Dua bulan kemudian, waktu itu sekitar jam lima pagi setelah Bunga selesai Shalat Subuh.
Dia ingin buang air kecil.
Dia bergegas ke kamar mandi.
Dia tidak melakukan wiridan seperti biasanya karena sudah tidak tahan lagi.
Namun entah kenapa, air kencingnya tidak keluar-keluar. Padahal dia ingin sekali buang air kecil.
Karena jongkok beberapa lama, dia merasakan pegal yang lumayan.
Bunga segera kembali ke ruang tengah, perasaan ingin buang air kecil itu, semakin menjadi-jadi. Diapun segera kembali ke kamar mandi lagi.
Begitu seterusnya hingga beberapa kali.
Angga yang tengah wiridanpun merasa kaget dengan tingkah isterinya itu.
"Kamu kenapa bolak-balik terus ke kamar mandi?" Tanyanya, sambil bergegas bangkit dari tempat duduknya, dan segera menghampiri Isterinya.
" Aku enggak bisa buang air kecil, padahal perasaan ingin buang air kecil itu sudah sangat mendesak, sakit sekali rasanya."
Bunga meringis kesakitan.
Dia memegangi perutnya dengan tubuh yang membungkuk menahan sakit.
" Kok bisa begini? Emangnya tadi kamu makan atau minum apa?.." Angga bertanya Khawatir.
"Enggak makan apa-apa, aku tadi cuma minum air hangat." Ucapnya sambil meringis karena kesakitan.
"Coba sekarang minum teh hangat! Sebentar, aku buatin dulu teh hangatnya." Angga bergegas ke dapur membikin teh hangat untuk isterinya.
"Ini teh hangatnya, ayo di minum dulu." Ujarnya, tak lama kemudian.
Secangkir teh hangat langsung di minumnya sampai habis tak bersisa.
Setelah menyimpan cangkirnya, tiba-tiba perasaan ingin buang air kecil itu datang lagi, kini semakin kuat rasanya, seakan sudah di ujung.
Tetapi, tak setetes pun yang keluar.
Keadaan itu membuat Bunga merasa semakin tersiksa saja.
" Aduuh.... Aaah.. Sakit sekali." Rintihnya memelas.
Perasaan ingin buang air kecil itu makin kuat, makin menyeruak.
"Coba minum air hangat pakai madu. Iya, air hangat pakai madu." Ucapnya lagi.
"Ini cepat minum air madu hangatnya!" Ujarnya lagi.
Segelas besar air madu hangat sudah masuk ke dalam perutnya.
Tapi, tetap belum bisa melancarkan buang air kecilnya.
Angga membawa seteko penuh air hangat madu.
"Coba minum lagi air madu hangatnya." Ujar Angga lagi, diapun menuangkannya ke gelas besar tadi yang sudah kosong.
Bukan segelas atau dua gelas, Bunga meminum air madu hangat itu.
Perutnya terasa penuh oleh air.
Membuat Bunga susah untuk melangkahkan kakinya.
Diapun terduduk sambil menahan rasa sakit yang makin menjadi.
" Makin sakit, Bang... Aku sampai enggak bisa melangkah." Rintihnya.
"Gimana ini?... Sebentar, Aku mau ke Ibu dulu.' Katanya panik.
"Bu... Bu Heni... Itu Isteriku enggak bisa buang air kecil. Tolong Bu." Angga memohon.
"Coba kasih air hangat!" Ujarnya.
"Sudah Bu, Malahan sudah saya kasih air madu hangat. Tapi, masih tetap sakit dan makin susah buang air kecilnya." Angga panik.
" Cari air kelapa muda, kalau ada kelapa muda yang hijau." Ujar Bu Heni.
"Iya Bu, saya mau nyari air kelapa muda dulu. saya titip Isteri saya dulu, Bu." Bergegas Angga pergi untuk mencari air kelapa muda.
Bu Heni segera bergegas menemani Bunga yang tengah merintih kesakitan.
" Sudah minum air hangat yang banyak?" Tanyanya.
" Sudah habis satu teko, Bu." Bunga menunjuk teko yang sudah kosong di sampingnya.
" Suamimu lagi nyari air kelapa muda dulu buat obat kamu." Bu Heni berujar.
" Iya Bu..." Bunga meringis lagi dalam deritanya.
Satu teko yang berisi dua liter air madu hangat, isinya sudah masuk ke perutnya Bunga. Di tambah dengan dua cangkir teh hangat dan segelas air putih hangat, sudah bersemayam dalam perutnya Bunga.
Namun, sakit yang diderita Oleh Bunga,masih belum berkurang. Malahan makin terasa sakit.
Air seni yang terasa sudah di ujung, dan hendak keluar tapi tidak kunjung keluar juga.
Menambah penderitaannya Bunga makin menjadi.
" Coba siram pakai air hangat." Bu Heni berucap lagi.
" Iyaa Buu" Bunga mencoba untuk bangkit dan berdiri, namun sedikitpun dia tak mampu melakukannya.
Karena ingin segera sembuh, Bunga akhirnya merangkak perlahan ke dapur, merebus air.
Setelah air panas, dibasuhnya dengan air hangat.
Seember air hangat sudah habis dipake nyiram Vaginanya, dengan harapan bisa buang air kecil dengan lancar.
Tetapi masih saja tidak bisa.
Bunga sudah tidak kuat lagi, wajahnya Sudah pucat pasi.
Hampir-hampiran dia tidak sadarkan diri.
Beberapa kali dia merangkak dari kamar mandi, tak lama kemudian dia roboh tak kuat lagi.
Bunga terkulai lemas di dapur, dekat pintu ke kamar mandi.
" Assalamualaikum... Neng...!" Angga berteriak dari pintu depan.
Dia langsung masuk ke rumahnya, karena Pintunya tidak di kunci.
" Neng... Bunga, bangun Bunga!"
Angga berteriak panik melihat isterinya tergelatak lemas di dapur.
Dua buah kelapa hijau yang masih muda itu di lemparkannya.
Dia segera memburu isterinya yang sudah tak berdaya itu.
Lalu, di gendongnya dan di rebahkan di karpet di ruang tamu.
" Cepat kupas kelapanya, dan segera berikan airnya." Perintah Bu Heni panik.
Dengan sigap Angga segera mengupas kelapa hingga airnya keluar, dan di tuangkannya ke dalam gelas besar.
Kemudian di berikan kepada Bunga yang terkulai tak berdaya.
Di angkatnya kepala Isterinya itu, dan setengah badannya di senderkan ke dadanya, kemudian air kelapa hijau itu di minumkannya oleh Bu Heni.
Dengan susah payah, dua buah kelapa hijau itu airnya telah masuk ke perutnya Bunga.
Bukannya ada perubahan ke arah kesembuhan.
Malah makin pucat pasi wajahnya, nampaknya Bunga semakin kesakitan saja.
"Aaaarggh... Makin sakiiiit rasa.. Nya..." Ucap Bunga dengan suara terputus-putus.
Tenggorokannya seakan tercekik.
Perutnya terasa makin besar dan berat, karena air yang di minumnya sudah terlalu banyak.
Dorongan ingin buang air kecil kian mendesak, namun anehnya tak setetes pun air yang keluar.
" Coba di angetin pakai bakaran, yaa seperti bakar genteng atau bakar kain perca saja, nanti kamu melangkah di atas bakaran itu biar hangat dari api terasa." Ujar Bu Heni lagi memberikan saran.
Bunga pun segera mengerjakan apa yang si perintahkan oleh Bu Heni.
Dia berdiri dengan posisi melangkahi api yang tengah menyala.
Sambil meringis menahan sakit.
Sedangkan di luar sana, orang-orang pada sibuk bakar sate daging Qurban.
Karena, sa'at itu kebetulan bertepatan dengan hari Raya Idhul Adha.
Setelah api padam yang ketiga kalinya, jam di dinding jarumnya telah menunjuk ke angka Setengah sepuluh.
Berarti, hampir lima jam Bunga meringis menahan rasa sakit yang luar biasa.
Makin banyak air yang di minumnya, semakin sakit terasa.
Perasaan ingin buang air kecil semakin tak tertahankan, tapi semakin susah keluar airnya, sedangkan air yang di minumnya sudah di luar batas wajar.
Bunga sudah tak kuat lagi.
" Baang... Kita ke dokter saja!" Ujarnya lirih memelas, dengan wajah yang sudah semakin pucat
pasi, bagaikan tak ada aliran darah di tubuhnya.
" Iya Neng, kita ke Rumah Sakit saja." Ujar Angga sambil menggandeng tangan Isterinya.
Di papahnya Bunga dengan penuh perhatian.
Menuju ke jalan besar yang di lalui oleh angkutan.
Jalan Gang yang berjarak sekitar dua ratus meteran, yang biasanya dia lalui hanya dalam waktu lima menit saja.
Kini, sudah hampir setengah jam tapi belum sampai juga karena menahan rasa sakit yang teramat sangat.
" Abang gendong ya..." Ujar Angga, dia tak tega melihat isterinya yang sangat menderita.
Bunga menggelengkan kepalanya, dia enggak mau di gendong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
anggita
air kelapa hijau., obat tradisional👌
2021-06-21
0
Dhina ♑
Jangan tidur lagi, usai sholat subuh. Ntar ga kebagian rejeki yang dibagikan oleh Malaikat
2021-06-08
0
Ika Sartika
bunga di guna2 kali ya oleh orang yang sama ...
2021-06-08
0