Hilangnya beberapa potong rompi

Bu Mar begitu geram dan kesal, atau mungkin juga panas hatinya, setelah melihat banyak orderan kepada Bunga dan Angga.

"Tahu bakal begini, Enggak bakalan Aku suruh si Bunga dan si Angga untuk nempatin rumah itu." Gumamnya.

"Si Bunga dan Si Angga itu, sebenarnya punya apa sih?... Hingga para makhluk yang tak kasat mata, yang dulu suka mengganggu orang yang nempatin rumah itu, sekarang jadi pada diam. Aku nyesal telah berbaik hati padanya. Tahu bakal berkah gini, lebih baik aku saja yang tinggal di sana." Gumamnya lagi, matanya seperti yang menerawang jauh entah kemana.

"Aku harus mencari cara, agar dia tidak terus berkembang rizkinya. Kalau di biarkan, aku bisa-bisa kalah olehnya. Dia kan baru menikah belum genap setahun, masa... Sudah banyak duit aja. Keenakan dia kalau begitu." Sungutnya.

Dia nampak begitu kesal dengan rezeki yang di dapatkan oleh Bunga dan Angga.

"Aku tahu sekarang! " Ucapnya, pada dirinya sendiri, sambil menjentikkan jarinya.

Segera dia bangkit dari tempat duduknya. Lalu, dia beranjak ke luar dari rumahnya, dan bergegas menuju rumahnya Bu Hindun, yang kini tengah di tempati oleh Bunga dan Angga.

Sesampainya di depan rumah itu, dia celingukan mencari sesuatu.

Keadaan sangat lengang, tak ada seorangpun yang nampak di sana.

Dari dalam Rumah, terdengar suara mesin, samar-samar. Rupanya Bunga tengah sibuk menjahit.

Di teras rumah, di seutas tali rafia yang di bentangkan di sana, nampak terlihat banyak rompi-rompi, yang tengah di angin-anginkan. Karena, sudah beres di sablon. Tinggal menunggu sablonannya kering.

Dengan sigap dan sangat cepat. Diambilnya tiga buah rompi itu, lalu di masukannya ke dalam kantong keresek, yang sengaja di bawanya dari rumahnya.

"Cara ini harus berhasil! Jangan seperti dulu. Waktu dia masih di rumah Bu Heni. Pura-pura Aku jualin barang dagangannya. Eeh... Malah makin berkembang usahanya." Gumamnya, sambil bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

Dengan bibir yang tersenyum bahagia.

Kemenangan mulai membayang di benaknya.

Sesampainya di rumah, dia tersenyum menyeringai, penuh kemenangan.

"Makanya, aku menyarankan supaya menempati rumah itu, biar aku lebih gampang membuat bangkrut usahanya. Aku tidak suka, kalau melihat dia bahagia, bisa makan sepuasnya. Pokoknya, aku ingin si Bunga itu hidupnya menderita dan sengsara!" Gumamnya, seperti yang punya dendam kesumat.

Kalau dia punya dendam kesumat, apa yang menjadi penyebabnya?...

Sedangkan...

Bunga itu, orangnya sangat baik dan sopan lagi penyayang.

Kadang, dia suka berlebihan dalam memperhatikan orang lain. Dia tidak suka, kalau melihat dan mengetahui, ada orang lain yang menderita dan kesusahan.

Dia selalu tampil paling depan, untuk membantunya.

Tetapi...

Mengapa, Bu Mar begitu sangat ingin membuatnya menderita, dan jatuh terpuruk?...

Bunga dan Angga yang tengah sibuk bekerja, tidak menyadarinya kalau rompi pesanannya, ada yang mencurinya. Bahkan sampai tiga potong lagi.

Keduanya terlalu sibuk dengan semua pekerjaannya.

Sementara itu, Bu Mar tengah membawa ketiga buah rompi itu, ke dukun langganannya.

Dia ingin, agar Bunga dan Angga tidak sukses bisnisnya.

Dia ingin, agar Bunga menderita hidupnya.

Bu Mar merasa belum puas hatinya, setelah membuat Bunga telat jodoh, karena dia guna-guna.

Lalu, waktu dua minggu setelah Bunga dan Angga menikah, Dia membuat wajahnya Bunga, penuh dengan jerawat yang besar-besar, bernanah dan sangat menjijikkan! Siapapun yang melihatnya.

Sampai-sampai, kakaknya sendiri, merasa jijik melihat wajah Adiknya itu.

Hal itu hanya berlangsung sebentar saja. Bunga berobat ke dokter, hingga maskawin yang di berikan oleh Angga pun habis tak bersisa.  Bunga belum sembuh juga.            Dan, Alhamdulillah, Bunga bisa sembuh setelah berobat ke alternatif.

Rupanya, itu belum membuat Bu Mar bahagia.

Karena itu, dia mencari cara supaya Bunga tidak serumah dengan Bu Heni.

Dan... Akhirnya, Bunga dan Angga, dia tawarin untuk mau menempati rumahnya Bu Hindun.

Sungguh licik, kebaikannya ternyata, ada sesuatu yang begitu jahat di baliknya.

Sungguh sangat kasihan, akan nasibnya Bunga yang tengah di incarnya.

Rupanya Bu Mar itu, orang yang tidak suka, kalau melihat orang lain bahagia.

Dia ingin, hanya dia sendiri yang paling kaya di kampung itu.

Sungguh! Perbuatan dan sifat yang tidak baik sama sekali.

Pantas saja, melihat Bunga yang baru beberapa bulan saja menikah dengan Angga.

Dia langsung merasa tidak suka, hanya karena, Bunga mendapatkan orderan rompi yang lumayan banyak.

Dasar... Bu Mar... Yang sudah diliputi oleh perasaan iri dan dengki di dalam hatinya.

Siang itu, Bu Mar nampak sedang berjalan sendiri, di jalan desa yang menuju ke rumah seseorang. Yang di tuju tentu saja seorang dukun kepercayaannya.

Tempatnya dia meminta jampi- jampi.

Tempatnya dia mengeluhkan keinginannya, untuk membuat orang lain menderita.

Seperti sa'at itu, dia juga berniat untuk menghancurkan usahanya Bunga dan Angga.

"Ini barang orderannya, mbah! Saya ingin, supaya bisnisnya si Bunga dan si Angga itu, bangkrut se bangkrut-bangkrutnya." Ujarnya, Di berikannya rompi yang tadi dia colong, kepada dukun yang suka di panggil mbah itu.

"Ini hal yang sangat mudah. Yang penting, maharnya harus sesuai. Ha... Ha... Ha...!" Si Mbah tertawa ngakak. Dia begitu bahagia dapat permintaan seperti itu.

Karena, itu sudah pekerjaannya, untuk menjahili orang lain.

Dia tidak peduli, akan orang yang dia jahili. Apakah sakit atau menderita, yang penting, dia mendapatkan bayaran, berupa uang yang lumayan sangat banyak.

Itu saja...

"Baik Mbah, jangan Khawatir dengan bayarannya. Saya akan bayar Mbah sesuai dengan yang Mbah kerjakan. Yang penting, Semua keinginanku berhasil." Ujar Bu Mar.

Sepulangnya dari rumahnya Mbah, Bu Mar nampak sangat bahagia.

Wajahnya cerah, secerah mentari di langit biru.

Langkahnya nampak begitu ringan, seringan angin yang berhembus semilir.

Kebahagiaan tengah menyelimutinya.

"Mbah itu memang hebat! Tidak perlu ngadain persyaratan ini itu, cukup barang yang bersangkutan atau photonya saja. Sudah... Jadi! Kita tinggal menunggu hasilnya saja, beberapa hari kemudian. Tidak perlu baca ini-baca itu. Atau... Bangun tengah malam, dan banyak lagi ini itunya. Sangat ribet."

Gumamnya, sambil menebarkan senyum di bibirnya.

Rompi-rompi itu, di simpannya di tempatnya Mbah. Entah untuk di apakan.

Sementara itu, Bunga dan Angga sibuk bekerja. Dia tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada rompi-rompinya itu.

Yang jelas, rompi-rompi itu sudah berkurang sebanyak tiga potong.

Dengan demikian, Bunga dan Angga sudah kehilangan tiga buah rompi, yang di pesan oleh Enci. Berarti... Mereka telah di rugikan oleh Bu Mar. Karena, dia telah mencurinya.

"Sudah lumayan lama rompi-rompi itu di angin-anginkan. Sepertinya, sekarang sudah pada kering.

Kita beresin dulu yu!" Angga mengajak Bunga yang tengah asyik menjahit. Agar membereskan rompi-rompi yang sudah di sablon terlebih dahulu.

"Baiklah... Aku juga sudah pegal nih pinggang." Sahut Bunga, sambil bangkit dari tempat duduknya.

Keduanya lalu keluar, untuk memeriksa rompi-rompinya.

Keranjang besar sudah di siapkan Angga untuk tempat rompi-rompi itu.

Karena di kerjakan bersama-sama, rompi-rompi itu dengan sangat cepat, telah berpindah tempat ke dalam keranjang besar itu.

Kemudian, Angga mengangkatnya untuk di bawa masuk ke dalam rumah.

"Langsung di hitung aja ya, biar rapi." Ucap Bunga.

Sambil selonjoran, Bunga melipat dan membereskan rompi-rompi itu, untuk kemudian dia menghitungnya.

"Sepertinya... Rompi-rompinya kurang tiga potong. Tapi, kemana ya?..."

Pikir Bunga dalam hatinya.

"Ada apa Neng?..." Angga menatapnya heran, setelah melihat keningnya Bunga mengernyit keheranan.

"Rompi-rompinya kurang tiga potong." Gumamnya, sambil menatap wajah Angga, Suaminya.

"Kenapa bisa kurang tiga?... Tadi kan, kita sudah menghitungnya dengan benar." Sahut Angga, diapun merasa keheranan.

"Jatuh mungkin! Ayo coba cari lagi di depan." Ujarnya lagi.

Angga dan Bunga, sibuk mencari-cari rompi yang tiga potong itu. Tetapi, tak satupun yang terlihat di sana.

Semua rompi-rompi itu, sudah tidak ada lagi di sana.

"Di terbangkan angin mungkin!" Bunga menerka.

Terpopuler

Comments

&@dini#$

&@dini#$

keren bagus ceritanya

2021-10-11

0

Diana Sujito

Diana Sujito

sifat dan prilaku yang gk patut di contoh..dasar bu mar😐

2021-09-11

0

Mamaperri

Mamaperri

semangat Thor 💪☺️

salam dari PRINCESS CEO ☺️🙏

2021-08-22

0

lihat semua
Episodes
1 Suara Gaduh Di Atas Atap
2 Penebangan Pohon Beringin
3 Pembangunan Rumah
4 Suara Misterius
5 Bayangan Hitam di Teras Rumah
6 Ketukan di tengah malam
7 Penghuni baru
8 Sakit Gigi yang Aneh
9 Orderan pembawa bencana
10 Hilangnya beberapa potong rompi
11 Cipratan darah
12 Percikan darah yang sama
13 Karena rasa iri dan dengki
14 Serasa ditimpa balok es
15 Suara Ayam menggelepar di tengah malam
16 Yang mengendap-ngendap di halaman
17 Mengigau
18 Setelah Shalat Subuh
19 Kabar yang baik
20 MIOM
21 Di anjurkan untuk operasi
22 Melarikan diri
23 KTP di tahan
24 Suara ribut di dapur.
25 Makhluk aneh bermahkota.
26 Ular yang bermahkota
27 Tak sadarkan diri
28 Mau pindah rumah.
29 Kuburan zaman dulu
30 Lepas dari penampakkan
31 Mengundang makhluk halus.
32 Suara Cicit anak ayam di tengah malam.
33 Mimpi di datangi Genderewo.
34 Ambisi yang terbawa pingsan.
35 Tak sadarkan diri
36 Kepulan asap dan bau kemenyan.
37 Yang mengendap-ngendap di kuburan tua.
38 Ternyata Eyang Kurdi
39 Akhirnya
40 Pindahan
41 Ritual Sajenan
42 Tidak seperti yang di harapkan
43 Serakah
44 Terpental ke dinding.
45 Rencana Eyang Kurdi
46 Terhempas angin Aneh
47 Terhempas di sudut ruang tamu
48 Asap putih di tengah malam
49 Di lilit Ular siluman
50 Sawan
51 Ambisi yang menyiksa diri
52 Rencana Eyang Kurdi
53 Mencari kepala kerbau
54 Rencana baru Eyang Kurdi
55 Senjata makan Tuan
56 Kena batunya
57 Pesan dari Hindun
58 Eyang Kurdi mencari informasi
59 Eyang Kurdi ngancam
60 Mencari Eyang Kurdi
61 Mbah Jentang ingin bertobat
62 Eyang Kurdi yang keras kepala
63 Kalah cepat
64 Tak jadi pindahan
65 Eyang Kurdi Stroke Ringan
66 Terpeleset di malam gelap gulita
67 Di perempatan jalan.
68 Sumpah Eyang Kurdi
69 Terpeleset di malam gelap gulita
70 Tergeletak di antara rumpun bambu
71 Sangat mengenaskan
72 Tumpah Darah
73 Tergenang air
74 Malam yang mencekam
75 Ngemitan
76 Dilema
77 Penampakkan Eyang Kurdi
78 Mimpi Mbah Jentang
79 Penampakkan Genderewo.
80 Pengakuan Sumarna
81 Saran dari pak Ustadz Sulaeman.
82 Pengajian
83 Setelah acara selesai
84 Ternyata...
85 Setelah beberapa bulan kosong
86 Sosok putih di ruang tengah
87 Penampakkan itu muncul lagi
88 Pintu yang terbuka sendiri
89 Jadi Penasaran
90 Penampakkan di samping kusen pintu.
91 Dalam genggaman
92 Permata merah delima
93 Mawar yang terpilih.
94 Tak bisa menolak
95 Bi Irah kerasukan
96 Bau amis yang menyengat
97 Ngungsi
98 Raibnya Mustika merah delima.
99 Kena hipnotis.
100 Karena pancaran sinarnya.
101 Mau di jadikan Musholla.
102 Nama untuk Musholla baru.
103 Musholla Nurul Iman.
104 Teriakan Mawar.
105 Rumah angker tak ada lagi.
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Suara Gaduh Di Atas Atap
2
Penebangan Pohon Beringin
3
Pembangunan Rumah
4
Suara Misterius
5
Bayangan Hitam di Teras Rumah
6
Ketukan di tengah malam
7
Penghuni baru
8
Sakit Gigi yang Aneh
9
Orderan pembawa bencana
10
Hilangnya beberapa potong rompi
11
Cipratan darah
12
Percikan darah yang sama
13
Karena rasa iri dan dengki
14
Serasa ditimpa balok es
15
Suara Ayam menggelepar di tengah malam
16
Yang mengendap-ngendap di halaman
17
Mengigau
18
Setelah Shalat Subuh
19
Kabar yang baik
20
MIOM
21
Di anjurkan untuk operasi
22
Melarikan diri
23
KTP di tahan
24
Suara ribut di dapur.
25
Makhluk aneh bermahkota.
26
Ular yang bermahkota
27
Tak sadarkan diri
28
Mau pindah rumah.
29
Kuburan zaman dulu
30
Lepas dari penampakkan
31
Mengundang makhluk halus.
32
Suara Cicit anak ayam di tengah malam.
33
Mimpi di datangi Genderewo.
34
Ambisi yang terbawa pingsan.
35
Tak sadarkan diri
36
Kepulan asap dan bau kemenyan.
37
Yang mengendap-ngendap di kuburan tua.
38
Ternyata Eyang Kurdi
39
Akhirnya
40
Pindahan
41
Ritual Sajenan
42
Tidak seperti yang di harapkan
43
Serakah
44
Terpental ke dinding.
45
Rencana Eyang Kurdi
46
Terhempas angin Aneh
47
Terhempas di sudut ruang tamu
48
Asap putih di tengah malam
49
Di lilit Ular siluman
50
Sawan
51
Ambisi yang menyiksa diri
52
Rencana Eyang Kurdi
53
Mencari kepala kerbau
54
Rencana baru Eyang Kurdi
55
Senjata makan Tuan
56
Kena batunya
57
Pesan dari Hindun
58
Eyang Kurdi mencari informasi
59
Eyang Kurdi ngancam
60
Mencari Eyang Kurdi
61
Mbah Jentang ingin bertobat
62
Eyang Kurdi yang keras kepala
63
Kalah cepat
64
Tak jadi pindahan
65
Eyang Kurdi Stroke Ringan
66
Terpeleset di malam gelap gulita
67
Di perempatan jalan.
68
Sumpah Eyang Kurdi
69
Terpeleset di malam gelap gulita
70
Tergeletak di antara rumpun bambu
71
Sangat mengenaskan
72
Tumpah Darah
73
Tergenang air
74
Malam yang mencekam
75
Ngemitan
76
Dilema
77
Penampakkan Eyang Kurdi
78
Mimpi Mbah Jentang
79
Penampakkan Genderewo.
80
Pengakuan Sumarna
81
Saran dari pak Ustadz Sulaeman.
82
Pengajian
83
Setelah acara selesai
84
Ternyata...
85
Setelah beberapa bulan kosong
86
Sosok putih di ruang tengah
87
Penampakkan itu muncul lagi
88
Pintu yang terbuka sendiri
89
Jadi Penasaran
90
Penampakkan di samping kusen pintu.
91
Dalam genggaman
92
Permata merah delima
93
Mawar yang terpilih.
94
Tak bisa menolak
95
Bi Irah kerasukan
96
Bau amis yang menyengat
97
Ngungsi
98
Raibnya Mustika merah delima.
99
Kena hipnotis.
100
Karena pancaran sinarnya.
101
Mau di jadikan Musholla.
102
Nama untuk Musholla baru.
103
Musholla Nurul Iman.
104
Teriakan Mawar.
105
Rumah angker tak ada lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!