baik yang datang 🙏🙏🤗🤗

2021-06-08

0

lihat semua
Episodes
1 Suara Gaduh Di Atas Atap
2 Penebangan Pohon Beringin
3 Pembangunan Rumah
4 Suara Misterius
5 Bayangan Hitam di Teras Rumah
6 Ketukan di tengah malam
7 Penghuni baru
8 Sakit Gigi yang Aneh
9 Orderan pembawa bencana
10 Hilangnya beberapa potong rompi
11 Cipratan darah
12 Percikan darah yang sama
13 Karena rasa iri dan dengki
14 Serasa ditimpa balok es
15 Suara Ayam menggelepar di tengah malam
16 Yang mengendap-ngendap di halaman
17 Mengigau
18 Setelah Shalat Subuh
19 Kabar yang baik
20 MIOM
21 Di anjurkan untuk operasi
22 Melarikan diri
23 KTP di tahan
24 Suara ribut di dapur.
25 Makhluk aneh bermahkota.
26 Ular yang bermahkota
27 Tak sadarkan diri
28 Mau pindah rumah.
29 Kuburan zaman dulu
30 Lepas dari penampakkan
31 Mengundang makhluk halus.
32 Suara Cicit anak ayam di tengah malam.
33 Mimpi di datangi Genderewo.
34 Ambisi yang terbawa pingsan.
35 Tak sadarkan diri
36 Kepulan asap dan bau kemenyan.
37 Yang mengendap-ngendap di kuburan tua.
38 Ternyata Eyang Kurdi
39 Akhirnya
40 Pindahan
41 Ritual Sajenan
42 Tidak seperti yang di harapkan
43 Serakah
44 Terpental ke dinding.
45 Rencana Eyang Kurdi
46 Terhempas angin Aneh
47 Terhempas di sudut ruang tamu
48 Asap putih di tengah malam
49 Di lilit Ular siluman
50 Sawan
51 Ambisi yang menyiksa diri
52 Rencana Eyang Kurdi
53 Mencari kepala kerbau
54 Rencana baru Eyang Kurdi
55 Senjata makan Tuan
56 Kena batunya
57 Pesan dari Hindun
58 Eyang Kurdi mencari informasi
59 Eyang Kurdi ngancam
60 Mencari Eyang Kurdi
61 Mbah Jentang ingin bertobat
62 Eyang Kurdi yang keras kepala
63 Kalah cepat
64 Tak jadi pindahan
65 Eyang Kurdi Stroke Ringan
66 Terpeleset di malam gelap gulita
67 Di perempatan jalan.
68 Sumpah Eyang Kurdi
69 Terpeleset di malam gelap gulita
70 Tergeletak di antara rumpun bambu
71 Sangat mengenaskan
72 Tumpah Darah
73 Tergenang air
74 Malam yang mencekam
75 Ngemitan
76 Dilema
77 Penampakkan Eyang Kurdi
78 Mimpi Mbah Jentang
79 Penampakkan Genderewo.
80 Pengakuan Sumarna
81 Saran dari pak Ustadz Sulaeman.
82 Pengajian
83 Setelah acara selesai
84 Ternyata...
85 Setelah beberapa bulan kosong
86 Sosok putih di ruang tengah
87 Penampakkan itu muncul lagi
88 Pintu yang terbuka sendiri
89 Jadi Penasaran
90 Penampakkan di samping kusen pintu.
91 Dalam genggaman
92 Permata merah delima
93 Mawar yang terpilih.
94 Tak bisa menolak
95 Bi Irah kerasukan
96 Bau amis yang menyengat
97 Ngungsi
98 Raibnya Mustika merah delima.
99 Kena hipnotis.
100 Karena pancaran sinarnya.
101 Mau di jadikan Musholla.
102 Nama untuk Musholla baru.
103 Musholla Nurul Iman.
104 Teriakan Mawar.
105 Rumah angker tak ada lagi.
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Suara Gaduh Di Atas Atap
2
Penebangan Pohon Beringin
3
Pembangunan Rumah
4
Suara Misterius
5
Bayangan Hitam di Teras Rumah
6
Ketukan di tengah malam
7
Penghuni baru
8
Sakit Gigi yang Aneh
9
Orderan pembawa bencana
10
Hilangnya beberapa potong rompi
11
Cipratan darah
12
Percikan darah yang sama
13
Karena rasa iri dan dengki
14
Serasa ditimpa balok es
15
Suara Ayam menggelepar di tengah malam
16
Yang mengendap-ngendap di halaman
17
Mengigau
18
Setelah Shalat Subuh
19
Kabar yang baik
20
MIOM
21
Di anjurkan untuk operasi
22
Melarikan diri
23
KTP di tahan
24
Suara ribut di dapur.
25
Makhluk aneh bermahkota.
26
Ular yang bermahkota
27
Tak sadarkan diri
28
Mau pindah rumah.
29
Kuburan zaman dulu
30
Lepas dari penampakkan
31
Mengundang makhluk halus.
32
Suara Cicit anak ayam di tengah malam.
33
Mimpi di datangi Genderewo.
34
Ambisi yang terbawa pingsan.
35
Tak sadarkan diri
36
Kepulan asap dan bau kemenyan.
37
Yang mengendap-ngendap di kuburan tua.
38
Ternyata Eyang Kurdi
39
Akhirnya
40
Pindahan
41
Ritual Sajenan
42
Tidak seperti yang di harapkan
43
Serakah
44
Terpental ke dinding.
45
Rencana Eyang Kurdi
46
Terhempas angin Aneh
47
Terhempas di sudut ruang tamu
48
Asap putih di tengah malam
49
Di lilit Ular siluman
50
Sawan
51
Ambisi yang menyiksa diri
52
Rencana Eyang Kurdi
53
Mencari kepala kerbau
54
Rencana baru Eyang Kurdi
55
Senjata makan Tuan
56
Kena batunya
57
Pesan dari Hindun
58
Eyang Kurdi mencari informasi
59
Eyang Kurdi ngancam
60
Mencari Eyang Kurdi
61
Mbah Jentang ingin bertobat
62
Eyang Kurdi yang keras kepala
63
Kalah cepat
64
Tak jadi pindahan
65
Eyang Kurdi Stroke Ringan
66
Terpeleset di malam gelap gulita
67
Di perempatan jalan.
68
Sumpah Eyang Kurdi
69
Terpeleset di malam gelap gulita
70
Tergeletak di antara rumpun bambu
71
Sangat mengenaskan
72
Tumpah Darah
73
Tergenang air
74
Malam yang mencekam
75
Ngemitan
76
Dilema
77
Penampakkan Eyang Kurdi
78
Mimpi Mbah Jentang
79
Penampakkan Genderewo.
80
Pengakuan Sumarna
81
Saran dari pak Ustadz Sulaeman.
82
Pengajian
83
Setelah acara selesai
84
Ternyata...
85
Setelah beberapa bulan kosong
86
Sosok putih di ruang tengah
87
Penampakkan itu muncul lagi
88
Pintu yang terbuka sendiri
89
Jadi Penasaran
90
Penampakkan di samping kusen pintu.
91
Dalam genggaman
92
Permata merah delima
93
Mawar yang terpilih.
94
Tak bisa menolak
95
Bi Irah kerasukan
96
Bau amis yang menyengat
97
Ngungsi
98
Raibnya Mustika merah delima.
99
Kena hipnotis.
100
Karena pancaran sinarnya.
101
Mau di jadikan Musholla.
102
Nama untuk Musholla baru.
103
Musholla Nurul Iman.
104
Teriakan Mawar.
105
Rumah angker tak ada lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!