Jingga mematut dirinya di depan cermin. Memastikan lagi penampilannya sudah terlihat cantik dengan jeans dan kemeja baby blue yang di padan dengan jaket denim biru tua yang belum lama ini ia beli couple bersama dengan Baskara.
Pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok sang ibu dengan senyum lebarnya. "Sudah di tunggu Bas di bawah sayang."
Jingga membals senyuman ibunya. "Gimana mih. Cocok nggak?" ia masih merasa kurang percaya diri dengan penampilannya. Baskara bilang akan mengajaknya ke tempat spesial.
Dengan senyum menggoda Sheril mendekati putri sulungnya dan melihat penampilan gadis itu depan belakang. "Cantik. Anak mami selalu cantik."
Jingga menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dan menunduk malu. "Bas gimana?"
Sheril menaikkan alisnya dengan senyum yang semakin menggoda. Apa dulu dirinya juga seperti gadisnya itu? terlihat jelas tengah kasmaran di wajahnya.
"Babas jelas aja ganteng. Bajunya samaan lagiii.." Sheril semakin gencar menggoda sang putri.
Mereka memang sengaja berjanji menggunakan warna senada. Kata Baskara ini hari spesial. Meski Jingga tidak tahu spesial apa yang Baskara maksud. Karena hari ini bukan ulang tahun mereka.
Sampai di ruang tamu, Baskara sudah menyambutnya dengan senyum merekah. Mereka langsung pamit pada Sheril dan berjanji tidak akan pulang terlalu malam.
"Memang kita mau kemana sih, Bas?" sudah setengah jam mereka berkendara dan mereka belum juga sampai di tempat tujuan. Membuat Jingga penasaran, akan pergi kemana sebenarnya mereka.
"Tunggu aja, lo pasti suka." balas Baskara tanpa mengalihkan fokusnya dari jalanan.
Mereka menuju ke arah luar kota. Memasuki wilayah kebun raya di Bogor. Setelah beberapa jam perjalanan yang meskipun lelah tapi Jingga merasa senang.
Matanya berbinar ketika Baskara mengajaknya melihat taman sakura yang ada di sana. Salah satu mimpinya adalah bisa pergi ke Jepang dan melihat bunga berwarna pink itu bermekaran.
Meski mampu, tapi keluarganya belum berkesempatan pergi ke Jepang. Mami dan Papinya lebih suka mengunjungi negara Eropa dari pada keliling Asia. Kata Mami, kalau mau ke luar negeri jangan tanggung-tanggung. Ketempat terindah sekalian. Meskipun Jepang tak kalah indah menurutnya.
"Kamu bilang ingin ke Jepang, kan?" ucap Baskara menginterupsi keterpanaannya melihat bunga yang tengah bermekaran di awal tahun itu. "Karena aku belum bisa ngajakin kamu ke Jepang, kita main ke sini aja dulu."
Jingga semakin terpana. Bukan karena Baskara yang ingat ia ingin melihat Sakura di Jepang. Tapi terpana sahabatnya tak lagi menggunakan lo-gue dalam obrolan mereka.
"Suka, nggak?" tanya Baskara ketika tidak ada jawaban dari gadis yang masih menatapnya lekat dengan senyum malu-malu.
"Jinggaaaa." guncang Baskara pada gadis itu ketika masih juga terdiam.
"Suka. Aku suka." suka kita pakai aku-kamu. Tambah Jingga dalam hati.
"Kalau suka, nikah yuk?" ajak Baskara mengagetkan gadis di depannya.
"Eh?" Jingga mengerjap lucu tidak siap dengan pertanyaan Baskara. Membuat pemuda itu terkekeh dan mengusak rambut gadisnya.
"Kalau belum siap nikah, pacaran aja dulu. Gimana?"
Jingga semakin mengerjap gugup. Tak hanya ekspresinya, tapi juga detak jantungnya yang mulai tidak santai.
"Ma-maksud kamu apa?"
"Aku nggak tau sejak kapan aku suka sama kamu. Awalnya kamu sama Senja sama aja nggak ada bedanya." ucap Baskara menjawab kebingungan Jingga. "Tapi beberapa bulan terakhir aku ngerasa perasaan aku ke kamu itu beda. Aku jadi sering mikirin dan bayangin kamu. Aku juga jadi semakin khawatir anak-anak gangguin kamu."
Jingga tidak berani menyela. Karena sejujurnya ia juga tidak tahu harus menanggapi seperti apa pengakuan Baskara itu.
"Dan aku bahkan selalu rindu sama kamu, meski siangnya kita udah bareng seharian." akunya sedikit malu.
"Bas? kita udah sahabatan dari kecil. Kamu nggak takut kalau kita jadian, suatu hari nanti saat kita putus, hubungan kita udah nggak mungkin sama lagi. Semua nggak akan seperti ini?" meskipun ia juga memiliki rasa yang sama. Tapi kemungkinan terburuk itu masih menghantuinya hingga kini.
Baskara mengangguk mengerti. Ia juga sudah memikirkan kemungkinan terburuk itu. Tapi ia sudah tidak dapat lagi menahan perasaannya pada Jingga. Ia ingin memiliki Jingga sebagai kekasih. Bukan hanya sebagai sahabat saja.
"Kita jaga hubungan kita hingga kita menikah nanti. Sampai kita menua dan salah satu di antara kita pergi untuk selamanya."
Jingga terkekeh. "Kamu yakin hubungan kita bakal sampai pernikahan? siapa tau nanti di tengah jalan kamu bosen sama aku. Atau ketika kita kuliah nanti, kamu bakal ketemu banyak cewek cantik yang mungkin akan ngambil hati kamu dari aku."
Baskara menggeleng tegas. "Aku yakin! kita udah kenal bahkan dari dalam kandungan. Dan selama ini aku nggak pernah bosen dekat sama kamu. Kamu juga nggak pernah bikin aka kesel."
"Tapi Bas.. Gimana sama Senja?" Jingga masih ragu untuk menerima Baskara. Hubungan mereka sudah cukup nyaman sebagai sahabat dekat. Meski ia akui jika Baskara memperlakukannya lebih spesial di banding Senja.
"Senja sahabat kita. Dia pasti dukung hubungan kita, Jingga."
Jingga menunduk. Menatap ujung sneakers-nya yang ia adukan dengan rumput lembab di bawahnya.
"Tapi aku takut hubungan kita justru akan berakhir nggak baik, Bas." cicitnya.
"Heii." Baskara menarik bahu Jingga hingga gadis itu mendongak menatap dirinya yang lebih tinggi. "Perasaan kamu sendiri gimana? jangan mikirin dulu kemungkinan terburuknya. Aku perlu tau perasaan kamu, Ngga."
Jingga kembali menunduk. Tak berani menatap atau pun menjawab pertanyaan Baskara yang semakin membuatnya gugup.
"Aku tanya sama kamu." ucap Baskara lagi. "Kamu suka nggak sama aku? sebagai cowok bukan sahabat."
Dengan ragu, Jingga mengangguk kecil. Tapi jawaban itu sudah cukup untuk Baskara. Setidaknya ia tidak memiliki perasaan yang tidak berbalas.
"Kamu cinta sama aku?" tanyanya lagi. Dan lagi-lagi mendapatkan anggukan.
Tak ingin terlalu berbasa-basi. Baskara langsung meraih tubuh gadis itu dalam pelukannya. Mencium puncak kepala Jingga berkali-kali dengan perasaan suka cita.
Perasaannya terbalas. Cinta pertamanya ini akan ia jaga hingga hanya akan ada Jingga untuk pertama dan terakhir. Ia janji tidak akan ada lagi gadis lain dalam hidupnya.
"Aku juga cinta kamu, Jingga. I Love You.." bisiknya yang kembali membenamkan ciuman di dahi gadisnya. Gadis yang kini sudah menjadi miliknya.
Di balik rasa suka cita keduanya yang memadu kasih mengelilingi kebun raya. Ada seorang gadis yang lagi-lagi sendirian karena keduanya tinggal begitu saja. Gadis yang tengah uring-uringan dan merusuhi kakak sulungnya yang ingin bangun siang tapi sudah di ganggu adiknya di ajak jalan-jalan.
"Ayooo abaaannnngg. Aku bosen di rumah! Babas sama Jingga emang butuh di kasih pelajaran kayaknya ninggalin gue mulu!!" umpatnya di tengah kegiatan membangunkan kakaknya yang semakin mengeratkan selimut.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Riska Wulandari
hemmmmm..nyimak dulu..
2022-08-26
1
Masttk Eko Prasetyo
udah gak sabar thor ingin tau kebenarannya
2021-11-04
1
Riyanti
kaya flashback jmn dulu....cowok yg kita suka di tikung dengan sengaja oleh sahabat yg paling deket....nyesek tor😥
2021-10-29
1