BAB 3

"Mika. Besok tolong bawa Husna pergi ke butik Tante Ira ya! Mama tadi sudah mengabari kalau kalian akan kesana." Nani berucap saat mereka sedang menikmati makan malam.

"Uhuk, uhuk, uhuk." Mika segera meraih air mineral yang sudah ada di depannya. Pria itu tersedak karena mendengar perintah sang ibu.

"Mah, Mika besok ada kuliah hingga sore. Suruh Ica aja deh yang ngantar." Mikail menolak.

"Jangan alasan kamu ya." Nani membesarkan mata ke arah sang anak. Ia merasa tidak enak pada Husna atas penolakan putranya.

"Mah, Husna perginya sama Ica saja. Nanti kami bisa saling tukar pikiran. Kalau pergi sama mas Mika. Husna agak sungkan." Gadis itu ikut menolak.

"Benar juga kamu, ya sudah. Ica kamu besok pergi sama kak Husna ya!" Titah Nani lagi.

"Oke, ica malah seneng kalau pergi sama kak Husna." Wanita itu tersenyum lebar.

"Nyokap sama Ica di kasih pelet apa sih sama itik ini. Kenapa mereka sampai segitunya sama dia." Mikail menyuap makanannya sambil menatap tajam pada Husna.

Esok harinya di butik.

"Pagi tante." Aisyah menyapa sang pemilik butik yang tak lain adalah adik dari ayahnya.

"Hai, sayang." Ira langsung memeluk sang keponakan.

"Wah, ini Husna ya? Lama nggak jumpa, tambah cantik aja kamu." Pelukan Ira berpindah pada Husna.

"Makasih nyonya." Ucapnya malu.

"Eps, Jangan panggil nyonya dong. Bentar lagi kamu kan jadi istri Mikail. Jadi, panggil saya tante." Ucapnya sambil menggiring mereka memasuki toko.

Husna tersenyum sambil mengangguk. "Iya tante."

Setelah berbasa-basi mereka langsung mencoba baju yang sudah di pesan oleh Nani. Baju itu akan mereka pakai pada acara Anniversary kampus.

Karena yayasan yang menaungi kampus adalah milik keluarga Pahlevi, maka mereka sekeluarga akan menjadi tamu kehormatan di sana. Untuk itulah, Nani memesan baju seragam buat kekuarganya. Termasuk untuk sang calon menantu.

Setelah mencoba baju mereka, Aisyah mengajak Husna untuk menjumpai ibunya di kampus. Suasana menjadi riuh saat melihat 2 gadis cantik berhijab memasuki daerah itu.

"He bro. Adik lo datang ke kampus, bawa temannya cantik banget." Salah seorang rekan Mikail memberi kabar dengan nada semangat 45.

"Ah lo, monyet di bedakin juga lo bilang cantik." Mikail menjawab santai. Ia meneruskan aksinya memetik senar guitar.

"Hahaha.." Semua orang tertawa.

"Lo nggak percaya, tu liat tuh." pria yang bernama Dorik itu menunjuk ke arah kanan.

Dengan malas Mikail menoleh, terlihat di sana 2 orang yang dikenalnya. Yaitu adik dan calon istrinya.

"Yang mana cantik. Mata lo katarak kali." Ia kembali mengarahkan mata ke arah benda yang masih di peluknya.

"Bukan mata gue yang katarak, tapi mata lo. Orang cantik kek gitu lo cuekin." Tambah Dorik.

"Bener tu Mika, ngomong-ngomong lo kenal sama tu anak?" Anton ikut antusias

"Itu sepupu gue. Baru datang dari kampung." Mikail menjelaskan.

"Waw.. ternyata keturunan kalian memang bening bening ya.." Kali ini Jeki menimpali.

"Mik, minta no HP nya dong!" Nino ikut berucap.

"Nggak punya gue. Minta aja ndiri sana." Mikail mengusir dengan nada kesal. Ia tak suka jika teman-temannya juga ikut menyukai wanita itu. Ia merasa kesal jika semua yang berhubungan dengannya malah menjadi lebih pro pada sang calon istri.

"Ih, si itik ini. Nggak di rumah, di kampung, bahkan di kampuspun dia ingin sok menguasai. Lagian ngapain sih mereka ke sini." Gumam pria itu sambil memandang ke arah 2 wanita yang duduk duduk membelakangi mereka.

Tak lama, 2 wanita tadi beranjak saat seseorang datang memanggil mereka. Dia adalah Nani, ibu dari Mikail.

"Yah, bidadari surga sudah pergi. Baru aja mau di samperin." ucap Nino lemas.

"Mika, kamu kenapa sih 2 hari ini susah amat di hubungi." Seorang wanita tiba-tiba sudah bergelayut manja di leher Mikail.

Melihat kekasih hati sahabatnya datang. Semua orang bubar, meninggalkan 2 orang itu di sana.

Gadis itu bernama Amanda. Kekasih Mikail sejak dari sekolah menengah atas. Kalau di hitung, mereka sudah menjalin hubungan Selama 8 tahun. Ya, waktu yang tidak sedikit untuk saling mengenal dan saling mencintai.

Mikail tersenyum, tangan pria itu pindah ke pinggang. "Semalam aku pulang kampung sayang. Aku takut kamu kepikiran, makanya nggak aku kabari." Mika merapikan rambut kekasihnya yang tertiup angin.

"Apa kamu pulang untuk menjumpai gadis kampung itu lagi?" Tanya Manda kesal.

"Iya, nyokap bersikeras ingin membawa wanita itu ke acara kampus besok."

"What, jadi besok dia datang ke sini?" Manda sedikit tersentak.

"Bukan hanya besok, hari ini aja dia ada di sini." Jawab Mika enteng.

"Kakak." Panggilan suara perempuan sontak melepas tangan Mikail dari pinggul sang kekasih.

Ia menoleh, terlihat wanita yang baru saja mereka bicarakan dan sang adik berdiri tak jauh dari mereka.

"Kakak, ini kan kampus. Bisa-bisanya kalian bermesraan di sini." Aisyah mendekat.

"Eh anak kecil, sotoy lo. Sana pulang." Usir Mikail.

"Kak, ngapain kakak sama perempuan itu. Kakak kan tau kalau sudah punya jodoh. Apa kakak selingkuh?" Terdengar nada kekecewaan dari suara Aisyah.

"Eh, kamu masih kecil. Ini bukan urusan kamu balik sana." Ia tergagap.

Husna hanya terdiam menatap perdebatan 2 adik kakak itu. Dia tidak tau harus komentar atau tidak. Karena memang wanita itu belum punya perasaan apa apa pada Mikail. Makanya, ia tak merasa di khianati sama sekali. Baginya wajar jika Mikail punya kekasih, toh mereka belum memiliki hubungan kecuali rencana perjodohan.

"Aisyah, apa kamu lupa dengan ku? Aku kak Manda, kekasih kakak kamu. Kita sudah pernah jumpa beberapa kali sebelum ini." Manda ikut berbicara.

"Tapi, kak Mikail sudah berjodoh. Itu orangnya, dan mereka akan segera menikah." Jawab Aisyah sambil menunjuk ke arah Husna.

Dengan cepat Mikail menutup mulut Aisyah, lalu menarik wanita itu menjauh. Meninggalkan Husna dengan sang kekasih.

"Eh, iler. Ngapain kamu ngomong kek gitu sama kak Manda. Dia itu kekasih kakak." Mikail bersungut ketika mereka sudah menjauh.

"Bodo amat. Lagian, kakak kan sudah punya jodoh. Ngapain kakak masih berpacaran sama cewek nggak bener kek gitu." Aisyah memanyunkan bibirnya.

"Tak" Mikail menjitak kening sang adik.

"Jangan kurang ajar kamu ya." Ucapnya geram.

Sementara itu, di tempat tadi..

"Jadi lo jodoh yang di pilihin sama mamanya Mikail?" Manda menatap Husna dengan tatapan penilaian.

"Iya mbak." Jawab Husna sopan

"Hahaha.. ya ampun. Bagaimana Mikail akan jatuh cinta sama lo, jika gaya lo kampungan kek gini." Gadis itu tertawa menghina. Ia memegang sedikit lengan baju milik Husna.

Mereka berbanding 360 derajat. Jika Husna setia dengan jilbab dan pakaian longggar. Maka, Amanda adalah kebalikannya dari itu.

Husna hanya diam sambil tersenyum.

"Eh, denger ya. Meskipun kalian sudah di jodohkan dari orok. Tapi, lo meski ingat siapa pemilik hati Mikail. Kami sudah pacaran selama 8 tahun lebih. Jadi, lo nggak akan mampu bersaing sama gue. Meskipun kalian sudah menikah kelak." Ucap Manda lagi.

"Sebelumnya terima kasih sudah mengomentari cara berpakaian saya nona. Tapi alangkah baiknya jika anda berkaca terlebih dahulu. Pastikan anda sudah pantas sebelum menghina orang lain." Husna berucap dengan lembut. Tapi sangat mengena di hati Amanda.

"Dan juga nona, kenapa anda bangga dengan status haram kalian. 8 tahun lamanya bersama, tapi dia belum juga menghalalkan anda. Itu adalah sebuah kegagalan nona. Tidak ada yang bisa anda banggakan dengan hal itu." Tambah Husna lagi.

Amanda terlihat semakin merapatkan giginya geram. Tangannya juga sudah mulai terkepal kuat.

"Jika mau, silahkan ambil pria itu sebelum kami menikah. Karena, dia masih belum menjadi seseorang yang harus di patuhi. Lain halnya setelah kami menjadi pasangan halal. Saya harus berusaha untuk menerimanya. Karena itu adalah perintah agama. Dan saat status kami sudah halal. Maka posisi anda hanyalah sebatas kerikil jalanan" Tambah Husna lagi.

"Apa maksudmu. Apa kau ingin mengatakan statusmu lebih hebat dariku?" Manda semakin geram.

"Tentu saja. Karena anda menjadi titik haram di dalam lingkaran yang halal." Ucapan Husna kali ini berhasil membuat tangan Manda terangkat.

"Kurang ajar." Tangan gadis itu terhenti tepat beberapa senti sebelum menyentuh pipi mulus Husna.

"Manda, apa yang kau lakukan. Kalau nyokap tau, habis aku." Mikail menarik tangan kekasihnya untuk keluar dari sana.

"Kakak nggak papa?" Aisyah bertanya cemas.

"Tidak, mari kita pulang." Husna berucap dengan senyuman. Seolah-olah, tak pernah terjadi hal apa pun.

TBC

MOHON BANTU VOTE, LIKE, BERI HADIAH DAN SILAHKAN BERKOMENTAR RIA.

TERIMA KASIH.

Terpopuler

Comments

Laila Umroh

Laila Umroh

suka banget Ama karakter Husna .....

2021-08-21

0

Dede Ladong

Dede Ladong

yg pertama Hanin skrg Husna...aku ska karakter kedua nya,lanjut thooor

2021-06-23

1

kim nara

kim nara

aku suka ni sm karakter husna g mudah di tindass..... semangat thorrr lope uuu

2021-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!