"Kalian sudah yakin, mau membangun Rumah di sana?" Bu Heni, Ibunya Hindun memastikan kembali.
Sebelum Hindun Dan Suaminya, pergi ke Tanah yang ada Pohon Beringin nya itu. Waktu itu, Hindun dan Burhan tengah mempersiapkan peralatan yang akan di bawanya.
"Iya Bu... Kami akan mencobanya. Pak Ustadz Sulaeman yang akan memimpin penebangan Pohon Beringin itu." Sahut Burhan.
"Iya baiklah kalau begitu! Ibu sama Bapak juga akan ikut ke sana." Ujar Pak Jaya, yang baru keluar dari Kamarnya.
"Sekarang tidak Memanggil Eyang Kurdi?..." Tanya Bu Heni, Karena biasanya, kalau menyangkut masalah magis, Eyang Kurdi selalu tampil di barisan paling depan!
"Dia kan Sesepuh di Kampung ini. Tak mungkin kalau kita tidak mengundangnya." Ucap Pak Jaya.
"Bapak sudah berpesan dua hari yang lalu! Bahwa Kita, akan menebang Pohon Beringin yang ada di lahan itu." Lanjutnya.
Di ambilnya, Caping untuk menutupi Kepalanya.
"Rahman! Burhan! Ayo Kita berangkat sekarang. Mungpung masih Pagi! Biar tidak kepanasan. Ibu sama Hindun, nanti menyusul. Sekalian sambil membawa Makanan! Kita Sarapan di sana saja!" Pak Jaya mengajak Anak dan Mantunya, untuk pergi bersama.
"Baik Pak! Ayo!" Sahut Burhan yang sudah siap dengan Peralatan Perangnya.
Mereka bertiga berangkat beriringan.
Sedangkan Bu Heni dan Hindun, pergi ke Dapur untuk menyiapkan makanan untuk bekal di sana.
Setelah selesai sarapan, Pak Ustadz Sulaeman mendekati Pohon Beringin yang sangat besar itu.
Di bawah juntaian akar-akarnya, Beliau duduk bersila. Seakan tengah berinteraksi dengan Seseorang yang ada di sana.
Semua Mata memandang ke arahnya.
Seakan penasaran, dengan apa yang dilakukan oleh Pak Ustadz Sulaeman.
Tiba-tiba...
"Saya tidak mau di usir dari Tempat ini.. " Terdengar suara yang berat, dari Seorang Tetangga yang berada di antara Kami, nyeletuk begitu saja.
Semua Mata beralih memandang ke arah datangnya suara.
Ternyata... Istrinya Kepala Kampung yang berbicara begitu.
Matanya nampak memerah, seperti yang menahan amarah yang membuncah di dalam dadanya, yang terlihat naik turun.
"Bu! Sadar Bu..." Kepala Kampung mengingatkan Istrinya.
Yang di ingatkan malah memelototi Kepala Kampung. Seperti yang tidak suka.
"Bu... Nyebut!" Ujarnya lagi. Sambil di pegangnya tangan Istrinya itu.
Tetapi...
"Huuaah!" Ucapnya, Tangan Suaminya Dia kibaskan dengan sangat kasar. Hingga membuat Tubuh Kepala
Kampung itu, Terjerembab ke atas rerumputan yang lembab, di bawah Pohon Beringin.
"Ibu... Apa-apaan ini?..." Ujar Kepala Kampung, dengan sangat heran akan perlakuan
Istrinya yang seperti itu.
Mendengar ada suara Ribut-ribut di belakangnya.
Pak Ustadz Sulaeman, segera menoleh ke belakang.
Kemudian, Beliau menghampirinya.
"Biarin saja Pak Ketua. Biar... Saya mau bicara dengannya. Dia bukan Istri Pak Ketua yang bicara tadi. Tapi, Sosok Makhluk yang tak kasat mata, yang meminjam Tubuhnya." Ucap Ustadz Sulaeman, mengingatkan.
Mendengar perkataan Pak Ustadz Sulaeman seperti itu, Pak Ketua Kampung, mundur beberapa langkah.
Matanya tajam menatap mata Istrinya yang merah menyala. Tidak seperti biasanya.
Pak Ustadz Sulaeman berjalan mendekati Istrinya Ketua Kampung.
Yang di dekati mundur seperti yang ketakutan.
"Pergi... Menjauh Kau dari sini! Panas... Panas..." Ujarnya, sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Pak Ustadz Sulaeman, menghentikan langkahnya.
Istri Ketua Kampung tidak menjerit-jerit lagi. Kedua telapak tangannya, kini tidak menutupi wajahnya lagi. Tapi, Dia menunduk menyembunyikan wajahnya.
"Kenapa... Kamu tidak mau di Pindahkan dari Pohon Beringin itu?" Tanya Pak Ustadz Sulaeman.
"Kami... Sudah lama tinggal di sini. Ini Rumah Kami... Hiii.... Hiii.... Hiiii..." Ucap Istrinya Ketua Kampung. Suaranya membuat bulu kuduk merinding. Apalagi mendengar tertawa cekikikannya itu.
Semua Orang yang ada di sana, dengan segera meraba tengkuknya.
"Astaghfirulahaladziiim... Istrinya Ketua Kampung kerasukan rupanya.." Orang-orang terdengar berbisik-bisik satu dengan yang lainnya.
Pak Ustadz Sulaeman, terus
bersitegang dengan Istri Ketua Kampung, yang tengah
Kerasukan oleh Makhluk yang tidak kasat mata, penunggu Pohon Beringin yang akan di tebang itu.
"Kami Manusia, makhluk Allah yang paling mulia!" Ujar Pak Ustadz Sulaeman dengan suara yang lantang.
Pak Ustadz Sulaeman, nampak membacakan Ayat-ayat suci Al-Qur'an, dan di arahkan ke Muka Istrinya
Ketua Kampung.
"Panas... Panas... "Teriaknya sampai memekakkan telinga semua Orang yang mendengarnya.
"Kalau Kalian bersikeras tidak mau pindah dari Tempat ini. Kalian akan merasakan yang lebih panas lagi dari ini!" Ujar Pak Ustadz Sulaeman lagi, dengan suara yang tidak kalah kencang dari tadi.
"Ampun... Ampun... Ampun!"
Istrinya Ketua Kampung menjerit histeris ketakutan.
"Tempat Kami boleh Kalian tebang! Tapi, Kami mau tetap berada di sekitar Tempat ini. Karena Kami harus menjaga Permata Merah Delimanya Ratu Kami
Hiii... Hiii... Hiii!" Ujarnya lagi, dengan suara yang menyeramkan.
Setelah berkata begitu, Tubuh Istrinya Ketua Kampung, langsung lemas seperti yang tak bertenaga.
Diapun terkulai, dan jatuh pingsan di bawah Pohon Beringin itu.
Bu Heni dan Ibu-ibu yang lainnya, yang kebetulan tengah berada di sana. Segera menghampiri Bu Ikah, Istri Ketua Kampung itu.
Mereka sibuk menyadarkan Bu Ikah yang tidak sadarkan diri.
Setelah beberapa sa'at, Bu Ikah nampak membuka matanya perlahan.
Dia menatap sekeliling. Nampak begitu heran.
"Alhamdulillah... Ibu sudah sadar." Ucap Bu Heni bersyukur.
"Memangnya... Saya kenapa?..." Bu Ikah bertanya keheranan.
"Ibu... Tadi Pingsan!" Sahut Bu Heni.
"Kenapa... Saya Pingsan?.." Tanya Bu Ikah lagi.
Seperti yang kebingungan.
"Sebelum Pingsan... Ibu sempat kerasukan." Ujar Bu Heni lagi.
"Astaghfirulahaladziiim..."
Ucap Bu Ikah.
Tiba-tiba...
"Apa-apaan ini?..." Eyang Kurdi bertanya dengan sangat marah.
Dia sepertinya tidak suka, melihat Orang-orang telah berkumpul di bawah Pohon Beringin itu, tanpa menunggu kehadirannya.
"Alhamdulillah... Eyang Kurdi sudah tiba.. " Ucap Pak Ustadz Sulaeman, menyambutnya dengan ramah.
"Jadi... Kita bisa mulai Penerbangannya." Lanjut Pak Ustadz Sulaeman lagi.
"Ooh... Belum di mulai?..." Tanya Eyang Kurdi, mereda.
"Belum Eyang... Tidak mungkin Saya melakukannya tanpa menunggu kehadiran Eyang." Ujar Pak Ustadz Sulaeman lagi.
"Baiklah... Kalau begitu. Ayo! Kita mulai." Ujar Eyang Kurdi.
Eyang Kurdi segera memulai Ritualnya. Dia memakai sesajen dan Kemenyan sebagai perantara, untuk Memanggil dan berinteraksi dengan Sosok Makhluk halus, penunggu Pohon Beringin itu.
Beda dengan yang dilakukan oleh Pak Ustadz Sulaeman tadi.
Tak lama, setelah Eyang Kurdi membacakan mantra-mantra andalannya, Dia terlihat seperti yang tengah berinteraksi dengan Seseorang. Namun, tak terlihat dengan Siapa Dia bicara...
Beberapa sa'at kemudian, Eyang Kurdi manggut-manggut.. Sepertinya Dia mengerti dan memahami, dengan apa yang di katakan oleh lawan bicaranya.
Eyang Kurdipun lalu menatap ke arah Pak Jaya. Dan katanya...
"Pak Jaya... Rupanya yang menunggu di Pohon Beringin ini, tidak mau di Pindahkan. Mereka membolehkan Pohon Beringinnya di tebang. Tetapi, Mereka akan tetap tinggal di Sekitar Tempat ini. Mereka tidak mau pergi dari Tempat ini. Bagaimana?..." Ujar Eyang Kurdi.
Perkataannya sama seperti yang di ucapkan tadi, sama Bu Ikah waktu kerasukan.
"Apa tidak akan membahayakan bagi Kami?.." Pak Jaya langsung bertanya dengan perasaan yang Khawatir.
"Tidak Pak Jaya... Mereka tidak akan mengganggu! Kalau Kita tidak mengganggunya." Sahut Eyang Kurdi lagi. Dia berusaha untuk meyakinkan.
"Baiklah kalau begitu... " Pak Jaya menyetujuinya. Setelah berunding dengan Seluruh Keluarganya.
"Karena, Keluarga Pak Jaya sudah setuju.. Baiklah... Para Bapak-bapak semua, ayo Siapa yang mau naik untuk menebas Ranting dan dahan-dahannya?" Ujar Eyang Kurdi menawarkan.
Ternyata... Tak Seorangpun yang bersedia untuk memanjat, naik ke Pohon Beringin itu.
Semuanya, hanya saling pandang satu sama yang lainnya. Tidak ada yang
menyanggupinya.
"Biarin... Saya saja yang manjat." Ucap Pak Burhan. Mantunya Pak Jaya.
"Iya... Sama Saya, Eyang!" Ujar Rahman, Kakak Iparnya.
Mendengar ada yang sanggup mau manjat Pohon Beringin itu, Semua mata melirik ke arah datangnya suara. Tatapannya terlihat seperti yang merasa lega, terbebas dari satu masalah.
"Kalau begitu, baiklah. Silahkan... Jangan lupa berdo'a dulu!" Pak Ustadz Sulaeman mengingatkan.
"Baik Pak Ustadz... Semuanya... Do'akan Kami! Biar tidak mendapatkan rintangan apapun. Biar lancar prosesnya." Ucap Rahman dan Burhan, serempak meminta Do'a kepada Seluruh Warga Kampung yang hadir di sana.
"Amiin... Ya Robbal Alamiin...!" Seluruh Warga yang hadir serempak mengaminkan.
Perlahan, Rahman dan Burhan memanjat Pohon Beringin yang sangat besar itu. Diiringi tatapan Khawatir Seluruh Warga Kampung yang hadir di Tempat itu.
Pertama-tama... Burhan menebas akar-akarnya, sedikit demi sedikit. Begitu pula dengan Kakak Iparnya.
Diapun sama menebas akar-akar Beringin yang menjuntai menutupi Pohon Beringin.
Alhamdulillah... Sampai penebangan Ranting-ranting dan Dahan-dahannya. Pekerjaan Burhan dan Rahman nampak lancar-lancar saja. Tidak ada kejadian yang tidak di harapkan.
Hingga Sore hari, hampir seluruh Ranting dan dahan Pohon Beringin itu, sudah berada di atas tanah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ira Noviana
ada bagian yg typo
2023-09-12
1
🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™
aku baca siang aja ya
2021-12-20
0
pxtrq_
berarti kerasukan tuh ibu".. jujur sih belum tau gimana rasanya kerasukan tapi, gw juga agk sensitive dengan makhluk halusd
2021-10-04
0