Tak ada air mata ketika Senja mengetahui hubungan kedua sahabatnya. Bukan Senja namanya jika menangis dan menye-menye akan hal itu.
Meski tak di pungkiri hatinya terluka. Siapa yang tidak terluka mengetahui pemuda yang ia cintai ternyata mencintai gadis lain yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
Dan lebih dari itu, sikap kedua sahabat yang sudah begitu ia percaya yang ternyata tidak pernah jujur, nyatanya lebih menyakitinya.
Apa ia sejahat itu hingga mereka menyembunyikan hubungan mereka darinya?
Meski sakit, tapi ia pasti akan merelakan hubungan mereka.
Tapi tidak dengan sekarang. Rasa kecewanya terlalu besar. Membuat ia tak ingin mengenal lagi kedua orang itu. Baskara dan Jingga bukan lah lagi sahabatnya. Persahabatan yang sudah mereka jalin dari dalam kandungan orang tua mereka yang bersahabat.
Ia akan menganggap kedua orang itu sudah mati.
Senja mengambil tas miliknya di dalam kelas dan menyusul papanya yang sudah menunggu di mobil.
Seperti biasa. Setelah keluarganya di panggil pihak sekolah, ia akan ikut pulang karena lagi-lagi di skors tiga hari karena perbuatannya.
Senja mendengus geli. Ia selalu membela Jingga tak peduli akan di hukum apa pun. Tapi ternyata ia di tusuk dari belakang oleh orang yang ia bela. Miris sekali.
"Senja!!" teriakan dari belakang punggungnya tak Senja hiraukan. Ia semakin memacu langkahnya menuju tempat parkir dimana papanya berada.
"TUNGGU JA!" teriakan itu semakin terdengar. Tapi Senja tetap masa bodoh dengan dua orang pengkhianat yang tengah mengejarnya.
"Ayo pah, pulang." pinta Senja begitu gadis itu sudah duduk di samping papanya-Alvaro.
"Itu Babas dan Jingga manggil kamu, sayang." Alvaro masih belum juga melajukan kendaraannya. Pria yang mengenakan setelan kerjanya menatap ke luar, tepat dimana Baskara dan Jingga tengah berlari ke arah mereka.
"Ayoo pah! Adek lagi males sama mereka. Kalau papa nggak mau jalan, adek naik taxi aja deh!" Senja sudah siap turun dengan memegang hendle pintu. Membuat Alvaro mengalah dengan menyalakan mesin dan melajukan mobilnya keluar dari parkiran sekolah bertepatan dengan Baskara dan Jingga yang sampai di samping mobil mereka.
***
Baskara tengah menenangkan kekasihnya di kebun belakang sekolah.
Beberapa saat yang lalu ia melakukan hal yang sama untuk alasan kekasihnya menangis karena Senja dibawa ruang kepala sekolah karena membela gadisnya itu. Tapi kali ini karena alasan Senja yang marah pada mereka.
"Sudah sayang.. Nanti pasti Senja balik kaya biasa lagi kok."
Jingga menggeleng dalam dekapan Baskara. Senja memang sering merajuk. Sering marah pada mereka. Tapi biasanya karena masalah sepele. Bukan seperti saat ini.
"Aku nggak yakin, Bas. Pasti Senja nggak mau lagi maafin kita! Dia pasti nggak mau lagi temenan sama kita, Bas!" ucap Jingga dengan suara tersendat. "Dia suka sama kamu. Dia cerita sendiri ke aku. Tapi kita malah jadian di belakang dia. Senja pasti nggak bakal mau maafin aku, Bas!"
Baskara sendiri bingung harus apa. Dia juga tidak yakin bisa membujuk Senja dengan jalan-jalan dan makan seperti biasa. Tadi saja gadis itu tak mau menghiraukan panggilannya dan Jingga.
"Nanti kita cari cara untuk minta maaf." ucap Baskara dengan usapan lembut di punggung kekasihnya.
Jingga melepaskan pelukan Baskara. Ia tatap lekat netra hitam kekasihnya. "Apa sebaiknya kita putus aja?"
***
Sampai di rumah, Senja sudah di sambut sang ibu di depan pintu dengan melipat tangan di depan dada.
"Adek tuh! kenapa bisa masuk ruang kepsek mulu sih?! nggak pinter amat kalau berantem?"
Alvaro ternganga mendengar seruan istrinya. Bukannya memarahi anak mereka yang lagi-lagi bertengkar malah di tanya opsi lain.
Senja yang suasana hatinya sudah buruk, tak menghiraukan ucapan Tiara. Gadis itu terus saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah setelah menyalami sang ibu.
Membuat kedua orang tuanya terheran-heran. "Kenapa pah?" tanya Tiara masih terbengong di depan pintu. Tidak biasanya sekali putrinya bertingkah demikian. Padahal biasanya gadis itu akan merayu sang ibu agar tidak memarahinya.
Alvaro membalas dengan mengedikkan kedua bahunya. Ia juga sudah merasa ada yang aneh dengan putrinya saat gadis itu tak mau berbicara dengan Baskara dan Jingga di sekolah tadi.
Senja menutup pintu kamar dengan cara di banting. Melempar tas sekolahnya asal dan melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur tanpa melepas alas kakinya.
Dia kesal. Marah. Benci. Kecewa. Sedih. Tapi ia juga sayang pada dua orang yang mengkhianatinya itu. Membuat gadis itu bingung harus bagaimana. Bahkan air matanya saja tidak keluar setetes pun.
Apa karena lukanya tak sedalam yang ia bayangkan? hingga ia bahkan tidak menangis meski sedih.
Atau karena rasa kecewanya begitu dalam hingga merasa air matanya terlalu berharga untuk menangisi kedua orang itu?
Marah membuat Senja terlelap untuk waktu yang cukup lama. Hingga suara ketukan pintu terdengar.
"Kenapa mah?" tanyanya dengan suara serak saat mendapati sang ibu di depan pintu kamarnya.
"Ada Babas sama Jingga di bawah. Mama suruh masuk aja ke kamar adek, tapi mereka nggak mau."
"Bilang aja sama mereka. Adek masih tidur, mah." ini memang sudah jam pulang sekolah untuk sekolah mereka.
"Kenapa sih, dek? kalian bertengkar?" cecar Tiara ingin tahu.
"Nggak pa-pa, Mah. Lagi males aja tiap hari liat muka mereka. Pengen ganti suasana. Bosen temenan sama mereka dari orok. Lagian adek masih ngantuk, maaaahh." kilahnya yang di akhiri rengekan.
Tiara tidak bisa memaksa putrinya lebih dari itu. Semakin di paksa nanti anaknya malah semakin menjadi. Biar saja mereka menyelesaikan masalah mereka. Mungkin Senja butuh waktu untuk menenangkan diri atau memaafkan Jingga dan Baskara apa pun kesalahan kedua sahabat putrinya itu.
Senja melihat dari jendela kamarnya saat Baskara dan Jingga pergi meninggalkan rumahnya.
Ketika Jingga mendongak untuk menatap kearah kamar miliknya, Senja langsung menyembunyikan dirinya di balik tembok.
Hari itu, persahabatan mereka berakhir. Tidak ada lagi trio Matahari. Karena Senja selalu menghindar setiap kali Baskara dan Jingga mencoba mendekatinya.
Menyibukan waktu istirahat nya dengan mendalami pelajaran di perpustakaan atau mencoba praktikum di lab bergabung dengan tim khusus yang sering kali melakukan percobaan atau bereksperimen. Seperti beberapa saat lalu, timnya menemukan formula yang bisa di gunakan untuk menyuburkan tanaman hingga dua kali lipat.
Merasa ada yang kosong, pasti. Tapi Senja memilih melakukan banyak hal agar tidak terlalu memikirkan hal itu. Dia lebih fokus belajar dan les tambahan sepulang sekolah. Di kelas dua belas nanti, ia ingin bisa masuk kelas khusus. Kelasnya orang-orang jenius.
Sebenarnya di kelas sebelas, ia juga sudah di tawari untuk masuk kelas khusus itu. Tapi ia menolak dan memilih masuk kelas yang dama dengan Baskara. Toh itu juga masih kelas unggulan di sekolahnya. Tak menyangkan ia salah menentukan pilihan.
*
*
*
Mau cerita sedikit. Othor lagi balik lagi ke ibu kota, eh di jalan ban kempes. Ban serep pun sama 😭
Dalam jarak 2KM, mobil dibawa dengan keadaan ban yang udah goyang. Takut gaes.. Tapi untungnya selamat sampai rest area terdekat.😭
Doakan bisa sampai dengan selamat 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Devi Triandani
tetap semangat senja 💪
2022-08-27
0
Devi Triandani
makanya knp gak cerita dr awal biar dia tdk sesakit itu
2022-08-27
0
pipi gemoy
good senja gue suka gaya loe
2022-08-26
1