Farri berlari kecil menyusuri koridor apartemen menuju unit milik kekasihnya berada.
Sudah seminggu mereka tidak bertemu. Seminggu yang ia habiskan di luar kota untuk urusan pekerjaan. Bahkan kedua orang tuanya masih menetap di sana untuk sekalian berlibur.
Farri berbohong pada kekasihnya jika ia akan pulang satu minggu lagi. Ia ingin membuat kejutan untuk sang kekasih.
Dengan mengendap-endap ia memasuki unit sang kekasih yang ia ketahui passcode-nya. Biasanya pagi seperti itu kekasihnya belum akan bangun. Wanita yang ia kenal sejak jaman kuliah. Junior satu tahun di bawahnya. Gadis yang membuatnya keluar dari dunia hitam balap liar. Membuatnya lebih fokus lagi pada kuliah dan terjun di dunia bisnis milik ayahnya.
Mendekati kamar yang pintunya sedikit terbuka, senyumnya hilang ketika ia mendengar suara desahan laki-laki dan perempuan yang saling bersahutan. Pikiran buruk langsung bersarang pada otaknya.
Tidak ingin semakin berprasangka buruk, ia mendekati pintu. Orang yang ingin ia temui, wanita yang amat ia rindukan. Wanita itu tengah berbagi peluh dan saling mencari kenikmatan dengan laki-laki yang juga ia kenal. Laki-laki yang selalu kekasihnya sebut sebagai sahabat. Mereka tengah bergumul panas dengan si pria yang menindih wanitanya. Farri langsung membuka pintu semakin lebar dengan gerakan kasar.
"BRENGSEK!!" maki Farri. Menarik pria yang tengah menindih tubuh polos kekasihnya. Wanita itu langsung menarik selimut menutupi tubuh yang tanpa sehelai benang pun, lengkap dengan tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Lo ngapain sama cewek gue bangs*t??!!" satu pukulan melayang mengenai wajah pria yang juga sudah ia anggap teman itu. Sungguh, kepalanya serasa akan meledak dengan amarah yang ia miliki saat melihat apa yang kedua orang itu lakukan.
Kekasih yang ingin ia lamar di waktu dekat ternyata mengkhianatinya sebegitu dalam.
Rindunya sirna. Bahagianya yang beberapa saat lalu ia rasakan, melebur begitu saja. Hatinya sudah tak lagi berbentuk mendapati pengkhianatan itu.
Pria di hadapannya pun sama tak merasa bersalahnya seperti wanita yang sudah menorehkan luka pada dirinya. Orang yang ia anggap teman itu justru mendengus dan memberikan senyum mengejek.
"Apa yang salah dari kami. Dia butuh pelepasan. Dan gue kasih." pria itu menengadahkan kedua tangannya dan mengedik. Memungut celana boxer dan memakainya. "Kami suka sama suka. Gue butuh, dia butuh. Lo boleh miliki hatinya, dan gue miliki tubuh yang nggak pernah lo inginkan. Adil kan?" imbuh dengan kurang ajarnya.
"BRENGSEK!!" sekali lagi bogem mentah mendarat pada wajah mulus temannya itu. Tapi pria itu tak sekalipun ingin membalas. Dia malah tertawa mengejek.
"Dan lo!" tuding Farri pada kekasihnya. "Mulai hari ini, kita udahan!"
"Nggak masalah." balas wanita itu enteng. Semakin menyulut emosi Farri. Sebegitu tidak berartinyakah dirinya untuk wanita itu?
Apa hubungan yang sudah sekian lama mereka jalin sebenarnya hanya perasaan semu?
Hanya ia yang mencinta sedangkan wanita itu tidak. Apa selama ini ia bahagia seorang diri?
Miris sekali nasib cintanya.
Farri memilih untuk menahan agar tidak menyakiti wanita yang ia cintai selama bertahun-tahun itu. Ia tidak ingin menyesal jika sampai mencelakakannya.
Farri berlalu dari sana dengan emosi yang menggunung. Ia butuh pelampiasan dengan alkohol. Jika tidak ingin melampiaskan amarahnya dengan memukuli orang tak bersalah.
Dan Ia memutuskan untuk pulang. setelah berjam-jam perasaannya tidak juga membaik setelah menenggak bergelas-gelas minuman keras.
Hari memang masih siang. Tapi kedua orang tuanya tengah berada di luar kota. Jadi tidak akan ada yang memarahinya pulang dalam keadaan seperti itu.
Entah bagaimana caranya ia membawa mobil hingga sampai di rumah besar keluarganya. Mungkin kesadarannya masih cukup bagus. Bahkan rasa sakit di hatinya tidak terobati sama sekali dengan minum keras. Masih saja terasa dan menyiksanya. Sepertinya alkohol tidak membuat efek apa pun pada perasaannya. Hanya menyisakan rasa pusing pada kepalanya.
Menaiki anak tangga satu persatu dengan pandangan yang mulai kabur, ia di kejutkan dengan keberadaan wanita yang tengah duduk bersandar pada pintu kamar adiknya.
Wanita yang baru saja menyakitinya itu mengaku tengah menunggu Senja.
"Hah. Dia pikir gue bakal biarin adik kesayangan gue bergaul sama wanita murahan macam dia?!" dengus Farri dalam hati.
Entah pengaruh alkohol atau setan dari mana yang menyuruhnya untuk menyeret wanita itu masuk dalam kamar dan mengungkungnya di bawah tubuh.
"Gue gak pernah nyangka, lo semurahan itu?" tawanya sarkas. Dengan hati yang kembali berdenyut nyeri.
"Aa-bang." cicit wanitanya ketakutan. Tapi ia tak peduli. Perasaannya sudah di penuhi kekecewaan.
"Lo tanya kenapa selama ini gue nggak mau di ajak berhubungan badan?!" teriaknya membuat wanita di bawahnya menggeleng ketakutan dengan lelehan air mata.
"Gue cuma mau jagain, lo! gue nggak mau ngerusak lo! gue punya adek cewek. Dan gue nggak mau adek gue di rusak meskipun sama cowoknya sendiri! meskipun mereka saling suka dan mau!"
Selama ini ia menjaga kekasihnya seperti ia menjaga adik dan ibunya. Ia tidak ingin merusak kekasihnya seperti ia tidak ingin adiknya di rusak oleh pria dengan alasan cinta.
Farri tidak pernah menyakiti hati kekasihnya. Menuruti apa saja yang wanita itu inginkan. Berharap ibunya di perlakukan sama oleh ayahnya.
"KENAPA LO MALAH BERHUBUNGAN SAMA COWOK YANG LO BILANG SAHABAT, BANGS*T!!" ia yakin, suaranya memekakkan telinga wanita di bawahnya yang semakin terisak.
Terimakasih untuk sang ayah yang sudah memasang peredam suara pada kamarnya. Meski gedoran di pintu masih bisa ia dengar. Tapi apa yang orang di luar sana katakan tidak sampai di telinganya. Dan ia yakin, apa yang ia lakukan di dalam sana juga tidak akan didengar oleh orang-orang di luar sana.
"Sekarang, gue mau nurutin permintaan lo." Farri membuka kaos yang melekat pas pada tubuhnya dan melemparnya asal. Membuat wajah wanita di bawahnya semakin pias ketakutan.
"To-tolong ja-jangan bang. Ini Jingga." cicit gadis di bawahnya. Sarat akan ketakutan yang mendalam. Membuat ia tertawa semakin keras.
"Lo kira gue begoo! Jingga nggak akan semurahan, lo!" Farri berhasil membuat tubuh mereka sama-sama polos. Ini adalah pengalaman pertama untuk pria itu.
Meski Farri terkenal bandel saat remaja. Tapi itu hanya sebatas balap liar, minum-minuman keras dan berantem. Tidak pernah sekalipun ia menyentuh wanita. Membayangkan Senja di posisi wanita yang ia sentuh saja ia tidak akan mampu. Ia begitu menyayangi adik manisnya itu. Dan tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa adiknya.
"Maafin abang dek." ucapnya dalam hati ketika akan melakukannya. "Maaf mah, pah." imbuhnya lagi. Ada rasa bersalah saat ia akan melakukannya. Tapi amarah menguasainya.
"Dan kenapa lo takut?" ucap Farri dengan lembut. Menelusuri sisi wajah wanita di bawahnya dengan punggung jari. "Padahal tadi lo terlihat bergairaah banget."
"Bang Farri sadar. Ini Jingga, bang." suara bergetar itu malah semakin membuat Farri ingin menjelajahi tubuh wanitanya itu.
"Tenang aja sayang. Gue nggak akan main kasar."
Isak tangis mengiringi kegiatan panas yang mereka lakukan. Tak jarang isak itu bercampur dengan desah. Semakin membuat Farri menggila untuk semakin menjelajah dengan hal baru dalam hidupnya.
Meski setengah sadar. Tapi ia masih bisa merasakan dan mengingat bagaimana rasanya. Rasa yang membuat dirinya melayang. Surga dunia yang baru pertama kali ia rasakan.
Ia benar-benar di kuasai emosi dan alkohol. Hingga semua selesai dan ia jatuh tertidur memeluk wanita yang masih menangis sesenggukan dibawah selimut.
*
*
*
Padahal Farri abang idaman banget lho 😌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Riska Wulandari
aduhhhhhh..gmn nih..makin rumit pastinya..
2022-08-26
1
Sri Widjiastuti
gara2 fari kalab... jjngga terpisah dg baskarra... takdirnya authorr ni😁😁👍👍✌
2022-03-09
1
ummilia1180
sedihnya....
2021-11-05
2