Senja terus saja berceloteh tentang segala perasaan yang selama ini ia pendam seorang diri.
Tapi pikiran Jingga entah tengah terbang kemana. Ia sama sekali tidak fokus tentang apa yang di sampaikan sahabatnya. Ia bimbang, apa yang harus ia lakukan.
Perasaannya bak memegang telur di ujung tombak. Semua terasa serba salah. Bergerak sedikit saja tanpa perhitungan, semua akan hancur tak bersisa.
"Eh, lo tadi mau cerita apa, Ngga?" bahkan pertanyaan Senja tak mampu menembus benaknya. Hingga beberapa kali Senja menepuk lengan sahabatnya, baru Jingga sadar.
"Eh, iya kenapa, Ja? sory gue malah ngelamun." ucapnya tak enak hati ketahuan melamun.
"Lo tadi mau cerita apaaaa? lagian ngelamunin apa sih, lo?" Senja mencebik kesal. Panjang lebar ia bercerita, ternyata sahabatnya malah tidak menyimak sedikit pun.
"Oh itu? Emmm nggak papa. Nggak penting kok." Jingga memaksakan senyumnya.
Senja mengangguk saja tidak ingin tahu dengan apa yang sahabatnya pikirkan. Jika sudah siap, pasti Jingga akan bercerita dengan sendirinya nanti. Begitu pikirnya.
"Oh iya. Lo tadi kemana aja sama Babas? Kata Babas, kalian liat sakura, ya?" tanya Senja antusias. Berharap sahabatnya akan menceritakan jalan-jalannya dengan Baskara.
"Iya. Tapi biasa aja kok." jawaban Jingga terdengar tidak bersemangat. Padahal tadi sebelum Senja masuk kedalam kamar, Jingga tengah senyum-senyum melihat hasil foto-fotonya bersama Baskara. Foto berdua mereka setelah resmi menjadi sepasang kekasih.
Jingga langsung pamit dengan alasan sudah lelah dan ingin beristirahat. Sejujurnya ia hanya bingung dengan situasi saat ini. Apa ia harus memberitahu Baskara tentang Senja yang menyukai pemuda itu?
Atau ia justru harus berpisah dengan kekasih yang bahkan belum dua puluh empat jam ia miliki. Berpisah untuk menyelamatkan hubungan persahabatan mereka.
Setelah memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Baskara setelah dirinya sampai di rumah. Baskara menentang keras keinginan kekasihnya untuk mengakhiri hubungan mereka.
"Kamu mau ngorbanin perasaan kita berdua buat Senja?!" Baskara tidak mengerti kenapa kekasihnya bisa sebaik itu. Boleh baik, tapi sedikit saja egois tidak masalah, bukan?
"Tapi Senja suka sama kamu." suara Jingga sudah dibumbui dengan getaran. Baru berbicara lewat telepon saja sudah membuatnya sedih. Apa lagi jika langsung bertatap muka dan melihat kekecewaan di mata Baskara atas keinginannya. Ia pasti tidak akan sanggup.
"Tapi bukan berarti aku suka sama dia, Jingga! meskipun kita putus, itu nggak bakal bikin aku balas perasaan Senja. Karena aku cintanya cuma sama kamu!"
Jingga semakin tergugu dalam tangisnya. "Tapi aku takut persahabatan kita sama Senja hancur saat dia tau hubungan kita."
Baskara memejamkan mata dan menyugar rambutnya ke belakang. "Tolong yank. Kali ini aja kamu sedikit egois. Kali ini aja aku minta sama kamu buat pertahanin hubungan kita. Kita perjuangkan sama-sama. Nanti kita cari cara sama-sama untuk jelasin hubungan kita sama Senja tanpa membuat dia kecewa."
Bukannya Baskara tidak menyayangi Senja sebagai sahabatnya. Ia juga tidak ingin persahabatan mereka hancur dan Senja menjauhi mereka.
Tapi ia ingin memiliki Jingga sebagai orang yang lebih spesial dari sekedar sahabat.
Akhirnya setelah Baskara banyak memohon, Jingga mau menuruti permintaan Baskara untuk memperjuangkan hubungan mereka. Tapi ia tidak setuju untuk memberitahu hubungan mereka kepada Senja dalam waktu dekat.
***
Baskara meletakan telor mata sapi miliknya di atas nasi goreng milik Jingga dengan senyum hangat. Hubungan mereka sudah berjalan beberapa bulan dan semua masih berjalan lancar. Persahabatan mereka dengan Senja pun tak berubah. Semua masih sama. Meski mereka masih harus sembunyi-sembunyi jika ingin berduaan.
"Makan yang banyak, biar cepet gede." ucap Baskara mulai memakan nasi goreng miliknya.
Jingga hanya membalas dengan senyum paling cantik yang ia miliki. Ekor matanya mencuri pandang pada gadis di sebelahnya yang memiringkan kepala menatap ia dan Baskara bergantian dengan binggung. Hingga tak lama gadis disebelahnya mengedikan bahunya acuh dan kembali menikmati siomay porsi ekstra di piringnya.
Bukan hanya sekali dua kali Senja mendengar selentingan tentang kedua sahabatnya yang "katanya" tambah mesra di hadapan seluruh siswa SMA mereka. Meski sempat terusik, tapi ia mencoba acuh karena memang Baskara dan Jingga bersikap biasa saja di hadapannya.
Dan tak hanya sekali dua kali juga ia kehilangan jejak kedua sahabatnya di jam istirahat atau pun weekend. Ada saja alasan yang diberikan oleh Jingga maupun Baskara kepada Senja jika ingin berduaan. Alasan yang berbeda untuk menutupi hal yang sama.
"Bas. Kalau gue berubah feminin kaya Jingga. Kira-kira, lo bakalan suka nggak, sama gue?"
"UKHUKK.. UKHUKK.." pertanyaan Senja seketika membuat nasi goreng yang baru masuk kedalam mulut Jingga seketika terjun ke tenggorokan dan membuatnya tersedak.
Rasa perih menjalar disepanjang tenggorokan dan hidung. Untung Baskara langsung menyelamatkannya dengan menyodorkan sebotol air mineral yang langsung ia habiskan setengahnya.
"Kenapa, sih Ngga? gue kan nanyanya ke Babas." pikirannya mulai terpengaruhi dengan omongan anak-anak yang mengatakan Baskara dan Jingga adalah sepasang kekasih.
"Lo kan udah cantik, Ja. Cantik lo tuh natural, nggak di buat-buat."
Senja mengedik. "Emang gue nggak boleh berubah jadi feminin?"
"Boleh kok." sahut Jingga panik. Takut sahabatnya tersinggung. "Tapi padanannya kenapa harus gue? padahal banyak yang cantik di sekolah kita. Atau mamah kamu juga cantik."
"Perasaan gue nggak bilang mau berubah jadi cantik deh. Berubah jadi cantik mah butuh operasi kali." ucap Senja sedikit mencibir. Merasa kesal seakan ia terlihat jelek saja di mata Jingga, hingga harus berubah cantik.
"Eh? maksud gue feminin."
Baskara menatap kekasih dan sahabatnya yang terlihat tidak seperti biasanya. "Mau lo feminin atau tomboy kaya sekarang, gue tetap suka kok sama lo Ja." ucap Baskara mencoba menengahi.
"Kalau gue nggak suka. Mana mungkin gue mau sahabatan sama lo dari orok." imbuhnya mencoba berkelakar mencairkan suasana. Sayangnya ia tak berhasil. Kekasihnya justru menunduk entah apa yang salah dari ucapannya. Dan Senja...
"Maksud gue suka sebagai lawan jenis! suka dalam artian perasaan yang lebih mendalam." Senja lebih jauh memancing Baskara.
Baskara sempat terdiam sesaat. Bingung harus bagaimana menanggapi pertanyaan Senja. "Lo udah gue anggap sahabat bahkan adek gue sendiri. Lo tau sendiri gue anak tunggal. Dan yang selama ini manjanya minta ampun sama gue kan cuma lo."
Senja menunduk. Hatinya tersayat. Meski tidak secara langsung ia mengungkapkan perasaannya. Dan tidak secara langsung Baskara menolak perasaannya. Tapi semua sudah terlihat jelas dari jawaban yang Baskara berikan.
Baskara hanya menganggapnya adik dan tidak lebih. Bahkan mungkin sampai kapanpun perasaan pemuda itu padanya akan tetap sama.
Dan ia sadar, siapa yang mau dengan gadis tomboy tukang berantem sepertinya.
*
*
*
Haii gaes.. masih adakah yang menungguku. hihihi
Maaf untuk sampai akhir bulan bakalan jarng update. Othornya lagi pulang kampung. Kalau lagi sama keluarga rasanya males mikir yang lain. hihihi
Apa lagi sinyalnya timbul tenggelam 😭
Doakan awal bulan depan sudah bisa update rutin lagi ya gaes...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Ani Ali
knp keingat kisah Rahul Tina dn Anjeli 😀
2022-11-29
0
Regita Regita
semoga makin banyak yang baca.ceritanya bagus .
2022-08-30
0
Sulastri Sulastri
kasihan jg senja
2022-03-14
1