BAB 4

"Kamu ngapain sih, sampai mau ngegampar cewek itu." Mikail mulai bertanya ketika mereka sudah menjauh dari Husna.

"Calon bini kamu tuh, mulutnya itu tidak pernah di sekolahin." Rutuk Amanda.

"Iya, tapi kamu jangan main tangan gitu dong. Soalnya kalau sampai nyokap tau, bisa berabe kita. Dia itu kesayangan nyokap." Mikail menyalakan rokok dan mulai menghisapnya.

Amanda masih saja terlihat kesel. Ia merampas rokok dari bibir Mikail. Dan, segera menghisap kuat untuk menenangkan pikirannya.

Mikail yang sudah terbiasa menyaksikan kekasihnya merokok, hanya bisa terdiam.

"Tut.. tut..." Getaran HP membuat Mikail segera mengeluarkan benda itu dari kantong celananya. Terlihat poto dan nama mamanya tertera di sana.

"Iya mah." Dia memulai percakapan.

"Mika, Ica sama Husna sudah menunggu kamu di gerbang. Buruan anterin." Ucap sang mama dari seberang.

"Aduh, maaf mah. Tapi, tadi Mika berangkat ke kampus naik motor." Helahnya.

"Pakai mobil mama. Buruan!" Nani segera mematikan panggilannya.

"Akh..." Pria itu mengacak rambutnya kesal.

"Kenapa sayang?" Amanda bertanya.

Mikail menoleh. "Kamu tunggu di sini ya, aku mau nganterin ica pulang dulu." Ucapnya sambil berlalu.

Amanda yang sudah sedikit lebih tenang, akhirnya kembali merasa emosi. Ia melemparkan rokok tadi. Kemudian memijat kening yang terasa kian pusing dan lelah. Karena emosinya yang terpendam.

"Tit..tit..tit.. hey buruan." Mikail berucap dari dalam mobil.

Setelah mendapatkan aba-aba, ke dua wanita tadi segera masuk. Seperti biasa Aisyah duduk di depan dan Husna di belakang.

"Ica, masalah tadi jangan sampai ke telinga mama ya! Awas lo kalau mama sampai tau." Mikail mulai mengancam sang adik.

"Tentu saja Ica kasih tau, pacar kakak tu nggak sopan. Masa dia mau mukul kak Husna." Jawab gadis itu garang.

"Lagian tuh ya, ngapain kakak pacaran sama gadis nggak benar kek gitu. Liat aja bajunya pada sobek semua." Lanjut Aisyah lagi.

Mendengar ucapan dari Aisyah sontak membuat Husna tertawa kecil.

"Eh itik. Ngetawain apa lo?" Mikail melotot lewat kaca spion.

"Tidak." Husna menggeleng cepat.

"Pokoknya, jika mama sampai tau kejadian ini awas kalian berdua." Lagi, Mikail mengeluarkan ancaman yang sama.

"Bodo amat" Aisyah kembali memanyunkan bibirnya.

Tak lama mereka pun sampai. Aisyah yang masih marah, turun lebih dulu. Husna mengekor di belakangnya.

"Akh." Langkahnya terhenti saat seseorang menarik lengannya.

"Mas, lepaskan aku." Ucapnya dengan mata amarah.

"Sini kamu." Pria itu menarik kuat lengan Husna agar mengikuti langkahnya menuju samping rumah.

"Lepas nggak, lepas!" Aisyah berhasil melepaskan lengannya dari genggaman pria itu.

"Eh itik. Pokoknya gue ingetin sama lo ya. Jangan sampai nyokap gue tau masalah di kampus tadi. Kalau nggak jangan salahkan jika seauatu yang buruk akan terjadi pada lo." Ancamnya sambil mendekat pada Husna.

"Aku bukan anak kecil yang suka mengadu pada orang tua. Yang harus mas nasehati itu adalah Aisyah, bukan aku." Husna mundur karena pria itu terus saja mendekat.

"Ica tidak mau mendengar ucapan gue. Jadi, lo yang harus memastikan mulutnya untuk diam. Kalau tidak gue akan..." Tangan pria itu terangkat dan mulai menyentuh ujung jilab Husna.

"Jangan kurang ajar kamu mas." Wanita itu menepis kasar tangan Mikail dari kerudungnya.

"Kalau lo mau gue tetap sopan. Turuti perintah gue. Atau lo siap siap mendapat hukuman." Mata pria itu berpindah ke bibir merah Husna.

Husna gugup. Ini pertama kalinya ia berdekatan dengan laki-laki, selain abahnya.

"Aww.. Sialan. Kenapa lo nendang gue?" Mikail jingkrak-jingkrak sambil memegang sebelah tulang kakinya yang di tendang oleh Husna.

"Itu adalah bela diri yang di ajari abah, jika aku bertemu dengan pria mesum" Ucapnya sambil melangkah kembali menuju pintu.

"Pria mesum. Brengsek, Eh itik.. siapa yang berpikiran mesum sama manusia sok alim kek lo. Selera aja nggak. Dikasih gratis aja gue ogah." Teriak pria itu sambil meringis kesakitan.

"Rasain tuh." Ia melirik sekilas, kemudian berlari kecil menuju kamar.

Waktu berlalu, semua orang sedang berkumpul di meja makan. Termasuk Mikail, pria itu sedang merasa was-was akan kejadian tadi siang. Ia takut sang ibu mengetahui kalau dia masih berhubungan dengan Amanda. Dan, hal itu akan berimbas pada fasilitasnya.

"Husna, Aisyah, sebelum ke kampus, kalian ke salon dulu ya. Setelahnya, baru berangkat bareng sama Mika." Titah Nani sambil menyuap makannya.

"Iya mah." Kali ini jawaban cepat dari Mikail. Dia sengaja bersikap sok baik agar kesalahannya tadi pagi tidak di ungkit

Husna dan Aisyah terlihat berbisik, sambil cekikikan. Mereka tau kalau saat ini Mikail sedang merasa takut kalau di antara mereka ada yang mengadukan dirinya.

Beruntung, hingga acara makan malam selesai. Pria itu masih berada dalam zona aman.

"Itik. Ada sesuatu yang mau gue jelasin ke lo." Mikail berdiri di salah satu sudut dapur.

"Katakan saja." Husna menjawab tanpa menoleh. Matanya masih fokus pada cucian piringnya.

"Gue ingin membicarakan masalah di kampus tadi. Amanda itu memang kekasih gue. Kami sudah menjalin hubungan selama 8 tahun lebih. Tepatnya semenjak kami berada di sekolah menengah atas." Mikail menjeda ucapannya. Ia berjalan agak mendekat. Ia tak ingin ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Aku tau. Wanita itu sudah menceritakannya padaku" Jawab Husna singkat.

"Lalu, bagaimana menurutmu?" Tanya Mikail.

"Bagaimana apanya?" Husna melirik sekilas.

"Perjodohan kita. Gue nggak cinta sama lo. Begitu juga sebaliknya. Dan, gue nggak bakalan bisa hidup tanpa Amanda. Jika kita menikah nanti, gue tidak jamin bisa menerima lo dan melupakan dia." Ucapan Mikail berhasil membuat Husna menoleh.

"Batalkan saja perjodohan kita. Aku tidak mau menjadi istri yang tak di anggap. Aku ingin mempunyai imam yang mencintaiku karena Allah." Husna menjawab mantab.

"Bukankah kita sudah mencobanya. Tapi, orang tua kita tetap memaksa." Mikail menjawab.

"Itu karena kita belum menentangnya secara bersamaan. Setelah acara kampus selesai. Kita akan membicarakan hal ini pada mama." Ucap wanita itu lagi.

"Baiklah." Mikail pergi meninggalkan Husna. Ia merasa sangat senang dengan rencana sepupu sekaligus calon istrinya itu.

"Ya.. Ampun.. lama banget sih, kurcaci dua itu dandannya. Udah berapa jam mereka di dalam sana." Mikail terus merutuk di dalam mobil. Matanya liar melihat ke arah pintu salon.

"Akh.. nggak bisa di biarin ini." Akhirnya kesabarannya habis. Pria itu keluar dari mobil. Kemudian melangkah ke arah pintu tadi.

Namun, langkahnya terhenti saat akan menaiki anak tangga. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang saat melihat siapa yang sedang melangkah kearahnya.

Husna yang biasanya hanya mengenakaan pakaian sederhana dan tanpa riasan. Kini terlihat sangat berbeda. Ia memakai dres panjang hasil karya desainer, di tambah dengan riasan yang terlihat natural.

"Kak. Kak Mika!" Guncangan di lengannya mampu membangukan pria itu dari kekaguman yang membuatnya terpana.

"Eh, i..iya.. Cepat, kita sudah terlambat." Pria itu gugup. Kemudian melangkah menuju mobil lebih dulu.

"Ya ampun.. Kok bisa si itik buruk rupa itu berubah menjadi angsa." Mikail segera menggeleng-gelengkan kepalanya. Menolak pesona Husna yang mulai mampu membuat desiran aneh di dadanya.

TBC

MOHON BANTU VOTE, LIKE, BERI HADIAH DAN SILAHKAN BERKOMEN RIA.

TERIMA KASIH.

Terpopuler

Comments

Nova Herlinda

Nova Herlinda

😀😀😀😀😁😁😁😁namanya juga berlian mika..... sekali gosok aja namnah kinclong dan bersinar.. gmn kalo seting di gosok dan di poes.... duchhhhh makin berkilau... kalah dech battu akik loe kan

2021-12-04

0

🐈ˢᵏ🎀Vin Vitri🌹

🐈ˢᵏ🎀Vin Vitri🌹

boleh ngak request,Husnah nikah dgn Faiz ya thor

2021-08-22

0

Cerita Emmilia

Cerita Emmilia

jadi inget kata kata gyu jun pio di boys before flower

2021-06-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!