Selama hampir Tiga Bulan, penebangan pohon beringin itu baru selesai. Dahan-dahannya sudah di potongin, di pisahkan dari cabang dan ranting-rantingnya.
Batang pohon beringin yang sangat besar itu, telah rapi dipotongin, untuk di jadikan kayu bakar.
Akarnyapun tak lupa di bongkar! Dikeluarkan dari dalam Tanah.
Dengan menyisakan Lobang yang sangat besar...
"Alhamdulillah... Penebangan telah selesai. Tinggal Kita merencanakan Pembangunan Rumahnya." Ujar Pak Jaya.
"Lobangnya harus di tutupi terlebih dahulu! Karena, Rumahnya akan di dirikan di atas lobang itu." Ujar Pak Jaya.
"Baiklah kalau begitu.. Sekarang Kita menutup lobangnya dulu." Para Pekerjapun dengan segera menggali Lubang untuk pembuangan sampah.
Sementara itu, Tanah hasil dari galiannya di buat untuk menutupi Lobang bekas akar pohon beringin itu.
Karena, dikerjakan secara beramai-ramai, Penutupan lobang itu cepat selesai.
Keesokkan harinya, Pengukuran Tanah pun di lakukan.
Setelah mendapatkan ukuran yang inginkan. Mulailah Pembangunan Pondasipun di laksanakan.
Waktu Penempatan batu Pondasi, di tanah bekas lubang pohon beringin itu...
Terjadilah keanehan.
Batu selalu kelelep masuk ke dalam tanah. Padahal... Lubang itu sudah di timbun dengan tanah, dan sudah di padatkan pula.
Seorang Pekerjapun, kakinya terjebak masuk ke dalam tanah itu...
"Kakiku... Kakiku... Tersangkut!" Ujar Seorang Pegawai, sambil menarik-narik kakinya, yang terperosok ke dalam Tanah bekas Akar pohon beringin itu.
Pegawai yang lainnya, sibuk menggali kembali Timbunan Tanah itu.
Akhirnya, dengan susah payah, Kaki Pegawai itupun bisa di keluarkan dari timbunan Tanah itu.
Pekerjaanpun terpaksa si tunda untuk beberapa sa'at.
Hampir setiap hari, ada saja yang terperosok ke dalam bekas akar pohon beringin itu.
Setelah Pemasangan Pondasi beres. Tinggal pemasangan batu batanya. Agar Bangunan segera berdiri.
Batu bata pun dipasang satu demi satu.
Sudah ada kira-kira satu meter tingginya, batu bata itu terpasang.
Siang itu...
Para pekerja tengah menikmati santapan makan siangnya, sambil beristirahat.
Tiba-tiba...
Batu bata merah yang sudah di pasang itu. Dengan perlahan-lahan... Masuk ke dalam tanah. Tepat! Di atas bekas Tumbuhnya pohon beringin itu.
Semua mata melotot! Menyaksikan kejadian itu.
"Astaghfirulahaladziiim..." Bu Heni, yang berada paling dekat dengan tempat itu, terpana kaget. Menyaksikan kejadian aneh itu.
Matanya melotot dengan mulut yang ternganga ketakutan.
"Ya Allah... Kenapa bisa begini?... Pertanda apa ini?.."
Bu Hindun menjerit ketakutan.
"Pak Ustadz! Bagaimana ini?.." ujar Pak Jaya cemas.
"Eyang! Kenapa bisa begitu?.." Yang lainpun bertanya tak mengerti.
"Ibu... Aku takut... Ini pertanda buruk!" Ucap Bu Hindun kepada Ibunya, Dengan penuh khawatir.
Dipeluknya Anaknya itu. Bu Heni mencoba untuk menenangkan Anaknya.
"Tidak usah nangis! Nanti, pasti ada jalan keluarnya" ujarnya menenangkan hati Putrinya.
"Tenang... Tenang... Semuanya harap Tenang!" Ucap Pak Ustadz Sulaeman.
"Iya Tenang... Selama ada Saya, kalian semua jangan takut! dan jangan merasa cemas! Semuanya akan Saya tangani! Harap Tenang! Semuanya." Eyang Kurdi mencoba menenangkan, dengan menyanggupi akan menanganinya.
Perkataan yang takabur!!!
"Eyang Kurdi bicaranya takabur" Ucap Pak Ustadz Sulaeman, bergumam.
Beliau kurang setuju dengan perkataannya Eyang Kurdi.
"Baiklah... Sekarang Kita bereskan lagi! Mungkin, Timbunan tanahnya kurang padat. Ayo! Kita padatkan lagi tanahnya. Setelah itu, Kita dirikan lagi temboknya." Ucap Pak Ustadz Sulaeman.
Para Pegawai dan Seluruh Warga Kampung itu berdo'a dengan khusu.
Sedangkan Eyang Kurdi, membakar Kemenyan nya, untuk berkomunikasi dengan Makhluk penunggu pohon beringin itu.
Setelah beberapa saat, Eyang Kurdi nampak manggut-manggut.
Tak lama kemudian...
"Pak Jaya... Ternyata Makhluk yang tinggal di sini itu, meminta tumbal. Bagaimana ini?.." Ujar Eyang Kurdi. Dia mengatakan apa yang Dia dengar.
"Mohon ma'af Eyang... Kami Sekeluarga tidak akan menurutinya. Kami serahkan Semuanya kepada Allah SWT." Sahut Pak Jaya. Tetap pada pendiriannya.
"Iya Eyang... Sekarang, kita serahkan semuanya kepada Allah SWT. Kita jangan menuruti keinginan Setan dan sejenisnya. Lebih baik Kita memohon pertolongan kepada Allah SWT." Ujar Pak Ustadz Sulaeman.
"Kalau begitu keputusannya, terserah! Saya tidak bertanggung jawab. Kalau suatu saat nanti. Ada suatu kejadian yang tidak di inginkan!!" Ujar Eyang Kurdi.
Semuanya saling pandang, setelah mendengar perkataan Eyang Kurdi, yang seperti mengancam. Karena,
Tidak mematuhi semua perkataannya.
Sedangkan Pak Ustadz Sulaeman dan Pak Jaya Sekeluarga tidak mau melakukannya. Karena, Mereka takut tergolong Orang-orang yang Musyrik.
"Ayo! Kita kerjakan lagi seperti tadi. Semoga, sekarang temboknya tidak akan roboh lagi." Pak Ustadz Sulaeman berharap.
"Baik Pak Ustadz." Sahut para Pekerja.
Mereka mulai membangun tembok dari awal lagi.
Dengan perasaan cemas dan Khawatir, satu demi satu batu bata itu di susunnya dia atas adukan pasir dan semen.
"Coba sekarang, jangan langsung di susun banyak-banyak. Setelah satu baris, biarkan mengering dulu adukannya. Setelah kering, baru di tambahin bata lagi." Ujar Tukang, mengingatkan Para Pegawainya.
"Semoga dengan cara ini, dinding temboknya tidak akan roboh lagi." Lanjutnya lagi.
Semuanya lalu bekerja sesuai dengan apa yang di perintahkan.
Hingga menjelang Sore, Alhamdulillah... Tidak ada lagi Insiden di Tempat pembangunan Rumah itu.
Dinding Temboknya tidak ada yang roboh lagi.
Tidak ada lagi, kaki yang terperosok ke dalam timbunan tanah, bekas akar pohon beringin bersemayam itu.
Semua merasa senang, dengan hasil yang Mereka inginkan.
"Semoga Pembangunan Rumahnya cepat selesai. Jadi, di Tempat ini tidak akan terlihat gelap, dan menyeramkan lagi seperti dulu." Ujar Pak Ustadz Sulaeman.
"Iya Pak Ustadz.. Kami juga berharap begitu. Karena, hari sudah sore... Pekerjaan hari ini, Dicukupkan sampai di sini saja. InsyaAllah... Hari esok Kita lanjutkan kembali
Pekerjaannya. Selamat sore selamat beristirahat! Supaya besok pagi, Tenaganya pulih kembali! Dan, Kita bisa bekerja lagi dengan penuh Semangat! Mari Semuanya! Assalamualaikum!" Ucap Pak Jaya, mengingatkan kepada para Pekerjanya.
Semua bubar untuk kembali pulang ke Rumahnya masing-masing.
Keadaan pun jadi Sepi lagi...
Tempat itu jadi lengang lagi...
Tak ada Seorangpun yang nampak di sana. Semua sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Semua merasa senang dan tenang, Karena, tidak ada gangguan apapun lagi.
Sampai selesai rumah itu di bangun.
Tidak ada lagi hal-hal yang aneh di Tempat itu.
Tanah yang dulunya nampak terlihat sangat Angker dan menyeramkan itu, karena adanya pohon beringin yang sangat besar, dengan dahan dan ranting-rantingnya yang menjulur kemana-mana.
Kini...
Tidak ada lagi kesan angker dan menyeramkan di sana.
Cuma...
Kalau malam hari tiba, hawa magis masih sedikit terasa di sana.
Entah karena, Sosok Makhluk halus penunggu pohon beringin itu tidak mau pindah dari sana.
Yang jelas...
Seminggu setelah Rumah itu selesai di bangun, lalu di adakan lah Syukuran kepada Allah SWT.
Maka...
Keluarga kecil Pak Burhan pun, menempatinya.
Tanpa adanya rasa takut ataupun ngeri dan khawatir.
Dan...
Benar saja! Tidak ada apapun yang terjadi di sana!
Tidak ada yang mengusiknya.
Hingga sampai satu Bulan,
Pak Burhan dan Bu Hindun serta Anak satu-satunya, yang baru berusia empat tahun itu, menempati Rumah itu.
Namun...
Ketenangan itu tidak berlangsung lama, dirasakan oleh Keluarga kecil itu.
Hingga suatu malam...
Keluarga Pak Burhan di ganggu oleh suara gaduh dari atas atap rumahnya.
Seperti suara yang tengah berlarian di atas genteng. Namun, tak terlihat siapa yang melakukannya.
Siapa yang berlarian di sana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rosananda
makasih sudah mampir
2022-10-02
0
🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™
sudah favorit juga kak
2021-12-20
0
💞®²👸ᖽᐸ🅤ᘉᎿ🅘💞
aku mampir kk
2021-12-02
0