Seharian itu Hamid dan Rina merasa aman. Karena, tidak ada kejadian yang membuatnya ketakutan.
Keduanya diam di rumah.
Kebetulan, sa'at itu adalah hari libur.
"Kita tidak jadi pindah kan?"
Mas Hamid membuka percakapan. Sa'at itu, mereka tengah menonton TV.
"Mudah-mudahan, tidak ada lagi hal-hal yang membuat kita ketakutan." Sahut Rina, Istrinya.
"Kalau nanti, ada lagi hal-hal yang aneh. Aku mau langsung pindah saja. Kebetulan di dekat kontrakan temanku, ada satu rumah kontrakan yang kosong. Disana, airnya jernih, dan lokasinya tidak menyeramkan seperti di sini." Ujar Mbak Rina. Sepertinya, dia sudah merasa tidak kerasan lagi, tinggal di rumah itu.
"Iya... Aku setuju. Aku juga tidak mau ada hal-hal yang tidak masuk akal terjadi di hadapan kita." Sahut Suaminya.
"Di sana itu, terlihat enak."
Ungkap Mbak Rina lagi.
"Memangnya, kamu sudah melihatnya?" Mas Hamid bertanya lagi.
"Ini... photonya. Tempatnya nyaman dan asri. Pindah ke sana saja yu Mas!" Mbak Rina mengungkapkan keinginannya untuk pindah ke tempat kontrakan yang baru, yang berada di dekat rumah Temannya itu.
Memang, rumahnya begitu segar nampaknya. Tidak ada kesan menyeramkan di sana.
"Pah... Gimana? Kita jadi pindah ke sana kan?" Ujarnya lagi merayu Suaminya.
"Iya... Kalau terjadi sesuatu, atau, bila ada suara aneh lagi. Kita langsung pindah." Sahut Suaminya.
Hingga Adzan Isya berkumandang, tidak terjadi apapun. Semuanya nampak adem ayem, bikin Suasana dan hati menjadi tenang.
"Tidur yu! Aku sudah ngantuk.. Huah!" Mbak Rina sudah menguap sampai beberapa kali.
Jam, sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Pantas saja Mbak Rina sudah ngantuk.
Setelah mematikan TV, keduanyapun lalu masuk ke dalam kamar, untuk beristirahat.
Tak berapa lama, dengkuran halus sudah terdengar di sana.
Di luar, hujan gerimis mulai turun satu persatu, membasahi Bumi.
Makin lama, hujan makin rapat dan deras saja turunnya.
Tiba-tiba...
"Tok... Tok... Tok..." Suara pintu di ketuk dari luar.
"Tok... Tok... Tok..." Suara ketukan itu terdengar lagi, kini semakin keras ketukannya.
Ketukan yang beruntun itu, membuat mata Mbak Rina terbuka.
Dia melirik ke arah Suaminya, yang masih tertidur pulas di sampingnya.
"Pah... Bangun! Mas.. Bangun!" Dia mengguncang kan badan Suaminya, supaya bangun.
"Kamu dengar tidak?... Itu... Ada yang mengetuk pintu." Bisiknya.
"Ada apa?... " Mas Hamid bertanya dengan malas.
"Itu... Ada yang mengetuk pintu." Bisiknya lagi, di telinga Suaminya.
Suara ketukan itu, terdengar samar-samar, berbaur dengan air hujan yang turun dengan derasnya.
"Siapa ya?..." Tanya Suaminya, di tatapnya wajah Istrinya itu.
"Di lihat jangan ya?..." Tanyanya lagi. Sepertinya meminta pendapat Istrinya.
"Tok... Tok... Tok...!" Suara ketukan itu, terdengar semakin kencang saja, hingga mengalahkan derasnya air hujan yang mengguyur Bumi.
Mas Hamid perlahan turun dari tempat tidur.
Istrinya pun ikut turun perlahan, sambil tangannya memegangi tangan Suaminya dengan erat.
Dia nampak sangat ketakutan sekali.
Dengan langkah pelan dan berjinjit, seakan takut ketahuan oleh Orang lain.
Pasangan Suami-istri itu, menghampiri ruang depan.
mendekati pintu yang terus di ketuk tiada henti.
"Deg... Deg...!"
Jantung kedua pasangan Suami-istri itu, begitu kencang berdegup.
Tangan mereka, nampak gemetaran, menahan perasaan takut, yang mulai
merayapi seluruh tubuhnya.
"Mas..." Bisik Mbak Rina ketakutan. Tangannya meraba tengkuknya, yang terasa mulai merinding.
"Ssst..." Suaminya mengisyaratkan agar jangan berisik.
Kedua Suami-istri itu, berdiri di balik jendela kaca, yang terletak tepat! Di samping pintu, yang dari tadi di ketuk tak berhenti.
Dengan tangan yang bergetar, dan... Jantung yang terus berdegup dengan kencangnya.
Perlahan... Tirai penutup jendela itu dia singkapkan.
Tidak terlihat apapun di balik pintu sana. Tiba-tiba...
terdengar lagi. Makin kencang, makin membuat bulu kuduk merinding.
"Sreeek... Sreeek...." Seperti seseorang yang tengah menyeret kakinya.
Tidak hanya suara ketukan pintu, yang terdengar sa'at itu.
Terang saja, membuat Mbak Rina dan Suaminya semakin ketakutan.
Tanpa sengaja, tirai yang tengah di pegangi oleh Mas Hamid, tersingkap.
Jelas terlihat di sana!!!
Sosok putih, tengah duduk di ujung teras, dengan rambut yang panjang terurai menjuntai ke bawah. Hingga menutupi lantai teras.
Kedua tangannya sibuk di atas kepalanya. Sambil menyingkap-nyingkapkan rambutnya. Seperti ada yang tengah di carinya.
Namun...
Entah apa yang tengah di carinya itu.
"Hi... Hi... Hi...!" Sesekali, Sosok putih itu, terdengar tertawa cekikikan, membuat bulu kuduk pasangan Suami-istri itu, makin merinding.
"Itu kan...!" Mbak Rina tidak meneruskan perkataannya.
Tangannya bergetar...
Jantungnya berdegup kencang.
Kedua kakinya tidak bisa bergerak, terasa berat untuk di langkahkan.
Keringat dingin mulai membanjiri seluruh tubuhnya.
Matanya melotot, mulutnya ternganga.
Tak bisa mengatakan sepatah katapun.
Mbak Rina terduduk di balik jendela rumahnya.
Dia tak bisa menggerakkan tubuhnya.
Badannya menggigil...
Mas Hamid, memegangi tubuh Istrinya yang seperti
patung, sulit untuk bergerak.
Dia mencoba untuk bergerak, walau merasa sulit.
Sambil memegangi tangan Istrinya, dia merangkak sedikit demi sedikit, ingin menjauh dari tempat itu.
Mbak Rina, melepaskan tirai yang dipegangnya dari tadi.
Diapun perlahan-lahan menggerakkan tubuhnya,
Mengesot, mengikuti Suaminya yang mengesot untuk menjauh dari tempat itu, menuju ke kamarnya.
Sementara itu, suara Ketukan di pintu itu, masih terdengar dengan sangat jelas.
"Tok...Tok... Tok..."
Begitu pula, suara tertawanya yang cekikikan.
Masih sesekali terdengar, membuat bulu kuduk makin merinding.
Jarak dari pintu rumah, ke pintu kamar, hanya sekitar lima meteran saja.
Tapi...
Karena, rasa takut yang teramat sangat.
Membuat jarak yang dekat itu, menjadi terasa sangat jauh. Dan, sangat lama.
Dalam ketakutan yang memuncak...
Samar-samar... Terlihat bayangan putih di pojok ruang tamu.
Mbak Rina, sudah tidak bisa menahan rasa takutnya.
Akhirnya, diapun tak ingat apa-apa lagi.
Dia... Tak sadarkan diri.
Dia tak ingat, dengan apa yang telah terjadi pada dirinya sa'at itu.
Hujan diluar, masih deras mengguyur bumi.
*******
"Allahuakbar... Allahuakbar..."
Gema Adzan subuh berkumandang, dari Masjid yang terletak di tengah kampung. Membangunkan Mas Hamid dan Mbak Rina, yang tergeletak tak sadarkan diri, di atas lantai rumahnya.
Mbak Rina membuka matanya perlahan, dia sangat terkejut! Setelah menyadari, bahwa dia tergeletak di atas lantai rumahnya.
Begitu pula, Suaminya juga tergeletak tak jauh darinya.
"Apa yang terjadi?..." Mbak Rina bertanya pada dirinya sendiri.
Dia mengingat-ingat kejadian yang terjadi semalam di rumahnya.
Sejurus kemudian...
"Haah...! Makhluk itu." Dia langsung bangkit, dan bergegas menuju jendela rumahnya. Di singkapkannya tirai jendela itu.
Matanya dia arahkan, ke ujung teras depan Rumahnya.
Dia mencari sosok Makhluk, yang semalam terlihat duduk di sana. Dengan rambut yang sangat panjang terurai.
Kini, dia tidak merasa takut. Karena, Adzan subuh telah berkumandang.
Berarti, seluruh makhluk yang tak kasat mata, pasti lari entah kemana.
"Sudah Enggak ada..." Gumamnya.
Dia mencari-cari sosok Makhluk itu, seakan dia tidak merasa takut menghadapinya.
"Mas... Bangun! Sudah waktunya Shalat Subuh." Ujarnya. Dia membangunkan Suaminya, untuk segera melaksanakan Ibadah Shalat Subuh.
"Kenapa Aku tidur di lantai?.."
Ujarnya, bertanya keheranan.
Rupanya Dia belum mengingat, akan peristiwa yang terjadi semalam, di rumahnya.
"Makhluk yang semalam, duduk di ujung teras depan itu, sudah tidak ada. Enggak tahu kemana." Bisik Mbak Rina.
Tidak ada komentar sedikitpun, Suaminya langsung bangkit, dan bergegas menuju kaca jendela depan.
Dia arahkan pandangan matanya, ke ujung teras depan.
Benar saja, tak terlihat apapun di sana.
"Alhamdulilahirabilalamin..." Ucapnya lega.
"Sebaiknya... Kita Shalat Subuh dulu." Ujarnya. Di raihnya tangan Istrinya, untuk segera berwudlu, dan menunaikan Shalat Subuh berjamaah.
Selesai Shalat Subuh dan sarapan pagi.
Pasangan Suami-istri itu, tidak banyak komentar lagi tentang rumah, dan segala kejadian yang pernah di alaminya itu.
Keduanya, sudah tidak berani lagi untuk melanjutkan menempati rumah itu.
Kini...
Keputusan sudah bulat.
Untuk segera meninggalkan
rumah kontrakan itu!
Untuk segera pindah dari rumah itu!
Tak ada pilihan lain lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Jo Doang
sampai sini dulu ya thor aku baca.. mau kerja dulu....😁 semangat.. ceritanya menarik. horor ya dapet
2021-10-28
0
Isnanto Fajar Nugroho
ga kerasa jam 12, lama2 ngeri juga lanjut besok, ya kak.
2021-10-01
4
Titik pujiningdyah
makin seru aj ceritanya
2021-09-28
0