Baskara sudah duduk manis di atas motor sport berwarna hitam metalik miliknya. Lengkap dengan sweater hoodie warna senada dan tas di punggung. Seragam putih abu-abu dan sneaker putih melengkapi penampilannya pagi itu. Mununggu gadis yang selalu terbayang beberapa hari ini.
Jingga keluar rumah dengan senyum cerah. Jaket jeans membalut tubuh indahnya.
Baskara tersenyum menatap wajah cantik dari pujaannya. Sahabat yang kini berubah jadi cinta. Gadis anggun dengan tinggi 163 cm yang menumbuhkan debar jantung untuk pertama kalinya. Tapi sampai saat ini ia belum berani mengutarakan isi hatinya pada gadis yang selalu ingin ia lindungi karena sikap lembut dan kebaikannya. Kebaikan yang sering di manfaatkan oleh orang lain.
Terlebih, ia dan Senja yang berbeda kelas dengan Jingga membuatnya lebih khawatir pada sahabatnya satu itu. Karena tidak ada yang bisa melindungi.
"Ayo Babas.. Nanti telat." Jingga mengoyang lengan sahabatnya yang terpaku menatapnya.
Baskara tersenyum dan mengulurkan helm pada Jingga. Melajukan kuda besi menembus padatnya ibu kota pagi itu.
"Babas.. Jingga.. Gue duluan!!" teriakan dan lambaian tangan gadis ceria dari dalam mobil mewah yang mendahului mereka membuat kedua tersenyum.
Jingga balas melambai. Sedang Baskara hanya mengacungkan ibu jarinya.
Jingga iri melihat keceriaan dan keberanian dari Senja. Berani melawan siapa saja yang mengganggunya di sekolah. Tetap tersenyum ceria sepanjang hari dalam kondisi apa pun.
Tak pernah sekalipun dirinya melihat sendu di mata Senja. Seakan kebahagiaan selalu mengelilinginya.
Siapa yang tidak bahagia memiliki kedua orang tua dan dua kakak yang teramat menyayangi dan memanjakannya.
Jingga menghela napas. Kedua orang tuanya juga menyayanginya. Tapi ia memiliki dua adik yang lebih membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang sering kali membuatnya mengalah.
Dan satu hal yang ia tidak tahu, suatu hari nanti ia yang akan merubah tatap ceria penuh kebahagiaan milik sahabatnya itu menjadi tatap sendu penuh kecewa.
"Pegangan, Jingga. Nanti lo jatuh bisa habis gue dimarahi bokap lo!."
Jingga terkekeh dan melingkarkan lengannya pada perut Baskara. Papinya memang berlebihan menjaganya. Menitipkan dirinya pada Baskara.
***
Dua jam sebelum istirahat pertama adalah jadwal olehraga untuk kelas Senja dan Baskara. Seperti biasa, Senja akan merangkul bahu sahabatnya yang jelas-jelas lebih tinggi darinya itu menuju lapangan basket.
Padahal ia sudah rajin bermain basket dari kecil. Selalu mengikuti kegiatan kedua kakaknya dari olahraga hingga belajar ilmu bela diri. Tapi sepertinya tinggi badannya sudah mentok di angka 165cm.
Jam belum menunjukan angka sembilan. Tapi matahari sudah terasa cukup menyengat. Membuat perempuan siapa saja yang berada di bawahnya tanpa perlindungan pasti memilih menjauh mencari tempat yang terhalang dari sinar matahari langsung.
Berbeda dengan Senja yang justru menantangnya dengan tetap asik bermain basket dengan anak laki-laki kelasnya. Ia paling tidak suka bermain dengan perempuan karena mereka hanya akan berteriak takut terkena lemparan bola yang sering kali membuatnya geram.
"Yeeyyy!!!" sorak Senja saat timnya lagi-lagi menang mengalahkan tim Baskara. "Traktir gue makan!" imbuh gadis itu menunjuk Baskarang dengan wajah penuh senyuman kemenangan seperti biasa.
Baskara mencibir. "Anak bos tapi minta di traktir." dipitingnya leher sahabatnya itu. Kemudian ia jitak dan acak-acak rambut lepek milik gadis yang ia jaga seperti adiknya sendiri. Meski bar-bar, tapi manjanya seorang Senja tiada duanya.
Keduanya berjalan dengan gelak tawa dari candaan yang saling terlontar. Menuju kelas sahabat mereka yang lain.
***
Jingga membereskan buku-bukunya ketika bel tanda istirahat berbunyi. Pasti dua sahabatnya sebentar lagi menghampiri kelasnya seperti biasa. Karena hanya ia sendiri yang terpisah kelas. Otaknya tidak bisa mengikuti Senja dan Baskara. Meski ia masih tetap bisa menjadi juara kelas di kelasnya itu.
"Eh, Jing!" seruan yang langsung membuat tubuh Jingga menegang. Siapa lagi yang akan memanggil dirinya seperti itu jika bukan Diana dan teman-temannya.
"Kenapa Di." jawabnya. Membalik badannya dengan gemetar.
"Lo kerjain PR gue sekalian, ya! awas kalau sampai nggak selesai!" Diana melempar buku tugasnya tepat mengenai kepala Jingga.
Tanpa berani mengaduh dan membantah. Jingga ambil buku yang terjatuh di dekat kakinya. Menyimpannya ke dalam tas.
"Sekalian beliin kita-kita minum, deh sana! sebelum dua bodyguard lo pada datang!"
Jingga baru akan mengangguk ketika tepuk tangan dan seruan dari Senja terdengar. "Wah.. Wah.. Wah.. Nggak ada kapoknya lo ya?"
Senja mendekat dan duduk di atas meja Jingga, menghadap Diana yang tengah bersidekap menatapnya jengah.
"Harus gue apain lagi sih, lo? nggak ada habisnya gangguin sahabat gue!"
Baskara juga sudah berdiri di sebelah Jingga seraya berbisik. "Lo nggak papa?"
Jingga tersenyum dan menggeleng. Tak heran jika kedua sahabatnya khawatir. Pasalnya Diana memang sering berlaku kasar padanya.
Jangankan buku yang mengenai kepalanya. Sepatu saja pernah melayang dan membuatnya lebam.
"Alaah. Ngapain sih lo baik sama tuh cewek." tuding Diana pada Jingga "Mata lo buta atau apa? mereka berdua tuh saling suka, dan lo cuma jadi pengganggu di antara keduanya."
Senja menatap ke belakang. Dimana Jingga tengah berdiri di dekat Baskara. Tidak ada yang aneh dengan mereka. Karena mereka sudah terbiasa seperti itu. Begitupun dirinya dengan Baskara.
Meskipun tak bisa di pungkiri. Jika ia sedikit terganggu dengan ucapan Diana. Ia tidak suka mendengar jika Jingga dan Baskara saling suka.
Seluruh sekolah memang mengira Jingga dan Baskara memiliki hubungan. Terlihat dari kedekatan mereka. Apa lagi keduanya selalu berangkat dan pulang sekolah bersama.
Tapi bagi Senja itu hal biasa. Tidak menunjukan keduanya memiliki hubungan. Karena keduanya masih sama-sama menyimpan perasaan mereka satu sama lain. Termasuk dirinya yang juga tak bisa mengungkapkan rasa sukanya pada Baskara. Ia hanya tidak ingin persahabatan mereka rusak hanya karena perasaan masa muda.
"Mata lo yang buta! cara bersahabat kita dari kecil memang udah kaya gini! dan lo jangan berani-berani lagi buat gangguin Jingga atau lo harus berhadapan sama gue!"
Diana mendengus. "Lo pikir gue takut! ini kekuasaan gue. Jadi terserah gue!"
Senja sudah akan melawan, tapi tarikan tangan Bastian menginterupsinya. "Udah ayok ke kantin. Mending kita makan dari pada ngurusin kuntilanak satu itu."
Senja tegelak. Dandanan Diana memang terlalu menor untuk ukuran anak sekolah. Tidak heran Baskara sering menyebut gadis itu kuntilanak.
Baskara merangkul bahu kedua sahabatnya. Jika tidak segera di bawa pergi dari sana. Ia yakin Senja akan semakin terpancing dan akan terjadi keributan yang menyeret sahabatnya itu ke ruang kepala sekolah.
Ini bahkan baru hari pertama mereka sebagai kelas sebelas. Jangan sampai Senja menorehkan catatan hitam di buku kesiswaan.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Masttk Eko Prasetyo
senja is best friends..
2021-11-04
1
momsky
mampir thor,kerennn
2021-09-15
2
buna tianfian
jadiii ingettt masa sklh... 😃😃😢😢
2021-09-12
3