Setelah adanya suara gaduh di atas genteng itu, Bu Hindun Sekeluarga menjadi merasa tidak nyaman.
Gerak-geriknya terasa selalu ada yang mengawasi.
Kadang...
Ada suara Seseorang yang memanggilnya.
Seperti waktu itu...
Bu Hindun tengah memasak di dapur. Tiba-tiba...
"Bu... Bu... " Ada yang Memanggil Dirinya. Suaranya berteriak memanggilnya. Dia mendengar suara Anaknya.
Dengan segera, Dia beranjak
ke arah datangnya suara.
Yaitu dari arah depan Rumahnya.
"Iya Nak! Ada apa?..." Sahutnya dengan tergopoh-gopoh menghampiri datangnya suara itu.
Setelah berada di sana, Dia menebarkan pandangannya.
Ke setiap penjuru Ruangan itu. Tapi, tidak ada Seorangpun di sana.
"Nak! Kamu di mana?..." Bu Hindun berteriak memanggil Anaknya.
Dia tidak sadar bahwa Anaknya tengah bermain di Rumah Neneknya.
Tiba-tiba...
Bau masakan gosong menyambar di hidungnya.
"Ya Allah... Masakanku gosong!" Bu Hindun berteriak kaget. Dia segera berlari ke dapur, mematikan Kompornya dan mengangkat masakannya yang gosong.
"Bagaimana ini?... Makanannya gosong semua."
Gumamnya perlahan.
Sambil menatap masakannya yang gosong, yang tidak mungkin bisa di makan lagi.
Akhirnya, dengan perasaan sedih, Bu Hindun membuang semua masakannya yang sudah gosong itu.
Tak terasa... Airmata menetes di pipinya.
"Tok... Tok... Tok..." Terdengar suara pintu dketuk dari luar.
"Iya... Sebentar!" Sahutnya.
Dia segera beranjak menuju Pintu depan Rumahnya.
Dia membukakan pintunya. Tapi...
Seperti tadi, tak terlihat ada Siapapun di sana!
Tak ada Orang yang tengah mengetuk Pintu depan Rumahnya.
"Ya Allah... Ada apa ini?..." Bu Hindun merasa bingung dengan semua kejadian yang di alaminya itu.
Diapun kembali lagi ke Dapur, mau membikin masakan yang baru. Karena makanan yang tadi di masaknya, semuanya sudah di buang karena, gosong.
Sambil masak, Bu Hindun merasa tidak nyaman.
Hatinya tidak tenang, karena peristiwa tadi.
Sebentar-sebentar Dia menoleh ke arah belakang.
Seakan-akan takut ada yang memperhatikannya.
"Bu... Ibu... " Terdengar suara Anaknya Memanggil.
"Iya Nak... Sebentar!" Katanya sambil menuang Sayur, yang sudah masak itu ke dalam Mangkuk Sayur.
Dia segera ke Ruang depan, dimana suara itu terdengar.
Setelah membukakan Pintu, nampak di sana Anak kesayangannya, tersenyum menyambutnya.
"Ibu.." Ujarnya sambil memeluk Ibunya.
"Alhamdulillah... Ya Allah... Sekarang benar ada Orangnya. Enggak Seperti tadi, Ada yang memanggil, tapi tidak ada Orangnya.!" Ujar Bu Hindun.
"Mau ke Ibu... Katanya!" Ujar Bu Heni, Neneknya Ridwan.
"Terimakasih ya Bu.." Ucap Bu Hindun kepada Ibunya. Karena telah menjaga Anaknya.
"Ibu... Mau susu!" Ujar Ridwan meminta susu, kepada Ibunya.
"Aih... Pantesan mau pulang. Sebentar ya... Ibu bikinin dulu susunya." Ucap Bu Hindun, di cubitnya hidung Anaknya penuh kasih.
Setelah memberikan susu buat Anaknya, Bu Hindun segera menghampiri Ibunya.
"Bu... Kenapa ya... Tadi beberapa kali Saya mendengar ada Orang yang Memanggil Saya, tapi waktu di lihat, enggak ada Orangnya. Lalu... Ada yang mengetuk Pintu. Tapi... Gak ada Orangnya Bu! Aku jadi takut." Ujar Bu Hindun kepada Ibunya. Dia nampak begitu heran dengan yang di alaminya tadi.
"Itu mungkin hanya perasaan Kamu saja. Sudah ah jangan takut! Enggak ada apa-apa." Sahut Ibunya. Dia mencoba untuk menenangkan Anaknya.
Padahal...
Di dalam hatinya, Diapun merasakan hal itu. Sejak di tebangnya Pohon Beringin itu, selalu saja terdengar suara-suara yang aneh, yang tak masuk akal.
*****
Tiga hari setelah kejadian itu, suara misterius itu terdengar lagi.
Malam itu, kira-kira jam sembilan malam. Pak Burhan dan Bu Hindun beserta Anaknya, tengah menonton TV.
Tiba-tiba...
Terdengar suara air kran dari Kamar mandi.
Suaranya begitu kencang. Jelas terdengar sampai ke Ruang depan.
"Pak... Itu seperti suara kran yang di buka." Ujar Bu Hindun, Dia mulai merasa sedikit ketakutan.
" Sebentar Bu! Saya lihat dulu." Sahut Pak Burhan. Diapun beranjak dari tempat duduknya. Dan, berjalan ke arah Kamar mandi.
Tak lama, Dia sudah kembali lagi.
"Sudah di tutup Bu, krannya.
Sepertinya, krannya longgar." Sahut Pak Burhan.
Diapun duduk lagi di tempatnya tadi.
Baru saja Dia duduk, tiba-tiba...
"Praang..." Suara Perabot dapur yang jatuh ke lantai.
"Apa lagi itu?..." Pak Burhan bangkit lagi dari dudukinya.
Kemudian Dia kembali lagi ke Dapur.
Dia meneliti semua Perabotan Dapur. Masih berada di Tempatnya. Tidak ada satupun yang jatuh.
Setelah di rasa tidak ada yang jatuh ke lantai, Diapun kembali lagi ke depan.
Belum juga sampai, langkahnya tiba-tiba terhenti oleh suara tangis dari samping Rumah.
"Huukh... Huukh... "
Suara tangisan Seorang Perempuan.
" Siapa yang menangis di luar sana, malam-malam begini?..." Gumamnya. Diapun lalu pergi keluar, lewat Pintu belakang Rumahnya.
Di hampirinya arah suara tangisan itu.
Namun, suara tangisan itu tidak terdengar lagi.
"Tidak ada Siapapun di sini."
Gumamnya.
Pak Burhan pun masuk lagi ke dalam Rumahnya.
Dia hampiri Anak dan Istrinya.
"Pak! Tadi Saya mendengar, seperti ada suara tangisan dari samping Rumah." Ucap Istrinya.
"Iya Bu! Bapak juga baru melihatnya. Tapi, tidak ada apapun di sana. Suara tangisan pun langsung berhenti waktu Bapak ke sana." Ucap Pak Burhan lagi.
"Lalu, Siapa yang tadi menangis di sana?..." Tanya Isterinya.
Wajahnya mulai di selimuti perasaan takut.
"Sudahlah... Jangan dipikirkan. Sudah malam. Ayo! Kita tidur." Ujar Pak Burhan, Dia mencoba menenangkan hati Istrinya.
Dia tidak mau, Anak dan Istrinya merasa ketakutan, karena suara-suara misterius yang tidak jelas itu.
Suara-suara aneh itu, ternyata... Bukan hanya sampai di situ.
Hampir setiap hari, Bu Hindun mendengar suara-suara misterius itu.
Kadang...
Sa'at Dia tengah tertidur dengan lelapnya.
Tiba-tiba...
Selimutnya ada yang menariknya.
Dia terbangun, tak ada Seorangpun berada di sana.
Pernah suatu hari, waktu itu Pak Burhan tengah di Halaman depan Rumahnya, Dia tengah menyiangi tanamannya.
Sedangkan Bu Hindun, tengah menidurkan Ridwan, Anak satu-satunya.
Dalam keadaan tidur dan tidak... Wajah Bu Hindun ada yangbmeniupnya, hingga beberapa kali.
"Siapa yang meniup wajahku ini?..." Teriaknya histeris.
"Ada apa Bu?..." Pak Burhan kaget mendengar teriakkan Istrinya. Dia segera berlari menghampiri Istrinya.
"Ada yang meniup Wajahku!"
Katanya dengan Khawatir.
Pak Burhan hanya menatap Wajah Istrinya, dengan perasaan percaya dan tidak.
Karena keseringan di ganggu. Bu Hindun jadi tidak kerasan untuk menempati Rumah itu, dengan lebih lama lagi.
Dia merasa tidak betah lagi tinggal di sana.
"Sebaiknya... Kita pindah saja Pak!" Usul Bu Hindun. Dengan perasaan cemas dan Khawatir.
"Sebentar Bu... Jangan terburu-buru. Kita bicarakan dulu dengan Ibu dan Bapak, Bagaimana baiknya." Ujar Pak Burhan. Dia tidak mau gegabah.
" Lagipula... Sayang kan Kita sudah mengeluarkan banyak uang untuk membangun Rumah ini." Lanjutnya lagi.
"Di kontrakan saja Rumahnya, biar Kita Ngontrak di Tempat lain." Ujar Bu Hindun mengusulkan.
"Baiklah kalau begitu, nanti Kita bicara sama Ibu dan Bapak. Sekalian Kita nitipin Rumah. Barangkali ada yang mau ngontrak di sini. Kita Pindah ke Kampung Orangtuaku saja." Pak Burhan memberikan pendapatnya.
"Iya baiklah! Aku setuju dengan pendapatmu!" Bu Hindun langsung menyetujuinya.
Dia begitu bahagia, setelah mendengar pendapat dari Suaminya itu.
Setelah berbicara dengan kedua Orangtua Bu Hindun, dan mendapatkan izinnya.
Keesokkan harinya, Bu Hindun dan Pak Burhan, membereskan semua Perabotan Rumahnya.
Mereka mengemasi barang-barangnya.
Untuk pindah ke Desa, dimana Kedua Orangtuanya Pak Burhan tinggal.
Rumah itupun, kini kosong tanpa Penghuni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Kak Ya
hindun nya cengeng bgt thorr .. takut dikit nangis. balapan nangis ma anak nya kalo lg ketakutan.
2022-03-29
0
pxtrq_
awalnya ku pikir Hindun itu laki ehh tapi ternyata cewek😂😂😂 sorry thir
2021-10-04
0
Xianlun Ghifa
lanjut
2021-10-03
0