"Bas! Baskara!" teriak salah satu teman sekelas Baskara, membuat pemuda yang tengah asik mendribel bola seketika menghentikan kegiatannya. Berlari ke pinggir lapangan mendekati siswa yang tadi memanggilnya.
"Kenapa?" sahutnya dengan napas yang masih tersengal. Ia biasa mengisi waktu istirahat pertama dengan bermain basket dengan teman-teman tim basketnya. Baru istirahat ke dua pergi ke kantin dengan Jingga dan Senja.
Jam istirahat pertama kantin pasti penuh. Membuat sahabat dan kekasihnya enggan menyambangi tempat itu.
Tak jarang juga di istirahat ke dua, ia habiskan di taman belakang sekolah dengan Jingga. Kekasihnya itu sering membawa bekal untuk makan siang mereka berdua. Yang tentunya tanpa sepengetahuan dari Senja.
Entah harus sampai kapan mereka harus menyembunyikan hubungan mereka dari Senja. Jingga selalu melarangnya tiap kali ia akan memberitahukan hubungan mereka. Padahal apa salahnya jika Senja tahu. Ia yakin, sahabatnya itu bisa mengerti. Dan mereka bisa menjalani hubungan tanpa takut ketahuan oleh Senja.
"Senja, berantem lagi! dia nonjok Rio di depan perpus. Mereka-" belum sempat teman sekelasnya itu memberitahu kejadiannya, Baskara langsung berlari menuju Perpustakaan. Senja selalu saja tidak bisa menjaga emosinya. Dan itu pasti berhubungan dengan mereka yang mengganggu kekasihnya.
Sampai di Perpustakaan, keadaan sudah mulai sepi. Baskara bertanya pada siswa terakhir yang membubarkan diri. Seperti biasa, Senja sudah di bawa ke ruang kepala sekolah.
Ada Jingga di depan ruangan tengah menangis sesenggukan. Baskara lekas meraih gadis itu ke dalam pelukan.
"Senja, Bas! di pasti di hukum lagi gara-gara aku, kan?" isak Jingga di dadanya.
Baskara tak peduli dengan siswa yang melihat mereka berpelukan. Itu pun bukan pertama kalinya mereka seperti itu. Ia bawa gadis dalam dekapannya ke tempat yang lebih tersembunyi dari mata-mata yang ingin tahu.
Hal yang sering terulang setiap kali Jingga di ganggu. Senja yang akan langsung membela dan berujung di bawa ke ruang kepala sekolah untuk mendapat hukuman atau menunggu orang tuanya datang ke sekolah.
Dan hal biasa pula, Jingga akan menunggu dengan rasa bersalah yang berujung dengan tangis dan sederet aduan di dalam dekapan Baskara.
"Tenang aja. Paling juga di skors kaya biasa." bukan Baskara tak peduli. Tapi memang selalu demikian. Mau Jingga menangis hingga air matanya kering sekali pun, Senja pasti tetap akan mendapat hukuman dengan skorsing beberapa hari.
Jika Senja saja bisa keluar dari ruang kepala sekolah dengan senyuman, kenapa Jingga harus menangis?
"Tapi itu gara-gara aku, Bas! Senja di hukum karen ngebelain aku!" seru Jingga yang kini duduk di taman belakang tempat keduanya biasa menghabiskan waktu tanpa Senja di antara mereka.
"Emang kenapa lagi sih, Yank? Kali ini apa lagi yang bikin Senja masuk ruang kepsek?"
Jingga memulai ceritanya dari awal. Dari Senja yang mendatangi kelasnya dan mengajak ia ke perpustakaan. Seperti biasa, belajar pelajaran yang ia sulit pahami sendiri.
Tapi, baru di depan perpustakaan, Rio yang tengah duduk di bangku depan Perpustakaan, dengan kurang ajarnya memegang bagian belakang Jingga. Dan itu dalam pengawasan mata Senja.
Jingga memang marah. Tapi seperti biasa, ia hanya bisa diam. Jangankan melawan Rio si preman sekolah. Melawan sesama perempuan saja ia tidak berani.
Dan saat itu juga, Senja langsung memukul hidung Rio dengan tinjunya. Membuat hidung pemuda itu mengeluarkan cukup banyak darah segar.
Mereka sempat menjadi pusat perhatian anak-anak. Siswa yang selalu bahagia jika sudah ada yang membuat ulah kepada Jingga. Karena saat itu juga, pasti Senja akan bertindak dan menjadi tontonan yang cukup menarik untuk mereka lihat.
Baskara mengeraskan rahangnya menahan emosi yang menggelegak. "Itu namanya pelecehan, Jingga! kamu harus laporkan ini ke pihak sekolah! orang-orang kaya si Rio tuh nggak bisa di biarin gitu aja!"
Andai Baskara ada di tempat kejadian. Bukan hanya hidung Rio yang akan ia buat berdarah. Jika perlu ia akan buat pemuda itu tidak bisa bangun kembali.
Baskara berteriak marah. Merasa tidak berguna sebagai seorang kekasih. Hal itu membuat ia tidak bisa lagi menyembunyikan hubungan mereka dihadapan seluruh siswa. Ia akan membuat semua tahu jika Jingga adalah kekasihnya. Agar tidak ada lagi yang berani mengganggu Jingga. Ia akan melindungi Jingga dengan tangannya sendiri. Bukan lagi dengan tangan Senja yang selalu berakhir dengan sahabatnya itu yang menadapat masalah. Bukan hanya di sekolah yang mendapat skorsing. Tapi juga di rumah. Seluruh alat komunikasi juga semua kartu milik Senja pasti akan di sita oleh mama Tiara.
Ia yakin, jika seluruh siswa tahu hubungannya dengan Jingga, tidak akan ada lagi orang yang berani mengganggu Jingga. Meski ia bukan preman sekolah sekelas Rio. Tapi semua orang tahu bagaimana jika ia sudah marah.
Jangankan Rio. Kakak kelas mereka sebelumnya saja kalah jika sudah berhadapan dengan Baskara yang di kuasai emosi.
Dulu, saat kelas satu. Entah karena Jingga yang terlalu pendiam dan sabar membuat gadis itu sudah menjadi sasaran empuk untuk di ganggu.
Saat itu, Jingga di ganggu pimpinan kelas 12. Orang paling di takuti oleh seluruh siswa. Senja yang membela justru hampir saja di lecehkan jika saja Baskara datang terlambat.
Saat itu juga Baskara pukul habis-habisan tiga kakak kelas mereka yang membawa Jingga dan Senja memasuki toilet kelas 12. Tempat yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh kelas 11 apa lagi kelas 10.
Pengecualian untuk Baskara saat itu. Karena siapa saja yang menghalangi jalannya menuju toilet kelas 12, akan Baskara pukul hinggal minggir memberi jalan untuknya lewat.
Dikelas 12 juga bukannya tidak ada orang yang melihat Senja dan Jingga di bawa masuk ke dalam toilet. Hanya saja, tidak ada yang berani dengan pentolan sekolah saat itu. Mereka seakan menutup mata dan telinga. Mematikan hati mereka dari rasa kasihan saat kedua gadis itu menatap mereka dengan permohonan.
Baskara yang baru saja keluar dari ruang Tata Usaha untuk membayar buku langsung berlari begitu ada yang memberitahunya tentang kejadian yang tak sempat ia saksikan. Siswi kelas 12 yang tidak berani berbuat apa pun selalin memberitahu Baskara dan berharap bisa menyelamatkan sahabatnya.
Jika saja Senja dan Jingga tidak menahannya, mungkin pentolan sekolah saat itu sudah mati saat itu juga. Baskara memukul tiga orang itu dengan membabi buta.
Setelah Senja berhasil membuat Baskara berhenti, Baskara langsung menyeret mereka ke ruang Kepala Sekolah dan membuat laporan tentang pelecehan.
Tiga hari setelah kejadian, orang-orang yang mengganggu Senja dan Jingga langsung di keluarkan dari sekolah.
"Lebih baik, kita umumkan aja hubungan kita! biar nggak ada lagi yang berani gangguin kamu!" tekad Baskara bulat atas keputusannya.
Jingga menggeleng kuat. "Aku belum siap kalau sampai Senja marah sama kita."
Baskara memegang bahu Jingga tegas. "Mau sampai kapan? lebih cepat Senja tau kalau kita udah jadian. Semakin cepat juga kita bisa selesein masalah ini, yank!"
"Jadi.. Selama ini kali..." suara dengan diakhiri dengusan getir terdengar dari balik punggung Baskara. Poatur tubuh pemuda itu yang lebih tinggi dari Jingga membuat ia tidak menyadari jika ada Senja yang entah sejak kapan berada di sana.
"Senja.." gumam Baskara dan Jingga lirih begitu mereka menatap ke arah dimana gadis itu berdiri.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
RossyNara
pdahal udah dua kali baca, tetap aja ikut sakit hati. senja sini aku peluk.
2024-03-02
1
bunda DF 💞
senja sakit hati bgt tuh pastinya,,, klo aja mrk jujur dr awal ga akan sesakit ituu
2023-03-06
0
Devi Triandani
sakit banget melihat senja 😭
2022-08-27
0